Tepat hari ke sepuluh kami di bali ya tepatnya saya dan Hafiz, kemudian disusul Hendra yang ikut pulang bareng dari bali overland menuju Jakarta. Dari bali kami tidak langsung menuju jakarta namun sengaja mampir di beberapa persinggahan. Dengan mengarungi selat bali diatas kapal fery kami melihat daratan Banyuwangi dan sejuta pesonanya yang siap menghipnotis kami. Masih sore kami sudah merapat ke daratan pesisir kota Banyuwangi, kota yang tidak terlalu ramai dan hanya sebatas menjadi transit orang yang melakukan penyebrangan ke Bali baik untuk wisata atau lainnya. Kota yang cukup tenang dari kebisingan dan kemacetan, kota yang bersih dan asri. Sekejap kami terhipnotis oleh eloknya Banyuwangi yang kemudian tersadar oleh pak Didik yang sudah siap menjemput kami dan mengantarkan ke hotel. Sembari menyusuri kerlap- kerlip malam hari Banyuwangi pak Didik mendongeng mulai dari awal mula Banyuwangi, kantor kabupaten, kemudian kerajaan blambangan, jalur erek-erek dan macan lelembut di Ijen. Tanpa terasa jeep pak Didik sudah berhenti di depan sebuah hotel, Hotel Baru namanya harga yang cukup murah untuk semalam. Cukup sebentar istirahat kami sebelum akhirnya menanjak menuju kawah ijen melihat si api biru. Tidur mulai dari jam 21:00 dan di bangunkan pada 01:00 karena saat yang tepat adalah pukul 3 pagi untuk melihat api biru. Diantarkan driver pak Didik dengan jeep 4WDnya kami tiba di pos terakhir sebelum pendakian pukul 02:00. Kali ini memang berbeda dengan setahun yang lalu saya datang sendiri dan mendapat tumpangan menginap gratis bahkan tiket masuk serta ijin kamera pun juga gratis namun kali ini saya membayar tiket dan ijin kamera datangnya pun naik jeep. Setelah selesai mengurus tiket masuk kami bertiga segera mendaki menuju kawah ijen dan sumber api biru. Tak terasa sudah satu jam pendakian dan baru sepertiga perjalanan. Perlahan namun pasti sambil menikmati segarnya udara dingin serta nyanyian jangkrik dan belalang di terangi pantulan cahaya bintang. Memang malam dan tak ada sumber cahaya selain senter yang kami bawa namun cahaya langit cukup memberi penerangan sehingga kami tetap dapat menikmati indahnya ijen malam hari. Setelah berkelok kelok dan tanjakan kami lewati tanah datar menyempit pun menandakan kawah sudah dekat dan tinggal menuruni jalur penambang belerang dari kawah. Kami tiba di waktu yang tepat yaitu sekitar pukul 03:30 api biru masih menyala dengan gagahnya dan garangnya. Perlahan matahari menampakkan sinarnya seiring mengusir warna biru sumber api kawah ijen. Pukul 05:00 api biru perlahan mulai tak nampak dan sebaiknya segera naik menuju bibir kawah untuk menikmati keindahan lain dari kawah ijen. Danau kawah berwarna hijau dengan awan putih pekat di sertai semburat pelangi diatasnya menjadikan pemandangan pagi itu begitu sempurna. Ranting pohon yang telah mati terbakar oleh asap belerang menambah keangkuhan sang kawah. Dijadikan sebagai foreground maka akan menambah sedikit ciamik foto yang dihasilkan. Tanah bercampur belerang berwarna kuning ke oranyean ranting pohon terbakar warna hitam air kawah hijau muda semburat putih dan langit biru dengan awan putih pekat. Tidak lupa pelangi menggaris diatas kawah benar memang indah ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Mata ini adalah ciptaan Tuhan yang tak tergantikan oleh kamera secanggih apapun karena hasil foto sedahsyat apapun tak sanggup menandingi rekaman oleh mata. Tuhan INDONESIA ini begitu indah, sadarkan orang- prang ini agar tetap menjaganya <3.
Api Biru dalam Ganasnya
Langit berwarna biru meskipun tak cerah dan berhias awan putih pekat namun ada segoresan pelangi menambah sempurnanya alam ijen pagi itu, dengan di bawahnya air danau kawah yang hijau tenang seolah memberikan kedamaian bagi yang melihatnya. Kepulan Asap belerang bukan menutupi keindahan namun menyeimbangkan bahwa di balik kecantikannya ada hal lain yang harus di waspadai dan sewaktu waktu dapat berbahaya.
Penambang Belerang yang bekerja 20jam dalam sehari 5 hari dalam seminggu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar