Tampilkan postingan dengan label pantai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pantai. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 Januari 2018

Petualangan Menjelajah Wanci Dimulai, Wakatobi

Pagi itu sehabis shalat subuh saya menuju atap hotel untuk mengecek kondisi langit. Semburat merah mewarnai langit biru kegelapan dengan beberapa gerombolan awan putih kehitaman. Udara pagi yang sejuk tanpa ada hembusan angin, tanpa kebisingan hanya ada kesunyian. Tenang tenteram dan damai yang saya rasakan pagi itu. Perlahan cahaya matahari mulai menghangatkan pagi saya. Semburat merah semakin melebar dan berganti warna menjadi orange diatas kanvas langit biru terang. Anda pasti tau bagaimana di kepulauan ketika matahari sudah bersinar, ya terik matahari terasa begitu semakin menyengat. Waktu sudah menunjukkan pukul 06:30 saya dan Qory turun dari atap kemudian bersiap mencari sarapan dan mulai jelajah darat pulau Wanci.


Sekalian menuju destinasi pertama kami yaitu goa kontamale, kami mampir sarapan nasi goreng di sebuah warung. Nasi goreng yang tidak biasa saya rasakan di tanah Jawa. Ntah lah rasanya tidak asin tidak manis juga tidak pedas. Dua porsi nasi goreng yang aneh dengan dua gelas teh hangat di hargai 60 ribu. Ya saya sudah tidak heran karena memang makanan di kawasan kepulauan Sulawesi Tenggara ini memang mahal sekali. Usai sarapan langsung saja kami menuju telaga goa Kontamale, ya gak mudah memang karena lokasinya agak masuk kedalam kampung. Goa dan telaga yang menjadi satu ini di manfaatkan warga sekitar untuk mandi dan mencuci baju. Meskipun airnya tercemar deterjen namun kejernihan tetap terjaga. Selagi orang tua nya mencuci baju anak anak kecil lelompatan kegirangan ke telaga. Saya yang melihatnya saja ikut bahagia apalagi mereka yang menjalani. Selain ada warga dan anak- anak kecil juga sedang ada beberapa orang dari kelompok tertentu yang sedang melakukan bersih bersih sampah, ya telaga ini cukup tercemar oleh sampah bungkus sampu dan deterjen. Alhamdulillah masih ada orang yang peduli untuk kebersihan telaga dan goa kontamale. Emm jika ada yang pernah ke Goa kristal kupang nah goa kontamale ini mirip dengan goa kristal. Terbayang gak airnya yang jernih biru toska kalau ngeliatnya aja rasanya kayak segar dan ada manis manisnya gtu.

20171217_071021 20171217_071217
20171217_071713

Tak lama kami di goa kontamale kemudian berpindah tak jauh ke goa sebelahnya yaitu tee kasopi. Goa tee kasopi menurut saya justru lebih keren dan saat saya tiba banyak anak kecil yang bermain kejar-kejaran siapa yang tertangkap gantian sebagai yang mengejar. Goa tee kasopi airnya pun juga sangat jernih, meskipun lokasinya dekat dengan laut tetapi airnya adalah air tawar segar dan dingin. Di goa tee kasopi kami sekedar foto foto dan melihat tingkah kocak anak anak kecil yang sedang bermain. Sedikit ambil foto dan video kemudian kami pindah bergeser menuju pantai sombu.

20171217_074212

20171217_074058

Dalam bayangan saya sebelumnya karena ada embel embel “sombu dive shop” saya pikir yang boleh masuk dan cebur ceburan di pantai hanya tamu dari sombu dive shop. Kalau dengar cerita dari teman yang sudah duluan kesini katanya underwaternya sekitar jetty ini sudah bagus banget tak perlu sewa perahu untuk hoping island atau harus menyelam ke spot diving. Pantai sombu atau dermaga sombu sama aja lah ya terserah mau di namai apa. Pantai sombu merupakan salah satu dive spot yang ikan dan terumbu karangnya beragam dan warna warni. Bagi yang tidak bisa diving atau dananya gak ada seperti saya bisa kok cukup snorkling di sekitar jetty. Oke saya ceritain tentang underwaternya dulu aja yah. Sekitar jetty sombu ini karena airnya yang bening dan cukup tenang ( saat itu angin barat cukup kencang, bagusnya pas teduh lebih tenang airnya) air yg bening visibility jadi clear dan bagus banget. Saya lihat ada berbagi jenis ikan, ada ikan jenis nemo, ikan aligator, ikan orange, ikan kuning, ikan biru, ikan ijo, ikan merah, ikan hitam, ikan putih wakakak saya tidak tau nama ikannya. Untuk terumbu karang pun juga beragam tidak hanya hard coral namun ada juga soft coral yang cantik. Selain itu juga ada sea-fan pink yang juga indah melambai lambai. Karang meja yang besar juga ada dan saya lihat masih utuh tidak pecah atau patah. Untungnya saya nyemplung masih tergolong pagi yaitu pukul 10.00 angin belum terlalu kencang dan arus air belum kencang sehingga air cukup jernih. Saat saya snorkling ada juga yang sedang diving di sekitar jetty, sayangnya yang snorkling saya cuma sendirian. Karena arus cukup mengombang ambingkan saya yang baru satu jam nyemplung sudah mulai lemas, dasar lemah!!! Iya saya akui saya lemah sudah tak seperti dulu bisa berjam jam betah snorkling mengapung di tengah laut. Bukan hanya itu bahkan kemampuan frerdive saya yang dulu masih sanggup sampe kedalaman 5-6 meter di sombu ini baru 3 meteran aja udah engap butuh nafas bantuan huft. Yaudah daripada lemas dan was was kalau saja tetiba ada hiu lewat melihat saya tak berdaya bisa di sikat miring akhirnya saya mentas naik ke atas pentas, eh salah ke atas jetty maksudku. Jadi bagus gak thur underwaternya sombu jetty? Bagus banget serius bagus, apalagi kalau kamu datang di waktu yang tepat pasti air dan arusnya bersahabat jadi airnya sangat jernih. Nah info ibu di simbu dive shop alias kantin bagusnya datang bulan 2-5 dan juga bulan 9-1.

20171217_085139 20171217_085213 IMG_4023

Nah habis cebur cebur di sombu jetty saya dan qory lanjut ke pantai sebelahnya yaitu pantai waha yang lokasinya tak jauh kira kira butuh 10menit saja dari sombu. Tipikal underwaternya cukup renggang jika di banding sombu, selain itu juga banyak bulu babi nya saya jadi merinding sendiri trus segera mentas ke atas pentas, eh maksud saya ke atas jetty. Alhamdulillah di bulan desember yang tergolong musim hujan kami selama di wangi wangi di beri keindahan langit yang aduhai. Air biru toska pantulan langit biru berhias awan putih bergaris bergerombol. Di pantai waha ini arus nya lebih tenang daripada di sombu sayangnya ikan dan karangnya cukup jarang. Kalau melihat informasinya sih waha merupakan salah satu spot diving dan ada e spot berdekatan sekitar waha, ya bisa jadi waha ini lebih cocok untuk diving. Pada saat saya di waha banyak anak kecil sedang bermain air saling serang sambil tertawa terbahak bahak. Saya mencoba membaur dan sayangnya saya di cuekin wakakak mungkin sudah terlalu tua jadi mereka kurang wellcome ???.

IMG_4051 IMG_4052
Selain langit biru air bening dan teriakan tawa anak anak kecil pemandangan di pantai waha ada beberapa kapal perahu kecil yang sedang bersandar. Sepintas saya melihat ke segala arah pantai rupanya belum terlalu padat perahu atau kapal nelayan yang ada di laut kepulaun wakatobi. Ya sebaiknya sih tetap sedikit saja biar tidak terlalu riuh ramai.

Karena mulai bosan saya dan qory lanjut ke tujuan berikutnya, yaitu pantai mata air seratus. Kenapa disebut mata air seratus? Ya memang di pantai ada mata air yang jumlahnya sangat banyak oleh warga sekitar disebut saja mata air seratus. Bukan sampai disitu keunikan pantai mata air seratus atau mooli sahatu, namun air yang keluar dari mata air nya adalah air tawar. Entah darimana datangnya mata air tawar di pinggir pantai ini, tapi memang bebar rasanya tawar saya sendiri sudah mencicipinya. Pantai yang tergolong sepi dan masih bersih. Pantai dengan garis pantai yang tak terlalu panjang juga tal terlalu banyak pasirnya. Lokasinya pun masih memyembunyi sehingga masih banyak yang tidak tau keberadaannya. Jika ingin ke pantai mata air seratus sebaiknya sering sering tanya sama warga sekitar ya biar gak kebablasan atau nyasar.

IMG_4062 IMG_4073 IMG_4076

Nah setelah dari pantai waha dan mooli sahatu kami mampir pantai yang gak tau namanya. Pantai ini ngumpet dan di depan tidak ada info identitas nama pantainya. Yang bikin penasaran adalah banyak mobil terparkir di pinggir jalan dekat pantai ini. Hanya ada jalan setapak cukup untuk masuk satu motor kira kira sepanjang 150 meter. Karena penasaran kami parkir motor sebentar kemudian masuk ke arah pantai yang memang aksesnya cuma satu yang kami lewati. Ternyata pantai yang letaknya ngumpet ini sudah ramai oleh warga sekitar yang sedang berlibur benar benar pikenik. Warga sekitar sedang bakar2 ikan di balebale asapnya menjadikan kesan emm mistis sih enggak tapi kayak serasa sedang di pedalaman atau hutan gtu. Orang dewasa membakar ikan ada juga ayam dan menyiapkan segala makanan sedangkan anak anak kecil pada asik bermain di pantai. Ya memang sangat cocok jika pantai ini untuk beesantai apalagi bersama keluarga. Suasana yang tenang teduh rindang membuat yang datang nyaman dan menikmati. Garis pantai yang tak panjang serta pantainya atau pasir pantai yang biasanya untuk bermain main pun juga tak luas. Di belakang balebale berdiri tegap batuan tebing di tumbuhi s

emak belukar. Balebale berjajar rapi di selingi pepohonan kelapa.
20171217_112607 20171217_112650 20171217_112938 20171217_112955

Baiklah setelah dari pantai tanpa nama kami lanjut ke destinasi berikutnya. Tujuan kami adalah puncak wanginopo atau puncak toliamba. Dari pantai tanpa nama kami membuka gmaps dan mengarahkan ke puncak toliamba. Estimasi perjalanan dalam gmaps adalah 1jam 30 menit. Langsung saja saya ikuti petunjuk gmaps yang dibacakan oleh Qory. Dari pantai tanpa nama atau waha kami ke arah hotel kemudian belok kekiri kearah bandara matahora. Setelah tiba di persimpangan ke arah kantor dprd dan bandara matahora kami diarahkan menuju kantor dprd. Setelah melaju beberapa ratus meter gmaps menunjukkan ke arah kanan masuk jalur penambangan batu kapur. Saya ikuti saja mungkin ini jalan potong yang lebih cepat. Masuk ke dalam melewati beberapa kebun warga dan berujung di penambangan batu kapur di tengah perkebunan/hutan gundul. Rupanya kami nyasar entah dimana karena di gmaps ada jalan menuju puncak toliamba sedangkan realnya jalan buntu. Untuk kesekian kalinya saya di sasarkan oleh gmaps. Setelah bertanya kepada salah seorang penambang kami di sarankan untuk kembali ke jalan raya Dprd dan lurus terus keatas sampai ketemu perkampungan 2 kali. Yasudah saya ikuti saran bapak penambang, setelah melewati kantor dprd kami melintasi perkampungan yang masih di dominasi bahkan hampir semua rumah masih berupa rumah panggung dari papan kayu. Namun meskipun begitu tak sedikit yang parkirannya berisi sebuah dua buah mobil baru. Selain perkampungan yang asri dan damai ternyata warga sedang ada hajatan besar makanya jalan ramai terpakir banyak mobil pribadi juga mobil pejabat. Kami baru ingat rupanya hari itu adalah hari jadi Wakatobi. Kami terus saja melaju perlahan melewati hajatan hajatan warga kampung sembari menebar senyum ramah untuk mereka. Usai melintasi perkampungan pertama kami masuk kembali ke hutan yang masih sangat lebat dan heterogen. Jalan lumayan naik turun dan berkelok dengan kanan kiri hutan yang tumbuh pepohonan rindang. Beberapa belas menit melewati hutan kami masuk ke perkampungan kedua dan rupanya sama di kampung kedua juga banyak yang sedang melaksanakan hajatan. Karena ragu kami bertanya kepada salah satu warga yang sedang bersantai di tepi jalan, menurut info yang kami dapat puncak toliamba masih sekitar 30 menit mengikuti jalan. Di ujung jalan kampung kedua ini terlihat ada tikungan dan jalannya menurun nah setelah tikungan itulah puncak toliamba. Dari puncak toliamba terlihat pantai juga hutan yang masih lebat dan rindang. Di puncak ini sengatan matahari terasa begitu panas. Tak lama karena juga kerasnya cahaya matahari membuat pemandangan kurang teduh kami pun segera turun ke arah Goa kontamale. Dari puncak toliamba ternyata cuma 15 menit turun sampai di Goa Kontamale. Karena di goa kontamale masih ramai kami pindah ke goa tee kasopi dan sekalian berenang disana. Airnya bening juga segar tentunya bikin betah berenang maupun berendam di tee kasopi. Sambil melihat keseruan anak anak kecil sekitar goa tee kasopi yang sedang bermain kejar kejaran saya ambil beberapa foto dan video. Terbayang kan pastinya di goa telaga berair jernih bening hijau kebiruan ramai anak anak kegirangan bermain kejar kejaran. Saya saja yang melihat ikut merasakan kebahagiaan mereka. Senyum di bibir diikuti senyum dalam hati melihat mereka. Semoga telaga goa tee kasopi dan kontamale terus terjaga

kebersihan dan jernih airnya.
20171217_122021
20171217_122954
IMG_4080 IMG_4082 IMG_4093
 Nah setelah kedinginan berenang di telaga tee kasopi kami pindah ke sombu untuk nyunset. Sesampainya di sombu tidak terlalu ramai seperti pagi hari nya, ada beberapa pasangan muda mudi yang sedang pacaran. Parkir motor dan cuek saja kami masuk ke area kantin mendekat ke arah spot foto berupa bagian depan kapal. Karena masih siang kami cukup lama menunggu saat matahari terbenam. Di dekat spot potongan kapal ada 4 anak kecil sedang bercanda tawa. Kami dekati mereka sambil ikut nimbrung bercanda ketawa ngakak bersama kemudian saya nyuri nyuri kesempatan untuk foto selfie bersama mereka. Selain lucu mereka juga riang terlihat dari pancaran wajahnya. Tak lama kemudian mereka meninggalkan kami , karena masih lama saya pun inisiatif memesan kopi dan cemilan di kantin sembari menunggu sunset. Segelas kopi lokal di temani singkong goreng krispi dengan sambel gurih pedas. Kami bersantai di gazebo istirahat sambil menikmati kopi dan singkong goreng. Dua jam kemudian mulai nampak cahaya senja coklat kuning keemasan menandakan kami saatnya beranjak menuju titik titik pengambilan foto. Meskipun agak mendung Alhamdulillah semburat semburat senja saat itu sungguh menawan. Coretan awan kelabu diatas langit biru menuju orange memantulkan cahaya keemasan diatas permukaan air laut. Semakin sore tiupan angin serta gulungan ombak juga semakin kencang. Air laut yang paginya jernih sejernih kristal telah berubah menjadi keruh dan berombak besar. Tenggelamnya matahari yang biasanya membulat pun tak kami lihat. Hanya semburat warna warni lukisan diatas langit biru yang di gebyur tinta orange dengan totolan awan putih kelabu diatasnya. Ya meskipun sunset senja kala itu tak sempurna namun keindahannya tak kalah menawan. Kala itu sunset sombu sebagai penutup penjelajahan hari kami di wakatobi. Setelah gelap datang kami pun segera kembali ke hotel untuk istirahat.

Kesan Pertama Di Wanci, Wakatobi

Oke setelah ferry tujuan Wanci sudah tiba kami para penumpang segera naik ke atas kapal. Kapal ferry yang masih baru buatan surabaya ini cukup besar bisa memuat beberapa fuso dan mobil keluarga. Interior juga masih baru pula tergolong mewah, cuma kurang AC nya aja yg belum ada. Saya dan Qori duduk di sofa bagian pojok belakang dengan beberapa orang yang tidak kami kenal. Salah satunya orang fakultas hukum kemudian operator diving dan maaf maaf maaf “orang bisu”. Saya tidak tau persis apakah memang yang bisu ini sudah sering di kerjain atau tidak, jadi si fakultas hukum yang banyak bicara dan mengkritisi kinerja pemerintah ini juga ngerjain atau godain si bisu. Mereka bercanda dengan bahasa yang saya tidak mengerti namun saya ikut tertawa. Setelah sebentar agak tenang karena si bisu pergi keluar ruangan dan kembali lagi membawa kehebohan. Yang membuat saya bingung dia pakai kartu seluler apa??? Kok bisa dia video call dengan lancar di tengah selat/ laut. Sedangkan Telkomsel saya saja edge. Tidak sampai disitu, yang diajak video call juga gak cuma satu orang mungkin 2 mungkin 3, setau saya ada cowo dan berganti cewe. Nah sewaktu vicall dengan cewe si bisu dikerjain sama fakultas hukum dengan mengkode ke si cewe untuk berhubungan sex dan si bisu marah marah namun cuma sebentar kemudian mereka bercanda tertawa terbahak bahak lagi.

IMG_3926
Selanjutnya apa? Saya g tau lagi karena capek saya tinggal tidur dan bangun sudah sampai pelabuhan Wanci menunjukkan pukul 16:xx. Pelabuhannya tidak terlalu ramai dan sepi dari aktifitas selain penurunan penumpang dan penjemputan. Sembari menunggu dijemput oleh pak Ali team Bau- bau bagian pulau Wanci saya manfaatkan untuk foto- foto sekitar pelabuhan yang airnya sungguh keruh. Ya angin memang sedang kencang ombak cukup besar tak heran jika air laut Wanci yang katanya terkenal bening pun menjadi keruh. Cekrek- cekrek sebentar selesai ambil foto pak Ali datang bersama anak dan istrinya ngantar sepeda motor yang akan kami pakai eksplore Wanci. Kemudian kami diantar ke hotel, ya salah satu hotel di pulau Wanci yang cukup bagus dan nyaman. Hotel Wakatobi namanya, harga dari 180-300 an ribu dengan view belakang hotel langsung ke laut. Karena sudah sore sebelum mandi bersihin badan saya sempatkan menengok ke belakang hotel. Ada sebuah anjungan kecil dari papan kayu cukup syahdu untuk nyunset. Karena didepan persis ada pulau Kombanone sunset pun tak bisa terlihat sempurna. Semburat orange kemerahan mewarnai langit biru yang mulai gelap. Ombak semakin sore semakin kencang deburnya berirama seolah sedang bermain musik. Angin yang tak terlalu kencang namun mampu meniup niup rambutku memgalir lewat sela sela rambut dan telinga terasa begitu adem. Sambutan yang cukup istimewa untuk kedatangan saya di pulau Wanci.

IMG_3931 IMG_3933 IMG_3942

IMG_3944

IMG_3961

Emm malamnya kami pergi keluar masih dekat hotel untuk cari makan, ada warung lamongan dan samgat ramai. Hemmm bisa jadi warung lamongan ini sangat rekomended, ya memang rasa sambalnya enak dan ayamnya pun gurih, kami memesan 2 ayam bakar dan 3 es jeruk. Cukup kaget sih untuk awalan tinggal di pulau Wanci, ya dua porsi ayam bakar dan tiga esjeruk total habis 100ribu. Its oke berarti memang harga makan di Wanci cukup mahal, dan benar ketika pagi hari kedua dan ketiga kami sarapan nasi goreng seharga 25ribu dan gado- gado seharga 30ribu. Namun ketika saya nongkrong di caffe Sombu dan Nuawasabi harga minum dan makannya pun sama saja sekitar 30-40 ribu untuk makanan dan 7-15ribu untuk minuman. Saya sarankan ketika mau makan sekalian saja nongkrong di caffe selain makanan nya cukup enak juga dapat bonus view syahdu. Ya itu cerita perkenalan kuliner di pulau Wanci. Sehabis makan kami kembali ke hotel untuk istirahat.

Sabtu, 06 Januari 2018

Berkenalan Dengan Kerajaan Buton Sulawesi Tenggara

IMG_3895 IMG_3908

Oke jadi sebenere saya di kenalkan dengan tender e-auction di Makassar, yaudah kupikir cuma ikut tender aja tho. Sudah pesan tiket sub- upg pulang pergi 11-16 desember 2017, eh rupanya sama pak bos di suruh piknik ke Wakatobi sekalian kenalan sama team Wakatobi dan Bau- bau. Cerita tentang tender skip sajalah ya, intinya 3 hari tender di kantor anu Makassar ya begitulah, hari terakhir yaitu hari kamis yang kemudian ditutup dengan nobar team Makassar dan makan mie titie depan pelabuhan Makassar. Trus sempet di ajak mas Andi katrok dan Bang Andre ngopi di liquid hotelclarion. Jumat sore saya, Qori dan bang Isral flight ke Bau- bau jam 16.00. Tiba di Bau- bau sudah senja kemerahan, dijemput bang Anton gondrong kemudian langsung tancap gas menikmati sunset di kawasan kerajaan Buton. Kerajaan islam dengan benteng terbesar di asia. Dari benteng terlihat semburat senja yang begitu memukau. Langit orange kemerahan berbalur awan mendung menggaris garis langit yang indah. Malam harinya kami ngopi bareng team Bau- bau sekaligus kenalan sambil cerita tentang bagaimana kondisi pln dan sinyal di Bau- bau. Karena tetesan air hujan kami pun bubar pukul 22.00 dan kembali ke homebase dan istirahat karena esoknya harus lanjut gas menuju Lasalimu.

IMG_3913 IMG_3914

Ya perjalanan menuju Lasalimu, saya dan Qori diantar bang Anton gondrong via darat dari Bau- bau menuju pelabuhan Kamaru Lasalimu. Pagi hari sebelum sarapan kami sudah di sambut hujan. Pagi itu kami berempat saya Qori, bang Isral dan bang Anton gondrong sarapan nasi kuning di depan salah satu sekolah tinggi di Bau- bau. Dengan porsi yang cukup banyak membuat perut saya kekenyangan, padahal akan melakukan perjalanan darat cukup jauh. Hujan pagi membuat jalan aspal menjadi licin, mobil double gardan yang kami naiki pun sempat selip ditanjakan curam. Alhamdulillah selamat setelah oper ke gigi rendah all wheel drive mobil merambat perlahan. Meninggalkan kepadatan kota mobil melaju kencang menuju pasar Wajo. Jalanan aspal mulus dengan kanan dan kiri hutan heterogen lebat dan “singup”. Beberapa kali mobil sempat tergelincir kecil kekanan atau kekiri, ya itu karena bang belakang sudah halus tak bergerigi. Terus melajukan mobil meskipun tak bisa kencang yang utama adalah safety. Setelah lepas persimpangan pasar Wajo kami ambil belok ke kiri arah Lasalimu. Jalan aspal masih kering karena belum hujan, gas di injak lagi dalam dalam agar kami segera tiba di pelabuhan. Hemmm aspalnya masih anget mulus tapi tak putih macam paha seribel. Ya aspal ketika baru justru hitam legam terasa sangat panas. Jalan berliku kanan dan kiri di samping kiri hutan dan samping kanan view laut air biru toska berpadu langit biru muda di hiasi awan awan putih bergerombol. Saya pikir jalan baru ini terus sampai pelabuhan, namun rupanya baru duapertiga jalan yang sudah di perbaiki dan sisanya membuat saya bisa merasakan sensasi offroad yang sesungguhnya. Satu jam kami melintasi jalan tanah di apit hutan heterogen tanpa ada sinyal seluler bahkan loading gps satelit pun sangat lama. Kami bertiga sudah cemas akan tertinggal ferry menuju Wanci karena waktu sudah menunjukkan pukul 11.20. Info yang kami dapat ferry berangkat sekitar pukul 12 siang, dan Alhamdulillah nya fery tiba justru pukul 12.00 dan berangkat lagi pukul 13.00.

Lasalimu – Wanci,
IMG_3920

 

Nah foto ini adalah saya ambil ketika menunggu ferry di pelabuhan Kamaru Lasalimu. Di sebelah kiri pelabuhan ada teluk kecil tumbuh rindang pohon bakau. Lumayan dapat bonus sedikit di sela sela nunggu kedatangan kapal ferry. Lasalimu ya ya ya nama yang asing bagi saya dan terdengar keren pula. Pesisir Bau- bau yang jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Suasana tenang dan nyaman sungguh terasa dan tercium disini. Tak banyak kendaraan lalu lalang juga tak ada asap industri pabrik. Bahkan masih banyak anak SD berjalan berkilo kilometer bahkan belasan kilometer dari rumah ke sekolahan. Ngomongin tentang potensi wisata yang ada di Bau- bau sesungguhnya feeling saya menangkap ada banyak sinyal- sinyal positif tentang keindahan alam yang belum di eksplore di sini. Bukan hanya tentang lautnya yang bersih dan indah namun juga saya curiga ada banyak air terjun juga perbukitan yang akan memanjakan mata. Karena memang hanya mampir saya pun tak bisa banyak mengeksplore keindahan bau-bau. Saya prediksi beberapa tahun kedepan semakin banyak spot yang bermunculan di Bau- bau ini.

 

Senin, 07 Agustus 2017

Meeting Di Banyuwangi Bablas Ngeluyur

Hemm judulnya meeting ke Banyuwangi, ya memang tujuan utamanya adalah meeting diudangan salah satu operator seluler terbesar di indonesia. Tapi di balik meetingnya ada apakah? nah cerita sesungguhnya adalah di balik meeting inilah. Meetingnya sih hari Rabu, selasa sore ya kira- kira habis magrib kami berangkat. Saya, Mas Nur dan Budi adanya Avanza yaudah yang ada aja di gas wusss dengan jalur Tuban- Lamongan- Gresik- Pasuruan- Probolinggo- Situbondo dan Banyuwangi. Tuban sampai Gresik biasa aja karena sudah sering lewat jalur itu, selepas keluar tol pasuruan jalan rame oleh truck besar dan bis. Jalan terbilang ramai agak lancar kadang macet kadang lancar begitu seterusnya sampai Probolinggo. Ya memang di beberapa ruas jalan sedang ada perbaikan jalan yang berlubang. Setelah melewati Probolinggo jalan menjadi cukup lancar, Probolinggo- Besuki lancar meskipun tidak terbilang sepi namun tidak sampai membuat arus merayap. Karena kami bertiga driver semua dan saat itu kondisi masih prima jadilah kami gas terus sampai Banyuwangi. Sebelum masuk kota Banyuwangi kami mampir foto- foto sunrise sebentar di Watudodol. Ternyata memang spot Watudodol ini sering di gunakan oleh traveler yang sedang melintas untuk mampir sekedar istirahat dan foto- foto. Suasana masih gelap, dibelakang saya ada satu truck Fuso dan di depan ada motor sejenis CB150R. Langit agak mendung dengan semburat kemerahan orang- orang masih santai dengan duduk di pinggir jalan sambil menikmati angin sepoi- sepoi. Saya turun agak mendekat ke pantai yang tak begitu luas dengan ombak cukup besar. Di sebelah kanan ada beberapa orang sedang memancing. Di ujung laut sana mondar mandir perahu kecil milik nelayan setempat kemudian di susul ada kapal tongkang yang lewat tepat ketika matahari mulai menampakkan dirinya. Langit dari gelap berawan tebal kelabu berubah menjadi merah menyala mencorat coret mewarnai pagi itu. Saya arahkan kamera HP saya cekrek- cekrek beberapa foto sunrise dengan POI kapal tongkang kemudian berganti orang memancing dan arus liuk ombak yang lewat di depan saya. Lumayan pembukaan yang waw sebelum meeting dapat bonus sunrise di Watudodol. Karena sudah mulai siang kami melanjutkan perjalanan menuju hotel lokasi diadakannya meeting. Sebelum meeting kami mencari masjid untuk numpang mandi kemudian sebentar nyari sarapan baru menuju tempat meeting. Undangan meeting yaitu pukul 09:00 dan selesai pada pukul 13:00, ya cukup singkat meeting saat itu. Nah setelah meeting inilah cerita sesungguhnya di mulai. IMG_0639 IMG_0645 IMG_0728 IMG_0750 IMG_0755 Udah pada tau kan dari Banyuwangi yang paling dekat kemana? apa Bali?? iya sih bener Bali tinggal nyebrang naik fery 30menit sampai. Karena kalau ke Bali mungkin pembaca sudah bosen makanya kami belok arah balik ke Barat namun pakai mampir dulu. Iyakkk betul kami mampir ke Kawah Ijen, gak bosen thur ke Ijen mulu? enggak sih meskipun sudah berkali- kali ke Ijen tetep aja syahdu. Iya jadi siang itu hari Rabu kami langsung naik ke Kawah Ijen. Dari Banyuwangi kota cuma 1 jam perjalanan dan sekarang jalan sudah bagus jadi avanza pun tidak perlu khawatir untuk naik sampai ke paltuding dimana kendaraan bermotor masih bisa akses. Saran saja jika driver belum berpengalaman naik turun gunung mendingan serahkan kemudimu kepada teman yang sudah sering lewatin medan pegunungan. Jalur dari Banyuwangi menuju Paltuding melewati Jambu- Licin- erekerek dan tibalah di Paltuding. Jalur Banyuwangi- Paltuding ini tergolong sempit nanjak berkelok menakjubkan membuat supir jadi tidak ngantuk lagi. Apalagi dengan pemandangan kanan kiri hutan yang masih lebat. Sesampainya di Paltuding ternyata Ding Dung Dong… loket dan pintu masuk menuju jalur pendakian sudah tutup dan infonya di buka lagi nanti pukul 02:00 untuk loket dan pintu masuk pendakian pada pukul 03:00. 26001306_1825319654147037_3068835407375987475_n Dan tau gak dari sore hingga malam mau ngapain? mana susah sinyal pula kan di Paltuding. Daripada bosan kedinginan dan gak bisa mantau kerjaan di line grup akhirnya kami jalan- jalan turun sebentar mencari sinyal. Hemm bukan untuk update medsos sih nyari sinyalnya tapi kerjaan kami masih bergantung sama sinyal euy jadi mau gak mau harus tetap terhubung dengan team yang lain. Tak jauh dari Paltuding kami tiba di sebuah pos pengecekan pengunjung yang akan menuju Paltuding. Kami berhenti sambil ngobrol dengan penjaga pos sambil standby mantau kondisi Grup kerjaan kami. Hehehe kerjaan aman liburan pun tenang, bukan begitu?? iya donk harus begitu. Di pos penjagaan ini di belakangnya adalah kebun kopi yang terkenal dari lereng pegunungan Ijen. Katanya sih kopinya enak dan khas sehingga banyak yang memburunya meskipun dengan harga yang cukup mahal. Kata bapak penjaga pos bahwa tak jauh dari pos kami bisa menuju kawah Wurung yang baru- baru ini mulau terkenal lewat media sosial. Dan memang kawah wurung menjadi salah satu destinasi kami berikutnya setelah kawah Ijen. Hari semakin sore udara pun semakin dingin. Semburat senja memecah melewati pepohonan menyinari perkebunan kopi di depan pos yang kami singgahi. 