Sudah senang ketika mendapat kabar bakal di kasih waktu untuk menikmati keindahan alam ranah Minang. Harapan itu mendadak musnah ketika mendapat tugas mendadak untuk meeting di Palembang ( *gaya meeting padahal sekali seumur hidup baru sekali ini ) dan hari itu juga langsung saya pesan tiket travel ke Palembang. Imajinasi sudah berada di tengah antara bukit bukit besar nan subur di Bukit Tinggi serta mengunjungi Jam Gadang yang konon terkenal dan menjadi salah satu ikon Padang. Sebelum keberangkatan menuju Palembang saya diajak keliling saudara baru saya di Padang yaitu uda angry dan uda zulkarnain. Sore hari kami menikmati sunset di taplau alias tapi laut pantai padang. Sunset yang kurang sempurna namun tidak menjadi masalah masih bisa di nikmati. Malamnya kami keliling kota Padang sempat mampir ke jembatan siti nurbaya kemudian di akhiri dengan ngopi bersama sampai larut malam. Kota Padang sebuah kota kecil dan tidak terlalu ramai bahkan bisa di bilang 11-12 dengan kota Solo. Kota yang tidak terlalu ramai justru nyaman untuk tinggal dan membangun masa depan, #upsss.
Pukul 07:00 saya sudah siap meninggalkan Padang menuju Jambi, ya Jambi sebagai transit menuju tujuan sesungguhnya yaitu Palembang. Dengan menggunakan Travel sebuah mobil minibus di isi oleh 5 orang melaju kencang menuju Jambi. Di awal perjalanan saya di manjakan oleh pemandangan tebing tebing dan kelok jalanan yang menyegarkan mata. Daerah Sitinjau laut kata pak supir Travelnya, jalur pegunungan dari Sitinjau Laut hingga Solok terus memanjakan mata, seperti tak asing lagi dengan daerah atas awan sepertinya saya sedang melintasi jalur Dieng.
Pukul 20:00 akhirnya saya memasuki kota Jambi dan mendaratkan badan sementara sebelum melaju lagi menuju Palembang. Perjalanan malam yang bikin jantung tak berhenti berdebar dan rasanya tidak jauh beda dengan ketika di udara mendengar berita cuaca buruk dari Pramugarinya. Ya supir travelnya ngantuk dan menyetir mobil seperti orang mabok gas dan rem tidak aturan gak cuma sekali dua kali hampir menabrak truk fuso, Astaghfirullah hanya bisa pasrah dan berdoa pada Allah saat itu. Bukannya istirahat dengan nyenyak malah benar- benar tidak bisa tidur karena ulah supir ngantuk ngeyel tidak mau istirahat sebentar bahkan sampai sampai saya paksa agar saya saja yang menyupiri mobilnya. Mungkin gengsi atau malu atau takut pak supir tetap ingin yang membawa mobil itu sampai Palembang, yasudahlah saya pasrah saja, mau turun di tengah jalan kondisi sudah dini hari dan saya tidak tau daerah sekitar pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar