Oke setelah ferry tujuan Wanci sudah tiba kami para penumpang segera naik ke atas kapal. Kapal ferry yang masih baru buatan surabaya ini cukup besar bisa memuat beberapa fuso dan mobil keluarga. Interior juga masih baru pula tergolong mewah, cuma kurang AC nya aja yg belum ada. Saya dan Qori duduk di sofa bagian pojok belakang dengan beberapa orang yang tidak kami kenal. Salah satunya orang fakultas hukum kemudian operator diving dan maaf maaf maaf “orang bisu”. Saya tidak tau persis apakah memang yang bisu ini sudah sering di kerjain atau tidak, jadi si fakultas hukum yang banyak bicara dan mengkritisi kinerja pemerintah ini juga ngerjain atau godain si bisu. Mereka bercanda dengan bahasa yang saya tidak mengerti namun saya ikut tertawa. Setelah sebentar agak tenang karena si bisu pergi keluar ruangan dan kembali lagi membawa kehebohan. Yang membuat saya bingung dia pakai kartu seluler apa??? Kok bisa dia video call dengan lancar di tengah selat/ laut. Sedangkan Telkomsel saya saja edge. Tidak sampai disitu, yang diajak video call juga gak cuma satu orang mungkin 2 mungkin 3, setau saya ada cowo dan berganti cewe. Nah sewaktu vicall dengan cewe si bisu dikerjain sama fakultas hukum dengan mengkode ke si cewe untuk berhubungan sex dan si bisu marah marah namun cuma sebentar kemudian mereka bercanda tertawa terbahak bahak lagi.
Selanjutnya apa? Saya g tau lagi karena capek saya tinggal tidur dan bangun sudah sampai pelabuhan Wanci menunjukkan pukul 16:xx. Pelabuhannya tidak terlalu ramai dan sepi dari aktifitas selain penurunan penumpang dan penjemputan. Sembari menunggu dijemput oleh pak Ali team Bau- bau bagian pulau Wanci saya manfaatkan untuk foto- foto sekitar pelabuhan yang airnya sungguh keruh. Ya angin memang sedang kencang ombak cukup besar tak heran jika air laut Wanci yang katanya terkenal bening pun menjadi keruh. Cekrek- cekrek sebentar selesai ambil foto pak Ali datang bersama anak dan istrinya ngantar sepeda motor yang akan kami pakai eksplore Wanci. Kemudian kami diantar ke hotel, ya salah satu hotel di pulau Wanci yang cukup bagus dan nyaman. Hotel Wakatobi namanya, harga dari 180-300 an ribu dengan view belakang hotel langsung ke laut. Karena sudah sore sebelum mandi bersihin badan saya sempatkan menengok ke belakang hotel. Ada sebuah anjungan kecil dari papan kayu cukup syahdu untuk nyunset. Karena didepan persis ada pulau Kombanone sunset pun tak bisa terlihat sempurna. Semburat orange kemerahan mewarnai langit biru yang mulai gelap. Ombak semakin sore semakin kencang deburnya berirama seolah sedang bermain musik. Angin yang tak terlalu kencang namun mampu meniup niup rambutku memgalir lewat sela sela rambut dan telinga terasa begitu adem. Sambutan yang cukup istimewa untuk kedatangan saya di pulau Wanci.
Emm malamnya kami pergi keluar masih dekat hotel untuk cari makan, ada warung lamongan dan samgat ramai. Hemmm bisa jadi warung lamongan ini sangat rekomended, ya memang rasa sambalnya enak dan ayamnya pun gurih, kami memesan 2 ayam bakar dan 3 es jeruk. Cukup kaget sih untuk awalan tinggal di pulau Wanci, ya dua porsi ayam bakar dan tiga esjeruk total habis 100ribu. Its oke berarti memang harga makan di Wanci cukup mahal, dan benar ketika pagi hari kedua dan ketiga kami sarapan nasi goreng seharga 25ribu dan gado- gado seharga 30ribu. Namun ketika saya nongkrong di caffe Sombu dan Nuawasabi harga minum dan makannya pun sama saja sekitar 30-40 ribu untuk makanan dan 7-15ribu untuk minuman. Saya sarankan ketika mau makan sekalian saja nongkrong di caffe selain makanan nya cukup enak juga dapat bonus view syahdu. Ya itu cerita perkenalan kuliner di pulau Wanci. Sehabis makan kami kembali ke hotel untuk istirahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar