Senin, 22 Februari 2016

Negeri Batu Putih Tuban

Jadi selama di Tuban yang selain sebutannya sebagai bumi kota Wali juga saya sebut sebagai negeri batu putih/ kapur ngapain aja ?

 

IMG_5494

Tambang Batu Kapur Masih Aktif

Selain sedang kerja karena memang proyek pekerjaan sedang di Jawa Timur lebih tepatnya Tuban, Lamongan dan Jombang terkadang saya memanfaatkan beberapa waktu setelah kerja atau ketika sedang tidak banyak pekerjaan untuk refreshing dengan mengunjungi tempat yang sekiranya mampu melegakan pandangan dan menyenangkan hati. Ada beberapa point yang menjadi sorotan untuk Tuban. Memang bahwa saya belum lama tinggal di Tuban namun jika secara garis besarnya saja sudah bisa saya ceritakan bagaimana tentang Tuban. Di Tuban saya tinggal di tengah kota, lebih tepatnya adalah masih sekawasan dengan Alun- alun dan masjid Akar Tuban. Dari pusat kota Tuban inilah saya bisa mengunjungi beberapa daerah seperti Banyuurip, Senori, Montong, Singgahan, Palang, Sooko, Grabagan, Rengel, Plumpang, Semanding dan beberapa daerah lainnya. Tuban selain sebagai Tambang Semen, ada Pabrik semen Holcim dan juga pabrik semen Gresik juga sebagai tambang batu putih / kapur. Karena sudah cukup luas lahan tambang batu putih yang di buka oleh warga menjadikan di beberapa poin pandang membuat daerah Tuban di dominasi warna putih. Beruntung ketika musim hujan warna putih di imbangi oleh warna hijau segar karena hutan sudah bersemi kembali. Berbeda dengan saat musim kemarau dimana hutan meranggas kemudian ladang warga menjadi mandul dan di biarkan gersang kering kerontang pemandangan seperti ini juga membuat Tuban mirip dengan daratan Flores. Jika di Flores sebagian besar pohon lontar di ambil niranya untuk membuat gula merah dan beberapa dikit juga di buat minuman khas beralkohol lain halnya di Tuban yang sebagian besar nira lontarnya di ambil untuk dijual langsung sebagai minuman yaitu legen dan beberapa dikit juga di jadikan Tuak dengan menambahkan ramuan lain tentunya. Jadi Tuban menarik gak menurut “fathur ” ? Jawabnya “Menarik” dan dari sudut pandang saya Tuban mempunyai ke-menarik-kan sebagai berikut.

1. Tuban punya magnet yang mampu menarik pendatang/ pengunjung dari sisi religi, Wisata religi yang lebih di minati masyarakat tetangga sebelah Tuban bahkan dari luar Jawa Timur pun juga ada yang membela- belakan untuk datang berziarah. Nah yang menjadi destinasinya adalah Masjid Alun- alun Tuban, Masjid Perut Bumi, Goa Akbar dan bonusnya adalah pantai Boom yang bersebelahan dengan Alun- alun. Tidak hanya sebagai destinasi wisata religi namun pemerintah daerah Tuban pun serius dalam hal Agama khususnya agama islam. Adanya operasi/ razia rutin hotel- hotel yang menjaring pasangan bukan suami istri, kemudian himbauan untuk menjauhi Alkohol, Operasi rutin dan membuahkan hasil penangkapan pengedar Narkoba, Masjid- masjid rajin mengadakan pengajian merupakan beberapa tindakan nyata bahwa pemerintah serius dalam hal menjaga moral dan aklakh warga Tuban.

Masjid Agung Tuban

 

Masjid Agung Tuban

2. Di beberapa daerah bisa di bilang pelosok masih saya temui banyaknya rumah yang terbuat dari papan. Karena Tuban bukan letak strategis dalam perdagangan nasional tentunya kemajuan Tuban sedikit pelan- pelan jika di bandingkan dengan tetangga- tetangganya. Namun justru rumah- rumah sederhana jauh dari modernitas dan kemewahan sungguh menarik bagi saya, seperti hal nya ketika saya tiba di Sumbawa bahkan Flores yang mana rumah- rumah masih di dominasi rumah tradisional. Justru saya banyak berharap warga masyarakat masih banyak yang mempertahankan keaslian rumah tradisional mereka hingga nanti. Salah satu mimpi besar saya jika nanti membangun rumah adalah Rumah Papan Kayu.

 

3. Cukup banyak bekas tambang batu putih yang sudah di tinggalkan akhirnya menjadi tempat yang fotogenic. Keluar dari konteks baik buruknya penambangan disini saya membahas nilai nilai keunikan bekas tambang jika di bingkai dalam frame sebuah foto. Tebing- tebing berwarna putih itu bagaikan di ukir dalam hitungan tahun yang secara tidak sengaja akhirnya meninggalkan bekas yang bisa saya bilang unik dan indah. Ada yang menjadi Goa- goa ada pula yang meninggalkan menara- menara kapur.

Bekas Tambang, Rengel

 

Tambang Batu Kapur Aktif, Palang

 

Goa Suci, Bekas Tambang juga

 

Bekas Tambang, Rengel

 

Goa Suci

 

Goa Suci

 

4.Masih adanya beberapa desa yang terletak di tengah lembah dan di kelilingi oleh tebing raksasa. Jadi ketika itu saya sengaja menyasarkan arah sepeda motor saya memasuki gang- gang yang memang belum saya kenal dan lewatin. Sekilas tanpa sadar saya seolah di kembalikan mengakses memori tentang tanah minangkabau yang banyak di “tumbuhi” bukik bukik nan gadang. Saat itu masih pagi sekitar pukul 06:00 udara yang biasanya Tuban terkenal panas benar- benar sejuk. Kabut kabut tipis menutupi remang remang pepohonan yang di sirami pancaran cahaya matahari. Kicau burung dari dalam hutan nyaring merdu menghibur yang melintas. Senyum sapa warga yang berangkat ke sawah dan ladang.

 

 

5. Tuban juga punya kolam renang yang berasal dari mata air alami, yaitu pemandian Bektiharjo dan Sumber Mata Air krawak. Seperti umbul yang sedang ngetrend di Kota yang jauh disana di Klaten Tuban punya Bektiharjo yang mulai di pakai juga untuk foto antimainstream namun kini jadi mainstream karena sudah banyak yang melakukannya. Di Bektiharjo selain bisa snorkling melihat ikan juga bisa berfoto unik dengan property yang tidak wajar seperti yang banyak di lakukan di umbul ponggok. Berbeda dengan sumber mata air Krawak yang mana tidak seperti umbul Bektiharjo sudah di buatkan kolam penampung airnya, Krawak ini masih di biarkan alami seperti sungai. Banyak juga yang memanfaatkan untuk foto lompat di atas air jernih Krawak, bahkan saking lebaynya di beberapa waktu yang tepat air di Krawak terlihat begitu biru bening bagaikan kaca.

Iklan Shampoo di umbul Bektiharjo

 

 

6. Tak hanya tentang wisata religi, bekas tambang dan umbul Tuban juga punya hutan jati serta hutan kayu putih yang ketika musim kemarau dan musim hujan mempunyai daya tarik tersendiri. ketika meranggas pohon jati terlihat bagaikan hutan mati yang begitu menyedihkan dan sangat berbeda ketika sudah bersemi kembali menjadi hijau sangat teduh dan sejuk ketika sedang di bawahnya. Hamparan luas kebun/ hutan Kayu Putih terlihat begitu menyala, dedaunan berwarna hijau stabilo juga batang kayu yang berwarna putih kalau kata teman saya seperti sedang di luar negri.

Hutan Jati Meranggas

 

Hutan Heterogen

 

Hutan Jati Bersemi

 

Tempat Penyimpanan Kayu

Foto- Foto Lainnya,

Pantai Pasir Putih Remen

 

Jurang Tegal pelem Kumbung

Jadi ? kapan kamu nyusul aku ke Tuban ? keburu saya pindah ke daerah lain lagi loh…

Negeri Batu Putih Tuban

Jadi selama di Tuban yang selain sebutannya sebagai bumi kota Wali juga saya sebut sebagai negeri batu putih/ kapur ngapain aja ?

 

IMG_5494

Tambang Batu Kapur Masih Aktif

Selain sedang kerja karena memang proyek pekerjaan sedang di Jawa Timur lebih tepatnya Tuban, Lamongan dan Jombang terkadang saya memanfaatkan beberapa waktu setelah kerja atau ketika sedang tidak banyak pekerjaan untuk refreshing dengan mengunjungi tempat yang sekiranya mampu melegakan pandangan dan menyenangkan hati. Ada beberapa point yang menjadi sorotan untuk Tuban. Memang bahwa saya belum lama tinggal di Tuban namun jika secara garis besarnya saja sudah bisa saya ceritakan bagaimana tentang Tuban. Di Tuban saya tinggal di tengah kota, lebih tepatnya adalah masih sekawasan dengan Alun- alun dan masjid Akar Tuban. Dari pusat kota Tuban inilah saya bisa mengunjungi beberapa daerah seperti Banyuurip, Senori, Montong, Singgahan, Palang, Sooko, Grabagan, Rengel, Plumpang, Semanding dan beberapa daerah lainnya. Tuban selain sebagai Tambang Semen, ada Pabrik semen Holcim dan juga pabrik semen Gresik juga sebagai tambang batu putih / kapur. Karena sudah cukup luas lahan tambang batu putih yang di buka oleh warga menjadikan di beberapa poin pandang membuat daerah Tuban di dominasi warna putih. Beruntung ketika musim hujan warna putih di imbangi oleh warna hijau segar karena hutan sudah bersemi kembali. Berbeda dengan saat musim kemarau dimana hutan meranggas kemudian ladang warga menjadi mandul dan di biarkan gersang kering kerontang pemandangan seperti ini juga membuat Tuban mirip dengan daratan Flores. Jika di Flores sebagian besar pohon lontar di ambil niranya untuk membuat gula merah dan beberapa dikit juga di buat minuman khas beralkohol lain halnya di Tuban yang sebagian besar nira lontarnya di ambil untuk dijual langsung sebagai minuman yaitu legen dan beberapa dikit juga di jadikan Tuak dengan menambahkan ramuan lain tentunya. Jadi Tuban menarik gak menurut “fathur ” ? Jawabnya “Menarik” dan dari sudut pandang saya Tuban mempunyai ke-menarik-kan sebagai berikut.

1. Tuban punya magnet yang mampu menarik pendatang/ pengunjung dari sisi religi, Wisata religi yang lebih di minati masyarakat tetangga sebelah Tuban bahkan dari luar Jawa Timur pun juga ada yang membela- belakan untuk datang berziarah. Nah yang menjadi destinasinya adalah Masjid Alun- alun Tuban, Masjid Perut Bumi, Goa Akbar dan bonusnya adalah pantai Boom yang bersebelahan dengan Alun- alun. Tidak hanya sebagai destinasi wisata religi namun pemerintah daerah Tuban pun serius dalam hal Agama khususnya agama islam. Adanya operasi/ razia rutin hotel- hotel yang menjaring pasangan bukan suami istri, kemudian himbauan untuk menjauhi Alkohol, Operasi rutin dan membuahkan hasil penangkapan pengedar Narkoba, Masjid- masjid rajin mengadakan pengajian merupakan beberapa tindakan nyata bahwa pemerintah serius dalam hal menjaga moral dan aklakh warga Tuban.

Masjid Agung Tuban

 

Masjid Agung Tuban

2. Di beberapa daerah bisa di bilang pelosok masih saya temui banyaknya rumah yang terbuat dari papan. Karena Tuban bukan letak strategis dalam perdagangan nasional tentunya kemajuan Tuban sedikit pelan- pelan jika di bandingkan dengan tetangga- tetangganya. Namun justru rumah- rumah sederhana jauh dari modernitas dan kemewahan sungguh menarik bagi saya, seperti hal nya ketika saya tiba di Sumbawa bahkan Flores yang mana rumah- rumah masih di dominasi rumah tradisional. Justru saya banyak berharap warga masyarakat masih banyak yang mempertahankan keaslian rumah tradisional mereka hingga nanti. Salah satu mimpi besar saya jika nanti membangun rumah adalah Rumah Papan Kayu.

 

3. Cukup banyak bekas tambang batu putih yang sudah di tinggalkan akhirnya menjadi tempat yang fotogenic. Keluar dari konteks baik buruknya penambangan disini saya membahas nilai nilai keunikan bekas tambang jika di bingkai dalam frame sebuah foto. Tebing- tebing berwarna putih itu bagaikan di ukir dalam hitungan tahun yang secara tidak sengaja akhirnya meninggalkan bekas yang bisa saya bilang unik dan indah. Ada yang menjadi Goa- goa ada pula yang meninggalkan menara- menara kapur.

Bekas Tambang, Rengel

 

Tambang Batu Kapur Aktif, Palang

 

Goa Suci, Bekas Tambang juga

 

Bekas Tambang, Rengel

 

Goa Suci

 

Goa Suci

 

4.Masih adanya beberapa desa yang terletak di tengah lembah dan di kelilingi oleh tebing raksasa. Jadi ketika itu saya sengaja menyasarkan arah sepeda motor saya memasuki gang- gang yang memang belum saya kenal dan lewatin. Sekilas tanpa sadar saya seolah di kembalikan mengakses memori tentang tanah minangkabau yang banyak di “tumbuhi” bukik bukik nan gadang. Saat itu masih pagi sekitar pukul 06:00 udara yang biasanya Tuban terkenal panas benar- benar sejuk. Kabut kabut tipis menutupi remang remang pepohonan yang di sirami pancaran cahaya matahari. Kicau burung dari dalam hutan nyaring merdu menghibur yang melintas. Senyum sapa warga yang berangkat ke sawah dan ladang.

 

 

5. Tuban juga punya kolam renang yang berasal dari mata air alami, yaitu pemandian Bektiharjo dan Sumber Mata Air krawak. Seperti umbul yang sedang ngetrend di Kota yang jauh disana di Klaten Tuban punya Bektiharjo yang mulai di pakai juga untuk foto antimainstream namun kini jadi mainstream karena sudah banyak yang melakukannya. Di Bektiharjo selain bisa snorkling melihat ikan juga bisa berfoto unik dengan property yang tidak wajar seperti yang banyak di lakukan di umbul ponggok. Berbeda dengan sumber mata air Krawak yang mana tidak seperti umbul Bektiharjo sudah di buatkan kolam penampung airnya, Krawak ini masih di biarkan alami seperti sungai. Banyak juga yang memanfaatkan untuk foto lompat di atas air jernih Krawak, bahkan saking lebaynya di beberapa waktu yang tepat air di Krawak terlihat begitu biru bening bagaikan kaca.

Iklan Shampoo di umbul Bektiharjo

 

 

6. Tak hanya tentang wisata religi, bekas tambang dan umbul Tuban juga punya hutan jati serta hutan kayu putih yang ketika musim kemarau dan musim hujan mempunyai daya tarik tersendiri. ketika meranggas pohon jati terlihat bagaikan hutan mati yang begitu menyedihkan dan sangat berbeda ketika sudah bersemi kembali menjadi hijau sangat teduh dan sejuk ketika sedang di bawahnya. Hamparan luas kebun/ hutan Kayu Putih terlihat begitu menyala, dedaunan berwarna hijau stabilo juga batang kayu yang berwarna putih kalau kata teman saya seperti sedang di luar negri.

Hutan Jati Meranggas

 

Hutan Heterogen

 

Hutan Jati Bersemi

 

Tempat Penyimpanan Kayu

Foto- Foto Lainnya,

Pantai Pasir Putih Remen

 

Jurang Tegal pelem Kumbung

Jadi ? kapan kamu nyusul aku ke Tuban ? keburu saya pindah ke daerah lain lagi loh…

Sabtu, 24 Oktober 2015

Belajar Touring, Kedung Ombo dan Kedung Ponggok

Sebelumnya kami ada semacam nongkrong bareng temen- temen bikepacker di taman Sriwedari Solo, ngobrol sambil meneguk susu atau kopi. Perkenalan karena belum semua pernah ketemu dan saling kenal kemudian cerita sedikit dari saya, Gibran dan Chris. Acara nongkrong bareng di tutup dengan bermotoran keliling kota Solo atau bahasa jawanya Rolling Thunder. Kembali ke kantor untuk istirahat sebentar sambil menunggu beberapa teman yang masih shift kerja. Akhirnya pukul 01:30 kami start berangkat menuju Kedung Ombo dari Kartasura. Perjalanan tengah malam yang saya bilang Ugal- ugalan dan kebut- kebutan karena tidak seperti sebelum2nya saya biasa memacu motor stabil di kecepatan 60-80 kpj tidak kali ini karena mengikuti pemimpin touring saya terpaksa nyelip bus dan truck selip kanan selip kiri dengan kecepatan rata- rata 80-100 kpj. Touring yang tidak rapi dan sebenernya kurang baik karena bisa meninggalkan yang lain serta bisa juga menyebabkan kemungkinan kecelakaan lebih tinggi. Alhasil karena di tempuh dengan kecepatan cukup tinggi yang tadinya perkiraan kami 3 jam perjalanan kami selesaikan 2 jam kurang perjalanan.

Gerbang sudah di palang

Tiba di gerbang loket masuk kawasan wisata Kedung Ombo otomatis sudah tutup dan tidak seperti yang saya bayangkan yaitu ada semacam spot yang bebas masuk tanpa bayar. Karena pintu palang masih bisa di lewati akhirnya kami masuk secara ilegal ( jangan di tiru ). Beberapa teman sengaja tidak tidur dan saya sendiri memilih segera istirahat tidur di lapak warung tepi kedung. Subuh datang dan mentari menghampiri kami bersamaan datangnya bapak penjaga kedung. Bapak penjada kedung berpesan segera membongkar Tenda yang telah kami buat semalam. Niatnyaa mendirikan tenda cuma untuk berfoto karen tidur di mana pun jadi. Untuk menghormati pesan pak penjaga tenda langsung saya minta segera di bongkar.

Yudha dan Iqbal Tidur di luar

Joko Siap- siap tidur dalam tenda

Ucup dan Joko Bangun Tidur

Aan melihat lihat sekeliling

Menikmati hangatnya mentari

Dari Kiri : Cahyo, Yudha, Aan, Fathur, Ucup, Iqbal, Ali

Full Team, Kiri ke kanan : Ali, Iqbal, Aan, Cahyo, Ucup, Yudha, Chris, Joko, Fathur

Selesai membongkar tenda kami ambil foto, tak banyak sih karena keburu tidak enak dengan pak penjaga. Selesai Berfoto kami meninggalkan Kawasan bendungan waduk Kedung Ombo. Keluar gerbang loket kami di hadapkan jalan belok ke kiri atau kanan? yang jelas kalau kanan kami arah kembali pulang. Akhirnya kami sepakat untuk mencoba explore jalur arah ke kiri. Ya benar saja ternyata di sekitar rumah makan Apung Kedung Ombo ada tempat yang ciamik untuk bersantai dan mendapat banyak stok foto.

Cukup lama kami bersantai dan berfoto hingga capek tak terasa lagi kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke Kartasura. Sambil berhenti di setiap spot yang bagus kami sempatkan untuk mengambil foto. Tak jauh dari Kedung Ombo di daerah Sragen kami berpisah dengan salah satu rombongan kami yaitu chris yang akan melanjutkan perjalanan menuju Salatiga.

Lagi, perjalanan dengan kecepatan relatif tinggi dan membuat rombongan terpisah dan yang akhirnya tetap harus saling tunggu. Bukan lebih cepat sampai di kantor lagi namun justru lebih lama karena beberapa kali berhenti untuk menunggu. Tiba di Kantor badan rasanya sangat lemas dan capek, yang lain ada yang tidur dan saya sendiri bersama Yudha dann Ikbal menuju warung untuk sarapan. Selesai sarapan sesuai rencana kami bertiga yaitu melanjutkan ke Umbul Ponggok Klaten. Karena di Kedung Ombo tidak bisa berenang maka kami mencari alternatif untuk berenang. Umbul Ponggok ini termasuk wisata pemandian yang baru terkenal dan lebih sering di gunakan untuk foto- foto bukan untuk renang. Seperti yang lain kami juga melakukan ritual foto- foto dalam air bersama atau tanpa ikan.

Joko

Yudha

Iqbal

Ikan

Berempat

Fathur

Katanya Iklan Shampo