Tulisan saya ini akan lebih banyak bercerita tentang Binter Merzy kepunyaan saya sendiri bukan membahas Binter Merzy secara umum. Ya ngomongin masalah hoby motor memang tidak akan pernah ada habisnya. Baik hoby motor keluaran teranyar maupun motor tua sampe motor tuek yang style jadulnya terus meroket gak mau kalah kekinian. Binter Merzy masuk yang mana? menurut saya masih masuk kategori motor Tua belum masuk kategori Tuek karena masih banyak mbah- mbahannya seperti BSA, Norton, AJS, Harley yang di produksi di tahun 1960an. Kalau ngomongin motor tua ada aja masalahnya dan menurut saya juga setiap masalah di motor itu besar kecilnya juga tergantung ownernya. Kalau di bilang perfeksionis sih enggak juga karena kalau perfeksionis harus ngikuti sama tebal kantong. Akan tetapi dari awal pelihara GL100 tahun 1979 saya selalu berusaha merubah apa yang saya rasakan belum nyaman sampai terasa nyaman untuk di kendarai. Baiklah untuk Binter Merzy yang saya dapat ini pun juga perlu banyak penyesuaian. Saat itu saya dapat dari om arif bona di Yogyakarta pada saat di iklankan kondisi motor bagus tidak ada PR, ya secara umum motor tinggal pancal gas. Kembali lagi ke selera tingkat kenyamanan bagi saya juga estetika eyeketching nya menurut saya perlu di sesuaikan lagi. Jelas selera owner yang lama dengan saya berbeda dan hal ini tidak perlu menjadi perdebatan sengit dan panjang wakakak
Pada suatu hari saya sedang servis GL100 saya di sebuah bengkel di Sunggingan Boyolali lewatlah sebuah motor yang saat itu saya belum mengenali betul dari segi bentuknya. Blug…blug…blug…jeblug kira- kira begitulah suara knalpotnya ketika motor itu melaju santai lewat di depan saya. Setelah saya ngobrol dengan beberapa teman dan mekanik akhirnya saya mendapat jawaban bahwa itu Binter Merzy dan langsung oncek ke Google ternyata benar fisik yang saya liat dengan foto di Google sama. Masih dalam khayalan galau saya meracau alias ngomyang ngomongin Binter Merzy yang entah kapan akan kebeli. Dulu sewaktu almarhum mas Danu masih hidup saya sering curhat sama dia kalau pengen punya Binter Merzy 1 aja. Akhirnya setelah kebanyakan berkhayal dan meracau saya jadi gatal pengen tau harga pasaran motor ini. Buka Facebook dan searching semua grup yang berbau motor ini. Sekitar satu sampai dua bulan saya memantau pergerakan grup- grup yang sudah saya ikuti. Sampai akhirnya saya beranikan posting di salah satu grup ” di cari binter merzy standar surat lengkap pajak hidup di utamakan plat AD “. Tak lama postingan saya kemudian di komentari beberapa orang yang memang sedang menjual motornya atau yang tau info motor yang sedang dijual. Saat itu ada 2 pilihan sama- sama plat AD satunya milik om Arif bona dan satu lagi om Teguh namun posisinya di tegal. Setelah negoisasi cukup panjang akhirnya pilihan saya jatuh ke Binter Merzy om Arif Bona. Setelah deal motor langsung saya jemput ke Yogyakarta bersama Fajar Begundal CB Klaten. Nah untuk kondisi awal saya serah terima motornya akan saya ceritakan yang kemudian di ikuti foto- foto. Binter Merzy platina tahun 1980 dengan frame dan mesin standar asli bawaan platina begitu juga tangki nya masih kotak khas platina dengan cat hitam mulus mengkilat. Posisi stang stir cukup tinggi atau bahasa kerennya semi hanger. Ban dan velg depan masih bagus standar ring 18, untuk ban belakang cukup alus dengan velg standar dan masih bawaan pabrik yaitu besi takasago ring 17. Jok saat serah terima masih tertempel jok modifikasi ala japstyle namun sesuai kesepakatan di kasih bawaan jok standar platina nya. Lampu- lampu komplit ada semua dan spion juga ada model crhome classic. Mesin nyala normal kickstater mudah dan stasioner. Setelah saya bayar dengan uang tabungan gaji 3 bulan di tambah THR motor langsung saya gas bawa pulang ke Klaten, untuk sementara saya titipkan di rumah Fajar Begundal CB Klaten.
Oke sekarang saya ceritakan first impression saya tentang motor ini. Saya ceritakan base on motor ini ya bukan secara umumnya binter merzy. Motor Binter Merzy dengan volume mesin 200CC transmisi 5 percepatan dengan kompresi sekitar 1:8. Tarikan dari awal sampai akhir termasuk berat di tambah pula bobot motor yang memang berat sekali. Mesin masuk kategori kasar bunyi clak clak clak kencang sekali, maklum motor sudah tua. Knalpot standar masih alus tidak polusi suara. Lampu depan cukup terang untuk jalan malam masih aman. Dari saya pribadi ngomongin kekurangan motor ini saat saya terima adalah stir atau comstirnya sudah oblak jadi ketika kena lubang stirnya bunyi “jeglakkk”. Kemudian setelah saya pakai beberapa kali terasa ban belakang goyang sepertinya masalah lengan ayun atau mungkin laher roda. Untuk bagian mesin ada beberapa bagian yang oli nya rembes yaitu di paking head, baut tusuk sate yang paling atas dan bagian filter oli.
Setelah di ganti knalpot dan jok inilah motor langsung saya jajal lintas propinsi ke Tuban Jawa Timur dengan kondisi jalan raya datar dan sedikit berbukit. Setelah mesin panas menempuh perjalanan sekitar satu jam terlihat di beberapa bagian terdapat rembesan oli juga terasa roda belakang seperti ngegeyol.
Setelah di bongkar boshing swing arm sudah aus minta ganti karena saya belum tau part penggantinya maka saya pakai semaksimal mungkin yang ada. Karena ban belakang sudah alus sekalian saya ganti tapi sayangnya saya salah beli ukuran, malahh beli yang terlalu kecil. Selanjutnya ketika ada waktu longgar saya coba- coba bongkar bagian head mesin coba solving kenapa oli nya pada rembes.
Setelah beres perbaikan part 1 motor saya pakai sehari- hari untuk transpotasi sekitaran Tuban dan Lamongan. Alhamdulillah so far so good tidak ada kendala berarti. Setelah ganti laher noken as yang sedikit oblak mesin jadi sedikit lebih alus. PR selanjutnya adalah ganti boshingan swing arm yang sudah sedikit oblak.
Dan untuk pertama kalinya saya trouble di jalan yaitu saat perjalanan balik dari Lamongan ke Tuban. Tetiba setelah lampu merah Pucuk motor tersendat dan mati tadinya saya kira bensin telat mengaliri karburator atau mungkin busi nya mati. Karena tidak bawa kunci- kunci akhirnya pasrah motor saya dorong pelan- pelan di pinggir jalan raya. Oiya kalau masalah CDI sebelumnya pernah mati karena pakai Imitasi merk tukugawa dan sudah saya ganti dengan CDI shogun merk sindhegen. Namanya rejeki datang tidak di sangka- sangka ndilalah ada rombongan anak CB habis ada acara dari Surabaya sedang perjalanan pulang ke Rembang- Pati berhenti dan seperti biasa adat pecinta motor tua yaitu menawarkan bantuan. Karena anak2 CB Rembang- Pati ini juga tidak cocok kunci businya akhirnya motor di step alias di pancal sampai Tuban. Ternyata pas sampai Tuban saya minta tolong pudin bawakan kunci busi dan di cek ternyata businya tidak bermasalah, namun CDI yang bermasalah. Sampai di kosan motor langsung saya istirahatkan saya juga istirahat biar esokan harinya bisa mengoperasi ada apa gerangan.
Ternyata setelah nyerah dan saya pasrahkan mekanik andalan saya mas Kayyis motor terindikasi soketnya kendor, karena setelah di coba pakai CDI mas kayyis motor juga sering hidup mati. Setelah di ganti soketnya motor aman ngacir kembali. Karena bosen juga dengan style ireng dof cat saya kelupasin dan saya bikin rusty style.
Projek masih terus berjalan, angan- angan berikutnya adalah ngecat full termasuk rangka, tapi masih bingung antara hitam dof atau hitam gilap. Untuk body sudah cukup senang seperti ini, stang medium shock depan standar, tangki, tepong dan jok platina, ban depan belakang gambot, knalpot mungkin akan saya ganti model RE.
Nah kalau untuk suka gak suka nya motor ini bagi saya adalah:
Yang jelas paling saya suka adalah suara knalpotnya kalau langsam kayak inggrisan atau eropa, jeblug jeblug blarrr. Selain itu motor ini terlihat besar panjang dan gagah. Untuk performa mesinnya motor ini gak bisa di pakai pecicilan dalam kota, memang desainnya dirancang untuk touring jarak jauh jadi di buat untuk kenyamanan jangka pangjang dan ketahanan jarak terjauh. Untuk kecepatan atau lari nya sesungguhnya motor ini bisa di bilang kencang sekali asal berani dan sabar menunggu tenaga putaran atasnya tiba. Saya sendiri belum pernah sampai mentokin gas. Takut? iya memang takut juga saya tidak tega mendengar raungan mesinnya yang gak karuan. Seringkali cukup sampai separo gas nya saja sudah kencang, kalau di kira- kira ya lari 100kpj lah dalam trek lurus dan mulus.
Nah yang gak saya suka dari motor ini apa? yang pertama bobot motornya sendiri sudah sangat berat apalagi di tambah beban bobot saya 70kg jadi makin berat kan kalau lagi riding. Selain berat juga akslerasinya menurut saya lemot jadi harus beneran sabar menunggu saatnya pindah gigi transmisi. Sparepartnya sudah susah mahal pula mana subtitusinya gak segampang keluarga GL/CB pun. Satu lagi tapi sebenere gak terlalu gak suka atau lebih condong ya maklum biasa aja sih, mesinnya yang kasar hampir kayak diesel suara clakk clakk clakk nya kenceng euy.
video