Minggu, 07 Januari 2018

Bego Adventure Sendirian Ke Toraja

Setelah ngobrol dengan simbah Wanto akhirnya saya di sarankan berangkat ke Toraja malam hari dengan naik bis. Sekalian nyari makan malam saya diantar mbah Wanto dan Qory menuju pool bis Litha Co untuk membeli tiket dan sekalian berangkat malam itu juga menuju Toraja. Sambil menunggu bis di berangkatkan pada pukul 22:00 simbah sok kenal sok dekat dengan seorang cewe di sebelah kami. Ada beberapa pertanyaan yang simbah ajukan untuk cewe itu, mulai dari namanya siapa trus mau kemana sampai ada spot apa saja yang bagus di Toraja. Dan lucunya simbah kenalin ke saya trus di bilang ” ini temenku mau ke Toraja kamu bisa temani dia tidak? saya khawatir dia nyasar hilang nanti di sana ” wakakak kocak kocak si cewe senyam senyum mulu pula nya. Setelah cewe itu pergi bar saya tanya ke simbah detailnya ternyata dia orang Makale Toraja yang kini menjadi Tana Toraja. Nah Toraja ini mekar menjadi Tana Toraja dan Toraja Utara, untuk wisata yang dulunya masih di sebut Tana Toraja kini sebagian besar di Toraja Utara seperti kete kesu, londa, negri atas awan dan masih banyak lagi. Kalau Tana Toraja pusat keramaiannya ya Makale itu tempat si cewe yang simah ajak kenalan tadi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 22:00 saya pun salaman pamit ke simbah dan Qory dan naik ke bis karena akan segera di berangkatkan. Bis nya sih agak tua namun interiornya masih nyaman. perjalanan malam saya manfaatkan untuk tidur agar keesokan harinya bisa banyak tenaga untuk explore. Pagi hari matahari mulaimenerangi bumi dan nampaklah pemandangan indah di kanan dan kiri. Seperti biasa ada sesuatu yang berbeda saya rasakan, ya selain rasa merasa asing di tempat baru juga ada sesuatu seperti ada ikatan batin dengan Toraja ini. Rasa hati senang bercmpur decak kagum melihat keindahan alam Toraja ciptaan Allah yang begitu sempurna. Dalam kekaguman saya menikmati dari balik jendela bis kemudian terhenti karena bis menurunkan penumpang di salah satu sudut perempatan. Yapp benar sekali ada salah satu penumpang yang turun, sepertinya sih mahasiswi yang sedang mudik. Anaknya cantik putih imut mungil tapi agak judes saya tengok. hus hus hus lanjut cerita ya, nah saya kira sudah sampai di Toraja karena sudah banyak tulisan Toraja. Setelah bis jalan lagi saya mulai cemas saya harus turun dimanakah? jangan jangan nanti kebablasan. Menurut artikel yang saya baca sih harusnya saya turun di Rantepao. Kata cerita artikel itu turun di dekat mesjid besar Rantepao. Setelah melewati mesjid besar dan ada lapangan/ alun- alun bis berhenti menurunkan beberapa penumpang. Saya pikir inilah Rantepao karena mirip cerita dalam artikel ada mesjid dan lapangan toh juga ada perwakilan agen bis Litha Co juga, ah yasudah saya turun saja kemudian berjalan ke sekitar alun- alun. Setelah memutari alun- alun dan melihat kok bis nya jalan lagi? wah brarti ini bukan destinasi terakhir bis donk???

Makale, Tana Toraja

Makale, Tana Toraja

Namanya aja Bego Adventure kadang ada aja kebegoan yang saya lakukan. Setelah sarapan di belakang alun-alun dan mengambil beberapa ratus uang di atm BRI *(ya karena gak ada ATM BCA adanya BRI ), saya bertanya ke satpam BRI saya sedang dimana sebenernya. Ternyata saya salah mendarat, saya masih di Makale kota Tana Toraja yang artinya tempat tinggal si cewe di pool bis kemaren malam. Eh kok ya bener simbah Wanto dia khawatir saya nyasar kok ya nyasar beneran. Setelah nanya kalau mau ke Rantepao naik apa saya segera menuju terminal angkot Makale dan berganti mobil travel ( angkot juga sih sebenernya) menuju Rantepao. Makale menuju Rantepao bisa di tempuh selama 1jam perjalanan cukup santai. Setelah tiba di Rantepao saya minta di turunkan sama supir travelnya di lapangan yang ada rental motor. Ternyata benar lapangannya memang dekat masjid besar Rantepao dan juga ada beberapa rental motor disini.

Turun dari travel saya langsung ke salah satu penyewaan motor di Rantepao. Ada dua bocah kecil di depan rumah kemudian saya minta tolong panggilkan orang tua nya karena saya mau menyewa motor. Keluarlah seorang wanita setengah baya dengan rambut di ikat kulit putih badan agak berisi serta cukup tinggi. ” Mau sewa motor ya dek ? ” sahut ibu itu sembari jalan keluar menuju kearah saya. Transaksi menyewa motor selesai saya tinggalkan KTP serta mengisi data diri di sebuah buku. Sebelum menjelajah saya sengaja ke kantor agen perwakilan penjualan tiket bis, ya saya coba bis yang lain untuk kembali ke Makassar yaitu bis Primadona. Tiket bis Rantepao- Makassar seharga 160K sudah di tangan saatnya menjelajah tanpa bimbang. Tujuan pertama adalah Kete’ Kesu yang tak jauh dari kota Rantepao. Kurang lebih saya memacu laju kendaraan saya selama 30 menit menuju arah Makale dan di pinggir jalan ada petunjuk arah Kete’ Kesu masuk kekiri tak jauh dari jalan raya saya sudah sampai. Sepertinya di Kete’ Kesu inilah spot rumah ada tongkonan yang paling sexy dan eyeketching. Ada beberapa rumah tongkongan yang berjejer rapi saling berhadapan. Memang sudah di desain untuk kepentingan wisata sehingga sudah terkelola dengan baik juga di pintu masuk banyak penjual kain serta oleh- olh cinderamata. Oiya di sebelah pojok paling ujung dari deretan rumah tongkonan ada penjual seorang ibu- ibu sudah tua, kalau main ke sini mampir toko si Ibu ini dan belilah satu atau dua barang yang dijualnya itung- itung membantunya. Setelah dari Kete’ Kesu saya melanjutkan ke Londa. Londa adalah sebuah kubur batu yang alami tanpa membuat lubang untuk menaruh mayat. Londa tak jauh dari Kete’ Kesu cuma 15 menit sudah sampai. Londa ini berupa goa yang di manfaatkan warga sekitar untuk menaruh mayat atau menguburkannya (gak dikubur sih di taruh gtu aja). Nah setelah dari Londa masih kubur batu juga namun yang ini bedanya dibuatkan lubang di tebing batu terlebih dahulu. Lemo ya namanya Lemo, kubur batu buatan kalau istilah guide yang menjelaskan kepada saya di Londa.

IMG_4460Londa

LemoIMG_4477IMG_4514IMG_4519IMG_4598Kete' KesuKete' Kesu
Niatnya dari Lemo saya nyari warung makan dulu baru lanjut eksplore namun susah nyari warung makan apalagi yang halal. Gas lanjut lagi aja buka map saya arahkan menuju negri atas awan Lolai. Waktu masih menunjukkan pukul 11:45 dan saya segera bergegas agar masih bisa sedikit bersantai dan mengisi perut yang sudah keroncongan. Jalan menuju Lolai menanjak berkelok dengan hutan dan beberapa perkampungan warga yang masih asri. Sebelum sampai Lolai saya berhenti sebentar karena ada semacam villa yang viewnya keren. Di depan bertuliskan negri atas awan To’ Tombi, yasudah saya masuk saja sekalian siapa tau caffe nya jualan mie rebus wakakakak. Pesan kopi hitam dan mie rebus, yeeaayy akhirnya makan juga. Sambil menunggu pesanan saya tiba saya sebentar foto- foto di spot yang sedang di perbaiki. Hamparan sawah di bawah dan hutan pinus di sebelah kiri dan kanan. Katanya sih di depan spot yang saya injaki ini adalah atas awan yang terkenal itu, namun karena saya datangnya kesiangan tidak ada awan yang bergerombol layaknya lautan. Pesanan saya telah datang saya makan siang bareng sama rombongan dari Pontianak yang bahasanya mirip dengan bahasa Minang. Selesai makan saya melanjutkan foto- foto dan mengabil beberapa video sekitar Villa To’ Tombi.

Nah dari To’ Tombi saya lanjut ke Tongkonan Lempe dan caffe Lolai. Dari To’ Tombi sampai Tongkongan Lempe tak jauh cuma butuh 15 menit sudah sampai. Ya jadi di puncak negri atas awan ini ada beberapa berjajar rumah tongkonan. Ketika saya tiba di Tongkonan Lempe nampak sedang di bangun sebuah pondasi yang konon katanya akan di dirikan Hotel bertingkat mewah. Dari Tongkonan Lempe pemandangannya tak kalah indah dengan di To’ Tombi. Setelah sebentar menikmati sejuknya hawa dingin dan hijau hamparan bukit berlapis pepohonan rindang saya bergeser ke Caffe Lolai. Caffe Lolai inilah sebenernya yang saya cari sedari bawah. Caffe dengan lokasi tertinggi di desa Lolai pemandangannya pun juga lebih menawan. Di sebelah kiri ada rumah tongkonan beserta kuburan dan di sebelah kanan ada Tongkonan Lempe di lihat dari atas. Bagusya menikmati kopi dan jajan di caffe ini adalah ketika pagi hari. Selain dapat menikmati indahnya matahari terbit juga ada bonus lautan awan diantara jam 07:00 hingga jam 09:00.

25550196_230263877515645_1201600473265771655_n 26113841_233920937149939_7522565902024158284_n

View ke sebelah kiri dari caffe

View ke sebelah kiri dari caffe

View dari Caffe Lolai sebelah kanan ada Tongkonan Lempe

View dari Caffe Lolai sebelah kanan ada Tongkonan Lempe

Karena cuaca mendung dan waktu sudah menunjukkan pukul 16:30 saya bersiap turun ke Rantepao dan bersiap menuju Makassar.

Penjelajahan Mendalam Di Wanci, Wakatobi

Hasil rencana malam hari setelah mengakhiri hari dengan nyunset di Sombu adalah nyunrise ke Sousu, menyambangi kampung Liya Togo, kampung Bajo Mola, renang di kontamale dan nyunset ke Nua Wasabi. Seusai subuh kami segera memacu laju motor menuju Sousu. Karena hanya gmaps yang bisa kami harapkan meskipun sudah berkali di bikin nyasar apa boleh buat. Ya benar saja kami cari tujuan Sousu pun gmaps tidak mengenali yasudah kami kira kira saja ke arah nama desa nya yaitu Matahora. Setelah tujuan Matahora terkunci saya segera tarik gas motor dalam dalam. Motor melaju kencang di jalan aspal yang terbilang bagus nan sepi hanya ada satu dua mobil ke arah bandara Matahora. Satu jam perjalanan kami dari hotel melintasi padang rumput beratus bahkan beribu hektar kemudian melewati perkampungan petani rumput laut kami pun tiba di pantai yang letaknya di depan masjid sebuah pondok pesantren. Awalnya saya kira pantai ini adalah Sousu, ya ciri nya pun mirip dengan view di depan adalah pulau Matahora. Pandangan before sunrise saat itu begitu indah. Langit sedikit mendung kemerahan bergradasi orange memantul diatas air laut yang tenang. Suasana damai tanpa angin dan debur ombak sungguh terasa begitu syahdu. Sayup sayup kicau burung dan nyanyian jangkrik mengengkrik saling bersahutan layaknya sedang bermain musik untuk kami saat itu. Benar sungguh anugerah yang indah dari Allah untuk kami. Dalam keraguan yang membuyarkan kesyahduan pagi saya akhirnya memutuskan untuk berpindah dan mencari pantai Sousu yang sesungguhnya. Tak jauh beberapa puluh meter dari masjid kami berhenti di sebuah resort Matahora kebetulan ada seorang penjaga yang dapat saya tanyai dimna letak pantai sousu. Tak jauh dari tempat kami berhenti bertanya lurus terus kemudian belok kanan di turunan rupanya pantai Sousu berada. Syukurlah matahari belum menampakkan kegagahannya pagi itu. Di pantai Sousu saya masih bisa menikmati before sunrise yang tenang damai dan syahdu. Hunting foto dan video ke segala arah hingga matahari terbit mempercantik pemandangan. Lurus kedepan jauh disana ada nelayan dan petani rumput laut yang sedang beraktifitas. Saya gerakkan kamera sedikit serong kekanan ada pulau Matahora yang di belakangnya mentari sedang bersembunyi. Di sebelah kiri terpakir tanpa beraturan perahu perahu kecil para nelayan setempat. Dan di tepian pantai tumbuh pohon kelapa serta rumah warga setempat. Boleh lah ya kalau saya bilang pagi itu hari saya sungguh sempurna. Hari yang tenang, damai syahdu dengan pemandangan yang indah pula menawan menentramkan mata dan hati.

IMG_4189 IMG_4191 IMG_4200 IMG_4208 IMG_4220 IMG_4222

Cahaya merah mulai perlahan berganti orange dan kekuningan begitu pula waktu sudah menunjulkan pukul 07:00 karena masih harus berbagi waktu dengan destinasi yang lain kami pun segera meninggalkan pantai Sousu. Tak jauh dari pantai Sousu tujuan berikutnya adalah kampung Liya Togo yang tinggal diatas benteng kerajaan Togo.

IMG_4254

 

Kampung Liya Togo adalah sekumpulan warga asli masyarakat wakatobi yang mendiami benteng bekas kerajaan Togo. Salah satu peninggalan kerajaan adalah masjid tertua yang ada di Wakatobi dibangun setelah raja buton pertama di lantik. Penduduk asli Wakatobi adalah suku buton dan beragama islam. Jika beruntung di kampung Liya kamu bisa melihat aktifitas warga yang sedang menenun atau ada juga yang mengolah hasil panen rumput laut. Pada saat saya berkunjung suasana kampung sedang sepi aktifitas juga tidak ada yang sedang menenun cuaca pun langit sedang mendung. Karena kami berdua masih meraba raba mau kemana alhasil kami putari saja semua sudut kampung. Nampak warga sedang bersantai didepan https://www.cialispascherfr24.com/cialis-dosage-france/ rumah ada yang ngobrol dengan kerabat atau tetangga ada juga yang sedang diam termenung menatap lurus kedepan. Di Kampung Liya kami sempatkan ke masjid tertua yang disampingnya berdiri bangunan baruga atau sebuah tempat untuk meeting para petinggi kerajaan zaman dahulu kala. Selain Baruga juga ada makam para pejabat kerajaan juga makam warga kampung Liya. Makam di pagari oleh pohon kamboja tua yang batang pohonnya terlihat berkelok kulitnya pun sudah berganti ratusan bahkan ribuan kali. Tak ada aktifitas apapun di sekitar masjid. Hanya kami berdua yang sedang sibuk berfoto kesana kemari. Dari masjid tertua kami melanjutkan mencari kampung bajo mola.

IMG_4231 IMG_4242 IMG_4244 IMG_4245

Untuk menuju jalan raya kami harus keluar dahulu dari area perkampungan kemudian mengarahkan kendaraan ke hotel atau pelabuhan Wakatobi. Motor melaju menyusuri pesisir di sebelah kiri banyak berdiri rumah panggung diatas laut didepan dan samping rumah berjemur rumput laut. Beberapa rumah ada yang sudah rusak mungkin karena terjangan angin dan badai beberapa hari terakhir. Tak berapa lama kemudian kami tiba di depan gerbang menunjukkan tulisan selamat datang di kampung bajo mola. Sebelum masuk rupanya ban motor yang belakang kempes kebetulan didepan ada tukang tambal ban langsung saja saya minta pompa. Setelah dipompa kami masuk ke perkampungan bajo mola belum sampai ke tujuan kami rupanya ban kempes lagi saya kira hanya kempes rupanya bocor. Keluar sebentar nyari bengkel langsung saja minta ganti ban dalam yang baru biar cepat dan berharap tidak bocor lagi. Selesai ganti ban kami balik lagi ke dalam perkampungan bajo mola. Kampung nya padat juga ramai warga bajo sedang bersantai disekitar rumah. Ada yang sedang mendandani perahu, ada yang berjualan, ada yang memasak, ada yang mencuci pakaian, ada pula yang sedang membangun rumah sayangnya rumah tembok bukan rumah panggung khas bajo. Warga setempat terlihat biasa saja tidak merasa terganggu dan sangat ramah mereka berikan senyuman saat saya menyapanya. Kami mengarahkan kamera ke beberapa sudut kampung mengambil beberapa foto dan video. Suku bajo tau kan? Sang penguasa lautan raya. Halaman rumah mereka pun berupa kolam air asin atau langsung ke laut lepas. Di garasi masih banyak terpakir perahu perahu kecil kendaraan mereka untuk mencari ikan atau sekedar bertranspotasi ke sekitar area kampung. Yang saya perhatikan di beberapa sudut rumah milik warga terlihat banyak sampah yang tak terurai seperi plastik kresek atau bungkus deterjen hingga plastik keras bekas ember gayung atau toren penampungan air yang telah rusak. Namun begitu air yang menggenang di sekitar rumah panggung suku bajo ini masih terlihat jernih walaupun berserak sampah sampah tak terurai. Dari perkampungan bajomola kami lanjut menuju Sombu, ya awalnya sombu tidak ada dalam list kunjungan namun karena melihat air di pantai sousu yang tenang saya mendadak pengen snorkling lagi. Sebelum tiba di Sombu kami mampir sarapan gado2 seharga 30ribu di dekat hotel.

IMG_4263 IMG_4270 IMG_4277 IMG_4284

Balik lagi ke Sombu karena masih penasaran sama keindahan bawah lautnya. Saat itu masih pagi waktu menunjukkan pukul 09:30 angin dan arus laut masih belum terlalu kencang. Sebentar saya dan Qory ke kantin untuk menanyakan apakah menyediakan persewaan google dan masker untuk snorkling. Qory menyewa Snorkle dan saya nyewa fin karena saya sudah bawa kacamata renang sendiri dari Jawa. Karena masih pagi arus laut belum terlalu besar air pun masih sangat jernih. Terik matahari tak menyurutkan niatku untuk snorkling di sekitar jetty. Air jernih yang juga agak dingin, ikan mondar mandir berenang diantara sela- sela batu karang. Ikan dan terumbu karang nya bagus di dukung air laut yang jernih membuat pemandangan saat itu begitu indah. Meskipun airnya masih jernih dan banyak biota laut yang hidup di sekitar jetty ini namun sayang sekali saat itu sedang musim angin jadi semakin siang ombaknya semakin besar. Selain cepat capek kaki saya dan Qory pun sempat terkena batu karang yang tajam hingga berdarah. Bukan, bukan kami sengaja untuk menginjak batu karang namun saat berenang terombang ambing kesana kemari sehingga susah memang untuk menghindari agar tidak nyerempet batu karang. Akhirnya tak lama kami berenang melihat- lihat ikan di Sombu. Waktu menunjukkan pukul 10:25 kami naik ke daratan dan kemudian istirahat sambil memesan jus di kantin Sombu. Sambil menghabiskan jus yang kami pesan saya bertanya pada ibu yang jualan di kantin. Kata si ibu memang bulan desember anginnya besar semakin siang semakin sore anginnya semakin besar. Kalau mau menyelam memang bagus di pagi hari mulai pukul 07:00 sampai pukul 10:00 jadi arusnya tidak kencang. Selain membahas Sombu saya juga menanyakan beberapa pantai yang letaknya masih di sekitar Sombu, salah satunya ada pantai kecil di sebelah Sombu. Pantai kecil ini jika di lihat dari jetty begitu bagus karena letaknya yang sembunyi. Namun memang dari jalan raya sepintas tidak ada akses masuk ke pantai nya. Kata si Ibu aksesnya yang di samping persis kantin Sombu ada jalan setapak kecil masuk ke arah pantai. Karena penasaran sebelum lanjut ke pantai Cemara saya dan Qory mengecek sebentar melewati jalan setapak yang di kasih tau si Ibu. Pantainya memang kecil bahkan bisa di bilang tidak berpasir dan cocok untuk menyepi dan bersantai. Sayang aksesnya masih agak parno semak belukarnya masih rapat dan tinggi takutnya ketemu ular bisa langsung ngibrit.

20171218_112435

Pantai Sombu Kecil

20171218_112444

Pantai Sombu Kecil

20171218_112454

Pantai Sombu Kecil

Karena memang sudah bingung mau kemana lagi akhirnya kami hanya buang- buang waktu kesana kemari tidak terencana. Rencana saat itu adalah penutupan nyunset di cafe Nua Wasabi, namun karena hari masih siang kami ke beberapa pantai yang kemaren belum sempat kami singgahi. Dari pantai kecil belum bernama di Sombu kami lanjut ke pantai cemara terlebih dahulu. Pantai Cemara dapat di tempuh sekitar 20 menit perjalanan dengan motor dari Sombu. Pantainya cukup ramai dan banyak fasilitas gazebo serta beberapa penjual jajanan di pinggir pantai. Jika bepergian sekeluarga cocok mampir sebentar ke pantai ini. Saya dan Qory cuma sebentar foto- foto dan bermain ayunan kemudian segera berpindah ke pantai Onowa. Pantai Onowa ini ternyata letaknya sangat sembunyi dan aksesnya pun masih terbilang seadanya. Dari pantai Cemara keluar kemudian belok ke arah kiri dan ikuti terus jalan sampai sesudah pantai air manis maju lagi beberapa ratus meter. Akses masuk ke pantai Onowa memang tidak kelihatan jika tidak di perhatikan dengan baik. Dari pinggir jalan raya hingga tengah sebelum sampai di pantai jalan berupa plester semen yang sudah mulai rusak retak di beberapa bagian. Setelah habis jalan semen mentok ada kuburan tua mungkin untuk ziarah para warga sekitar dan ada jalan setapak kekiri nah pantai Onowa yang kekiri itu lah. Pantai yang sangat tersembunyi dari peradaban warga Wanci. Sayang sekali pantainya kotor dengan berbagai sampah. Padahal jika dijaga kebersihannya pantai Onowa sangat bagus dan cocok untuk bersantai dari pagi hingga pagi lagi. Pantai yang masih sepi mungkin karena memang lokasinya yang susah di jangkau juga belum banyak beredar tentang informasi pantai ini. Saya perhatikan beberapa sampah memang sepertinya sampah kiriman dari pantai lain yang terkena ombak dan arus laut sehingga terdampar di pantai ini.

20171218_113002

Pantai Cemara

20171218_113017

Pantai Cemara

20171218_113126

Pantai Cemara

20171218_120003

Pantai Onowa

20171218_120211

Pantai Onowa

20171218_120427

Pantai Onowa

20171218_120512

Pantai Onowa

Karena masih siang seusai dari pantai Onowa saya dan Qory sempat balik ke Hotel untuk mandi dan ganti baju. Sambil istirahat di hotel menunggu hari biar agak sore baru kembali lagi menjelajah. Tujuan berikutnya saat itu adalah ke nua wasabi, salah satu cafe syahdu dan terkenal di Wanci. Tempatnya memang kece apalagi kalau sunsetnya cantik makin kece lah nua wasabi ini. Sebuah cafe berdiri diatas batu karang yang konon di bawahnya adalah shark point. Cafe yang tidak terlalu besar dan mewah namun punya view yang sangat mewah dan mahal. Pemandangan ke laut lepas memberikan sensasi kita sedang makan/ minum di tengah lautan di temani angin dan debur ombak. Jika di lihat dari daratan akan terlihat begitu menawan saat matahari turun di atas laut. Jembatan gantung yang menghubungkan pun menambah betapa menawannya cafe nua wasabi. Sayangnya sore itu matahari tak terlihat penuh hingga di ujung cakrawala karena terhalang mendung. Meskipun mendung tidak mengapa karena memang rejeki saya saat itu di cukupkan sampai di nua wasabi dan besoknya kami harus kembali ke Makassar.

IMG_4315

Nua Wasabi

IMG_4297

Nua Wasabi

IMG_4293

Nua Wasabi

IMG_4291

Nua Wasabi

20171218_155051

Nua Wasabi

20171218_155134

Nua Wasabi

20171218_165321

Nua Wasabi

20171218_155649

Nua Wasabi

20171218_180559

Nua Wasabi

IMG_4306

Nua Wasabi

IMG_4310

Nua Wasabi