Desa yang di lalui jalur utama Labuhan Bajo – Ruteng, lokasinya masih dalam kawasan pegunungan dan termasuk tanah yang subur. Masuk dalam kabupaten Manggarai Barat kecamatan Mbeliling. Desa Cunca Wulang, desa yang pernah memberikan kesan sangat berharga bagi kami. Waktu itu masih dalam perjalanan dari Goa Batu Cermin menuju Ruteng. Kami tiba di desa yang mempunyai air terjun dan warga Mbeliling ini menyebutnya Cunca, Cunca Wulang mereka menamainya.
# Video Perjalanan Menuju NTT #
Cunca Wulang terletak di desa Warsawe kecamatan Mbeliling kabupaten Manggari Barat. Selain Cunca Wulang masih ada Cunca yang lain yang mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin berkunjung. Pos/ loket masuk ke Cunca Wulang tak jauh dari jalan raya Labuhan Bajo- Ruteng, Setelah melewati loket di lanjutkan treking selama 1 jam. Berjalan santai sambil menikmati hawa sejuk serta rumah- rumah tradisional nan sederhana. Sebagian besar rumah warga terbuat dari papan kayu dan beratapkan seng, namun katanya dahulu kala rumah tradisional mereka masih beratapkan alang- alang atau ijuk setelah semakin maju dan berkembang sebagian besar bahkan semua warganya mengganti dengan seng. Beberapa warga desa bersantai menikmati asap rokok berserta segelas kopi hitam. Rumah- rumah yang di pisahkan oleh kebun kopi, kebun ubi dan juga kebun talas. Beberapa warga yang sedang duduk bersantai di teras menatapku dengan tatapan tegas, sangar dan galak. Ya itulah orang flores berwajah sangar namun hatinya sangat ramah dan baik. Ketika saya lontarkan sapaan dan senyuman mereka membalas dengan senyuman yang begitu kontras dengan wajah mereka. Bahkan ada kalimat yang pernah saya dengar ” ketika mereka tersenyum maka hilang sudah wajah neraka mereka “.
Bagi kalian yang ingin berkunjung ke Flores tidak perlu khawatir apalagi cuma mendengar dan melihat di berita bahwa orang Flores ” sangat tidak bersahabat ” itu semua sangat berbalik ketika saya sudah merasakan langsung disana. Orang Flores sesungguhnya memang sudah baik, terlebih dengan orang yang baru mereka kenal/ pendatang baru mereka dua kalilipat baiknya dari baiknya kita sebagai pendatang. Hidup sederhana dan menyatu dengan alam lah yang sepertinya banyak mengajarkan kepada mereka bagaimana hidup menjadi orang baik. Hidup mereka sangat simpel dan sederhana, mereka percaya bahwa ” saya berbuat baik 1 hal, maka orang lain akan membalas kebaikan 2 atau lebih kepada saya “. Begitupula dengan berbuat jahat, maka karena itulah mereka tidak mau berbuat jahat ( berusaha dengan sangat menjauhi perbuatan jahat ). Dari beberapa hal yang saya tangkap tentang orang- orang Flores ini bahwa dalam pikiran dan hati mereka tidak ada kata “serakah”.
Mas Heri guide kami menuju Cunca Wulang orang asli Flores dengan jiwa petualang yang sangat besar. Dalam perjalanan sembari menikmati di kanan dan kiri mata saya melihat hutan dan sungai, hidung menghirup hawa segar khas hutan pegunungan, telinga mendengar kicau burung. Saya juga mendengar banyak cerita petualangan mas Heri. Mas Heri ini bisa di bilang sudah keliling Indonesia. Kalimantan, Surabaya, Sulawesi, Bima malahan sudah ke Malaysia pernah mas Heri singgahi. Perjalanan kami isi dengan bercerita dan bercanda sehingga jauhnya treking menyusuri sungai tak terasa lagi. Kami tiba di kolam renang dan lelompatan Cunca. ” Banyak bule yang suka melompat dan berenang di sini ” tutur mas heri. Sayangnya kami tidak mandi saat itu karena suasana sudah sore dan memang airnya dingin. Sekedar berfoto dan menikmati suara aliran air dan kicau burung. Sampah daun- daun begitu tertata dengan sendiri membuat suasana begitu alami. Belum banyak kami temukan sampah bungkus makanan begitu juga air sungai yang masih bening kehijauan. Pohon- pohon tumbuh subur dan menghijau ikut mewarnai memberikan pantulan di air sungai menjadi hijau.
Cunca Wulang adalah Air Terjun yang terletak di belahan batuan besar dan di bawahnya mengalir air sungai. Sungai yang di apit oleh tebing batuan raksasa dan di atasnya terjun lah sekelompok air. Sungguh keindahan alam yang Allah ciptakan begitu istimewa. Hutan yang hijau serta lebat, debit air tidak terlalu besar serta jernihnya air sungai seolah menjadi penyempurna keindahan Cunca Wulang. Tak akan bosan jika berlama- lama di Cunca ini karena keindahan alamnya, belum lagi di iringi merdunya kicau burung.
Senja terasa menjemput maka kamipun bersiap kembali menuju loket. Dalam perjalanan mas heri menawarkan kepada kami untuk menginap karena hari sudah gelap. Ekstrimnya jalur menuju Ruteng membuat mas Heri tidak tega membiarkan kami riding malam hari. Akhirnya kami terima tawaran baik mas Heri untuk menginap di Desa Warsawe semalam. Tak jauh dari loket kami tiba di rumah kakak Wens, sodara Mas Heri. Rumah sederhana terbuat dari papan kayu buat saya begitu istimewa. Memasuki rumah di dalam terdapat meja kayu dan kursi plastik serta di atas pintu tengah terdapat salib bunda maria terbuat dari kayu. Sedangkan di sebelah kiri pintu tengah diletakkan patung bunda Maria. Warga desa Warsawe beragama Katolik dan Islam dan mereka pun hidup damai berdampingan.
Tak lama saya duduk keluarlah mama kakak Wens dari ruang keluarga. Kami berkenalan dan kemudian ngobrol dengan akrabnya. Suguhan kopi hitam asli Flores di tumbuk sendiri oleh mama kakak Wens menghangatkan suasana. Banyak cerita dari mereka tentang pesatnya pembangunan wisata desa Warsawe ini. Kami juga bertukar pendapat, apa yang saya tau dan bagaimana bagusnya untuk desa Warsawe saya sampaikan ke mereka. Mama kakak Wens, biasa di panggil Ite sangat senang bila ada pendatang yang menginap, katanya saya sangat mirip dengan mahasiswa dari UGM ketika sedang KKN dan menginap di rumah Ite. Tidak hanya Alam Flores yang baik dan ramah kepada kami, namun Warganya pun begitu baik dan ramah.
Pagi hari sebelum berpisah dengan desa Warsawe, Kaka Wens dan Mama, kami mendapat pesan dari Mama Ite, ” suatu hari nanti datanglah kembali ke desa kami warsawe ini nak “. Kemudian perpisahan kami tutup dengan Foto bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar