Setelah ngobrol dengan simbah Wanto akhirnya saya di sarankan berangkat ke Toraja malam hari dengan naik bis. Sekalian nyari makan malam saya diantar mbah Wanto dan Qory menuju pool bis Litha Co untuk membeli tiket dan sekalian berangkat malam itu juga menuju Toraja. Sambil menunggu bis di berangkatkan pada pukul 22:00 simbah sok kenal sok dekat dengan seorang cewe di sebelah kami. Ada beberapa pertanyaan yang simbah ajukan untuk cewe itu, mulai dari namanya siapa trus mau kemana sampai ada spot apa saja yang bagus di Toraja. Dan lucunya simbah kenalin ke saya trus di bilang ” ini temenku mau ke Toraja kamu bisa temani dia tidak? saya khawatir dia nyasar hilang nanti di sana ” wakakak kocak kocak si cewe senyam senyum mulu pula nya. Setelah cewe itu pergi bar saya tanya ke simbah detailnya ternyata dia orang Makale Toraja yang kini menjadi Tana Toraja. Nah Toraja ini mekar menjadi Tana Toraja dan Toraja Utara, untuk wisata yang dulunya masih di sebut Tana Toraja kini sebagian besar di Toraja Utara seperti kete kesu, londa, negri atas awan dan masih banyak lagi. Kalau Tana Toraja pusat keramaiannya ya Makale itu tempat si cewe yang simah ajak kenalan tadi.
Waktu sudah menunjukkan pukul 22:00 saya pun salaman pamit ke simbah dan Qory dan naik ke bis karena akan segera di berangkatkan. Bis nya sih agak tua namun interiornya masih nyaman. perjalanan malam saya manfaatkan untuk tidur agar keesokan harinya bisa banyak tenaga untuk explore. Pagi hari matahari mulaimenerangi bumi dan nampaklah pemandangan indah di kanan dan kiri. Seperti biasa ada sesuatu yang berbeda saya rasakan, ya selain rasa merasa asing di tempat baru juga ada sesuatu seperti ada ikatan batin dengan Toraja ini. Rasa hati senang bercmpur decak kagum melihat keindahan alam Toraja ciptaan Allah yang begitu sempurna. Dalam kekaguman saya menikmati dari balik jendela bis kemudian terhenti karena bis menurunkan penumpang di salah satu sudut perempatan. Yapp benar sekali ada salah satu penumpang yang turun, sepertinya sih mahasiswi yang sedang mudik. Anaknya cantik putih imut mungil tapi agak judes saya tengok. hus hus hus lanjut cerita ya, nah saya kira sudah sampai di Toraja karena sudah banyak tulisan Toraja. Setelah bis jalan lagi saya mulai cemas saya harus turun dimanakah? jangan jangan nanti kebablasan. Menurut artikel yang saya baca sih harusnya saya turun di Rantepao. Kata cerita artikel itu turun di dekat mesjid besar Rantepao. Setelah melewati mesjid besar dan ada lapangan/ alun- alun bis berhenti menurunkan beberapa penumpang. Saya pikir inilah Rantepao karena mirip cerita dalam artikel ada mesjid dan lapangan toh juga ada perwakilan agen bis Litha Co juga, ah yasudah saya turun saja kemudian berjalan ke sekitar alun- alun. Setelah memutari alun- alun dan melihat kok bis nya jalan lagi? wah brarti ini bukan destinasi terakhir bis donk???
Namanya aja Bego Adventure kadang ada aja kebegoan yang saya lakukan. Setelah sarapan di belakang alun-alun dan mengambil beberapa ratus uang di atm BRI *(ya karena gak ada ATM BCA adanya BRI ), saya bertanya ke satpam BRI saya sedang dimana sebenernya. Ternyata saya salah mendarat, saya masih di Makale kota Tana Toraja yang artinya tempat tinggal si cewe di pool bis kemaren malam. Eh kok ya bener simbah Wanto dia khawatir saya nyasar kok ya nyasar beneran. Setelah nanya kalau mau ke Rantepao naik apa saya segera menuju terminal angkot Makale dan berganti mobil travel ( angkot juga sih sebenernya) menuju Rantepao. Makale menuju Rantepao bisa di tempuh selama 1jam perjalanan cukup santai. Setelah tiba di Rantepao saya minta di turunkan sama supir travelnya di lapangan yang ada rental motor. Ternyata benar lapangannya memang dekat masjid besar Rantepao dan juga ada beberapa rental motor disini.
Turun dari travel saya langsung ke salah satu penyewaan motor di Rantepao. Ada dua bocah kecil di depan rumah kemudian saya minta tolong panggilkan orang tua nya karena saya mau menyewa motor. Keluarlah seorang wanita setengah baya dengan rambut di ikat kulit putih badan agak berisi serta cukup tinggi. ” Mau sewa motor ya dek ? ” sahut ibu itu sembari jalan keluar menuju kearah saya. Transaksi menyewa motor selesai saya tinggalkan KTP serta mengisi data diri di sebuah buku. Sebelum menjelajah saya sengaja ke kantor agen perwakilan penjualan tiket bis, ya saya coba bis yang lain untuk kembali ke Makassar yaitu bis Primadona. Tiket bis Rantepao- Makassar seharga 160K sudah di tangan saatnya menjelajah tanpa bimbang. Tujuan pertama adalah Kete’ Kesu yang tak jauh dari kota Rantepao. Kurang lebih saya memacu laju kendaraan saya selama 30 menit menuju arah Makale dan di pinggir jalan ada petunjuk arah Kete’ Kesu masuk kekiri tak jauh dari jalan raya saya sudah sampai. Sepertinya di Kete’ Kesu inilah spot rumah ada tongkonan yang paling sexy dan eyeketching. Ada beberapa rumah tongkongan yang berjejer rapi saling berhadapan. Memang sudah di desain untuk kepentingan wisata sehingga sudah terkelola dengan baik juga di pintu masuk banyak penjual kain serta oleh- olh cinderamata. Oiya di sebelah pojok paling ujung dari deretan rumah tongkonan ada penjual seorang ibu- ibu sudah tua, kalau main ke sini mampir toko si Ibu ini dan belilah satu atau dua barang yang dijualnya itung- itung membantunya. Setelah dari Kete’ Kesu saya melanjutkan ke Londa. Londa adalah sebuah kubur batu yang alami tanpa membuat lubang untuk menaruh mayat. Londa tak jauh dari Kete’ Kesu cuma 15 menit sudah sampai. Londa ini berupa goa yang di manfaatkan warga sekitar untuk menaruh mayat atau menguburkannya (gak dikubur sih di taruh gtu aja). Nah setelah dari Londa masih kubur batu juga namun yang ini bedanya dibuatkan lubang di tebing batu terlebih dahulu. Lemo ya namanya Lemo, kubur batu buatan kalau istilah guide yang menjelaskan kepada saya di Londa.
Niatnya dari Lemo saya nyari warung makan dulu baru lanjut eksplore namun susah nyari warung makan apalagi yang halal. Gas lanjut lagi aja buka map saya arahkan menuju negri atas awan Lolai. Waktu masih menunjukkan pukul 11:45 dan saya segera bergegas agar masih bisa sedikit bersantai dan mengisi perut yang sudah keroncongan. Jalan menuju Lolai menanjak berkelok dengan hutan dan beberapa perkampungan warga yang masih asri. Sebelum sampai Lolai saya berhenti sebentar karena ada semacam villa yang viewnya keren. Di depan bertuliskan negri atas awan To’ Tombi, yasudah saya masuk saja sekalian siapa tau caffe nya jualan mie rebus wakakakak. Pesan kopi hitam dan mie rebus, yeeaayy akhirnya makan juga. Sambil menunggu pesanan saya tiba saya sebentar foto- foto di spot yang sedang di perbaiki. Hamparan sawah di bawah dan hutan pinus di sebelah kiri dan kanan. Katanya sih di depan spot yang saya injaki ini adalah atas awan yang terkenal itu, namun karena saya datangnya kesiangan tidak ada awan yang bergerombol layaknya lautan. Pesanan saya telah datang saya makan siang bareng sama rombongan dari Pontianak yang bahasanya mirip dengan bahasa Minang. Selesai makan saya melanjutkan foto- foto dan mengabil beberapa video sekitar Villa To’ Tombi.
Nah dari To’ Tombi saya lanjut ke Tongkonan Lempe dan caffe Lolai. Dari To’ Tombi sampai Tongkongan Lempe tak jauh cuma butuh 15 menit sudah sampai. Ya jadi di puncak negri atas awan ini ada beberapa berjajar rumah tongkonan. Ketika saya tiba di Tongkonan Lempe nampak sedang di bangun sebuah pondasi yang konon katanya akan di dirikan Hotel bertingkat mewah. Dari Tongkonan Lempe pemandangannya tak kalah indah dengan di To’ Tombi. Setelah sebentar menikmati sejuknya hawa dingin dan hijau hamparan bukit berlapis pepohonan rindang saya bergeser ke Caffe Lolai. Caffe Lolai inilah sebenernya yang saya cari sedari bawah. Caffe dengan lokasi tertinggi di desa Lolai pemandangannya pun juga lebih menawan. Di sebelah kiri ada rumah tongkonan beserta kuburan dan di sebelah kanan ada Tongkonan Lempe di lihat dari atas. Bagusya menikmati kopi dan jajan di caffe ini adalah ketika pagi hari. Selain dapat menikmati indahnya matahari terbit juga ada bonus lautan awan diantara jam 07:00 hingga jam 09:00.
Karena cuaca mendung dan waktu sudah menunjukkan pukul 16:30 saya bersiap turun ke Rantepao dan bersiap menuju Makassar.