26055951_1825332774145725_9025640345431248334_n 26056078_1825332967479039_7163526201589595618_n 26112429_1825332567479079_2046702463921487798_n 26114221_1825334150812254_4513912816105011189_n 26165694_1825333150812354_643417113369295726_n 26166293_1825321107480225_7426321533829542014_n 26166905_1825321880813481_7278466747898495307_n 26167397_1825321454146857_4944396727028913395_n 26167954_1825334797478856_2082630587057954764_n 26195424_1825320377480298_7823683271002961555_n 26230011_1825324814146521_4748376463562643262_n Karena udah gelap dan semakin dingin kami segera saja balik ke parkiran Paltuding. Mas Nur dan Budi sudah menyiapkan pakaian hangat yang di bawa dari Tuban. Ciaa mereka sepertinya sudah siap menghadapi dingin malam hari nya Paltuding. Ceritanya karena mumpung ada listrik kami gantian tidurnya karena gantian juga nunggu HP yang sedang di charge. Saya dapat giliran pertama untuk tidur, ya saat itu jam masih menunjukkan pukul 21:00 sepertinya cukup tidur 1-2 jam. Dan benar pukul 22:30 otomatis saya terbangun dan langsung nyari Budi sama MasNur karena saatnya mereka istirahat dan saya berjaga sambil ngecharge HP. Pas saya menemukan mas Nur rupanya jaket tebal lengkap sampai sarung tangan dan kaos kaki plus sepatu masih saja membuatnya kedinginan. Begitu juga Budi sepertinya kedinginan padahal mereka ini kampunganya di daerah dingin juga si Budi di lereng pegunungan Dieng yaitu Banjarnegara dan MasNur dari lereng Sumbing yaitu Temanggung.   Akhirnya saat yang ditunggu telah tiba, pukul 01:30 loket penjualan tiket telah dibuka. Saya segera menuju loket yang ternyata sudah penuh oleh antrian calon pendaki gunung Ijen. Setelah menunggu beberapa antrian di depan saya 3 tiket masuk pun sudah ditangan. Pakaian pelindung dingin beserta sedikit snack dan minuman sudah siap kami segera memulai pendakian. Saya sih biasanya paling lama 2 jam sudah sampai di bibir kawah Ijen. Kami memulai pendakian pukul 01:30 dengan ritme pelan- pelan namun stabil dengan waktu tempuh tiba di bibir kawah 2 jam dan langsung lanjut menuruni ke arah sumber api biru. Alhamdulillah tiba di api biru masih kebagian nyala terang warna biru si ai biru. Wuih tak seperti 6 tahun yang lalu kawasan api biru dan tambang belerang di penuhi oleh penambang dan kini sudah berganti di penuhi oleh pengunjung yang ingin menyaksikan dan berfoto. Pagi itu angin lumayan cukup bersahabat sehingga asap belerang yang pekat cukup stabil menyembur ke atas meskipun sesekali bergoyang ke kanan kiri depan maupun belakang. Udah tau kan asap belerang ini sangat berbahaya bagi organ pernafasan manusia? nah maka dari itu siapkan masker yang terbaik yang kamu punya. Malam itu di kedai kopi yang menyewakan masker saya nyoba masker doble filter merk 3M dan memang mantap saya rasa sangat membantu jika di pakkai turun ke kawah. Kalau hanya punya masker yang biasa di pakai touring sih juga gak papa meskipun tak begitu menahan pekatnya bau dan asap belerang, tapi setidaknya itu lebih bagus daripada masker hijau atau jauh lebih baik daripada masker kecantikan wakakak salah ya?!   Tigapuluh menit waktu berselang matahari pun menggantian cahaya rembulan yang tadinya gelap mulai berganti terang. Pagi itu langit agak mendung gumpalan awan berjejer sangat rapat dan rapi. Semburat orange kemerahan sedikit mengintip dari balik awan putih tebal. Dari balik tebing dan kepulan asap belerang mulai nampak cekungan berisi air berwarna biru kehijauan. Ya benar itulah danau kawah raksasa salah satu yang terbesar di dunia. Salah satu lohh ya bukan satu satunya, artinya ada danau danau kawah lain yang besar juga. Coba bayangkan kami di bawah cekungan raksasa bekas letupan lawah Gunung Ijen yang mahadahsyat beribu tahun lalu. Air danau biru kehijauan asap belerang kuning pekat menyembur keatas terkadang terombang ambing oleh angin. Dan tau gak di dalam asap pekat berbahaya itu ada beberapa orang yang mengorbankan jiwa raga mereka menambang belerang untuk menghidupi keluarganya. Katanya satu kilogram kini di hargai 950 rupiah sudah naik jika 6 tahun lalu masih di hargai 500 rupiah. Saya sempat bertanya kepada si bapak penambang, ya memang karena terpaksa melakukan pekerjaan bahaya ini. Terkadang ketika turis atau wisatawa sedang sangat ramai para penambang ada yang bergantian “nyambi” menjadi guide dengan bayaran tip yang cukup besar. Jika di bandingkan 6 tahun lalu dengan sekarang memang sangat jauh drastis lonjakan pengunjungnya. Enam tahun lalu saya cuma dengan beberapa bule yang datang berkunjung dan saat ini mencapai puluhan ribu dalam sehari. Apalagi sekarang sedang di bangun stasiun kereta gantung di puncak bibir kawah nya, tidak dapat saya bayangkan jika kereta gantung sudah jadi akan seperti apakah ramainya. IMG_0764 IMG_0997 IMG_1076 IMG_1108 IMG_1136 IMG_1161 IMG_1166 IMG_1216 IMG_1245 Puas menikmati keindahan Kawah Ijen dari dekat dan sedikit berfoto- foto kami bertiga kembali ke parkiran paltuding. Mendaki jalan setapak yang tadinya berupa turunan curam sekarang berganti tanjakan terjal. Perlahan kami menapaki jalan setapak bergantian dengan para penambang yang mempunyai prioritas lebih dulu daripada kami para pengunjung. Kalau di convert ke dalam satuan waktu kurang lebih 30 menit pendakian dari dasar kawah sampai bibir kawah atau puncak Ijen. Dari puncak Ijen kami berjalan santai sambil menikmati udara segar serta pemandangan pagi yang menawan. Pagi itu jalur masih cukup sepi mungkin karena bukan weekend jadi tak terlalu padat dan harus antri untuk lewat. Oiya sekarang sudah ada jasa ojek kereta dorong yang biasanya dipakai penambang untuk mengangkut belerang. Kalau untuk tarifnya saya lupa, kalau tidak salah 200K sekali jalan. Karena berjalan santai kami tiba di parkiran Paltuding menempuh waktu selama satu jam. Setibanya di parkiran karena sudah menahan pipis sejak di puncak Ijen kami segera mencari toilet dan toilet yang biasanya masih belum buka, untungnya ada toilet yang baru di bangun dekat lokasi camping ground. Sebelum turun menuju kawah Wurung sebaiknya sarapan dulu biar gak lemes dan gemetar. Pagi yang dingin memang enak banget sarapan mie rebus dengan telor di temani segelas kopi hitam lokal Ijen. Lanjut ya… menuju kawah Wurung, ya kawah Wurung yang akhir- akhir ini mulai terkenal seperti tetangganya kawah Ijen. Kawah Wurung ini sudah masuk kabupaten Bondowoso berbeda dengan kawah Ijen yang sebagian kalau gak salah masuk juga ke Banyuwangi. Dari kawah Ijen tak terlalu jauh kok ke kawah Wurung, jika merujuk pada google maps maka perlu waktu sekitar 30 menit. Seingat saya kalau dari kawah Ijen turun arah Sempol nanti setelah perkebunan tak jauh dari perkebunan itu ada plang penunjuk arah belok kekiri. Dari jalan utama Paltuding- Sempol masuk kedalam dengan jalan desa yang masih belum bagus bahkan mendekati kawah Wurungnya jalanan sungguh rusak dan hancur jadi harap hati- hati saat berkendara menuju kawah Wurung. Semoga segera menjadi concern bagi pemerintah daerah setempat atau warga agar pengunjung dapat menikmati keindahan alam tanpa harus tersiksa melewati jalan yang rusak. Tiba di kawah Wurung saya langsung parkirkan kendaraan dan memulai explore. Kawah Wurung ini sebenernya bukan seperti kawah- kawah pada umumnya karena tidak ada kawah berupa air kawah atau sejenisnya. Kawah Wurung konon katanya dulunya sebuah kawah aktif yang kemudian sudah mati dan menjadi padang savana yang di tumbuhi rerumputan. Sejauh mata memandang yang ada hanyalah hamparan padang rumput hijau menyegarkan mata. Kalau mau di turutin explore semuanya sepertinya waktunya tidak akan cukup sehari, ya karena memang sangat luas dan semuanya indah. Karena waktu dan tenaga kami sudah menipis kami cuma melihat dan menikmati dari gardu pandang dan sekitarnya saja. “Bagus dan rekomended gak thur??? ” bagus kok dan memang rekomended semoga terjaga keindahan, kebersihan dan ke-alami-an nya. IMG_1283 IMG_1286 IMG_1294 IMG_1296 IMG_1297 IMG_1300 IMG_1303 IMG_1308 IMG_1321 IMG_1325 IMG_1329 IMG_1335 IMG_1341 IMG_2127 Capek sudah keliling kawah Ijen dan Kawah Wurung saatnya untuk istirahat. Turun dari kawah Wurung menuju Bondowoso kemudian kami berencana sekalian mampir ke Bromo. Karena sudah mulai sore dan tidak mau tidur kedinginan di Bromo seperti saat kedingingan di Ijen maka kami sepakat untuk ke Bromonya pagi buta sebelum subuh. Awalnya kami sepakat istirahat di pom bensin untuk menghemat biaya, namun karena hujan dan daripada basah dan tidak bisa tidur dengan nyenyak akhirnya mas Nur memesan kamar hotel yang dekat ke arah Bromo. Pukul 23:00 karena hujan dan terpaksa pindah kami bergeser dari pom bensin menuju hotel. Tadinya sudah berencana untuk berangkat ke bromo sebelum subuh agar bisa melihat sunrise, namun apa daya kami masih kecapean dan ujung- ujungnya berangkat ke Bromonya jam 08:00. Sebelumnya saya belum pernah perjalanan terang hari menuju Bromo lewat jalur Probolinggo, dan ternyata pemandangan yang selama ini belum saya lihat begitu indah mempesona. Terlihat perbukitan dan perkebunan warga dengan satu dua gubug di tengahnya. Lereng- lereng yang di tumbuhi rerumputan tipis seolah mirip dengan bukit gundul di Nusa Tenggara. Karena udara pegunungan yang segar dan dingin saya sengaja membuka jendela kaca mobil dan mematikan AC agar lebih menikmati perjalanan. Sambil menyapa warga yang mau pergi ke pasar ataupu ke kebun mereka. Sungguh ramah memang orang- orang pedesaan mereka membalas sapa dengan disertai senyum paling manis yang mereka punya. Setelah mendaki jalur tanjakan selama kurang lebih 45 menit dengan ratusan kelokannya akhirnya kami sampailah di Sunrise Point Seruni. Namun memang belum rejekinya Budi dan mas Nur karena saat kami tiba kabut sedang tebal dan tak bisa menikmati pemandangan apapun di sana. Yasudah tidak mengapa kemudian kami turun sembari mampir mencari sarapan untuk mengahangatkan badan. IMG_1354 IMG_1356 IMG_1367 IMG_2140

Rejeki memang tidak kemana, ya kami sempat mendapat pemandangan yang cukup menawan saat perjalanan turun menuju Probolinggo. Masih di kawasan Bromo kalau gak salah daerah Ngadas atau Jetak masih banyak perkebunan warga sekitar yang bisa di jadikan objek foto yang ciamik. Karena memang sudah tidak terburu- buru kami berkendara dengan santai sembari menikmati pemandangan dengan sesekali berhenti sebentar untuk berfoto.

IMG_1397 IMG_1392 IMG_1387 IMG_1371 IMG_1369