Selasa, 15 September 2015
Senin, 10 Agustus 2015
Pulau Menjangan dan Lovina
Entahlah kenapa saya baru ingat kalau cerita tentang di Bali barat ini belum saya masukkan dalam Blog tjupu ini. Waktu itu memang di Bali sedang hujan terus menerus dalam 2 hari ketika saya dan partner saya Hafiz menginjakkan kaki di Bali lanjutan perjalanan dari Sumbawa dan Lombok. Dua hari terus menerus hujan itu cukup membuat saya sendiri hampir frustasi ya iyalah frustasi pada saat itu saya sudah jobless alias pengangguran kemudian sisa duit yang ada malah dipakai buat jalan jalan dan ketika di bali selama 2 hari itu di hotel saja tidak produktif sama sekali. Ya waktu itu inget nya meskipun hari kedua sudah mulai reda namun waktu sudah menunjukkan pukul 14:xx waktu setempat. kalau di hitung dari jam 14:xx itu cuma tinggal punya waktu 4 jam lagi yang efektif untuk explore. Akhirnya saya Hafiz dan datang lagi teman Hafiz namanya Hendra seorang juragan travel juga akhirnya kami bertiga menuju pantai Pandawa. Pantai yang muncul ke permukaan dunia pertravelingan baru baru saat itu adalah sebuah pantai yang jalannya di buka dengan memotong bukit kapur. Awal kali nya di buka memang kanan kiri serba putih alami tanpa cat ataupun pewarna lainnya dan itu buat saya sungguh azajing. Selesai dari pantai Pandawa masih ada sedikit waktu akhirnya kami melanjutkan ke Pantai Suluban ya kira- kira 30 menit dari pantai Pandawa. Di pantai Suluban sudah mulai senja dan waktu menunggu sunset pun sangat dekat dan hari itu kami habiskan di Suluban. Sunset yang cukup WOW karena warna langit saat itu cukup berwarna warni meskipun di akhir garis batas antara langit dan laut mendung begitu menggelayut. Selesai nyunset kami menuju parkir sepeda motor sempet jajan jagung bakar sih ya jagung bakar di tepi pantai, padahal biasanya saya nemu jagung bakar di daerah tinggi atau di daerah dingin 😛 LOL.
Cerita diatas sebenernya pengantar untuk bercerita tentang Lovina dan Pulau Menjangan di Bali Barat. Saya sendiri sedikit sekali mendengar cerita teman yang sepulang dari bali menceritakan Lovina dan Pulau Menjangan, ya karena sepertinya jarang orang menjadikan paket liburannya ketika ke Bali untuk sekedar mampir Lovina Singaraja dan Pulau Menjangan Bali barat. Sebelum sampai di Pulau Menjangan dan Lovina ada sedikit cerita perjalanan yang mungkin buat orang lain biasa saja namun bagi saya sendiri cukup berkenang. Sore itu dari Denpasar terminal Ubung saya dan Hafiz berpisah dengan Hendra Holiday dan kami berdua ingin menuju Singaraja atau Lovina. Namun tiba nya di terminal Ubung bus yang ke Singaraja sudah berangkat terakhir jam 14:00 walhasil kami transit dulu ke Gilimanuk. Tiba di Gilimanuk bus atau engkel yang ke Singaraja juga sudah tidak ada yang jalan karena belum penuh penumpangnya. Saat itu dalam pikiran saya yang namanya di terminal/ pusat pemberhentian kendaraan umum biasanya adalah tempat yang rawan copet ataupun maling. Hari sudah gelap dan tanda penginepan terdekat pun juga tak terlihat saya dan Hafiz masih terus berfikir mau tidur dimana kah malam ini? karena perut juga kosong tak mampu banyak berpikir akhirnya kami keluar terminal nyari makanan sekitar pelabuhan siapa tau dapat pencerahan dari abang penjual bakso. Nyam nyam nyam makan bakso sambil ngobrol nyari info dimana kami bisa menumpang tidur? jawaban abang tukang bakso adalah di Mushola terminal Gilimanuk tadi. Selesai makan pun kami kembali ke terminal dan mencari dimana musholanya, mushola yang sangat luas namun tanpa karpet satupun dan lantainya pun berdebu memang hampir tak pernah di pakai untuk shalat. Kain yang biasanya saya kalungkan di leher pun saya “jereng” selebar-lebarnya sekiranya cukup untuk alas badan saya tidur. Malam gelap waktu menunjukkan jam 12 00:00 lewat namun karena serangan nyamuk dan dinginnya lantai membuat kami berdua susah tertidur. Entah pukul berapa akhirnya saya tertidur yang saya tau ketika subuh sudah terbangun lagi bersiap melanjutkan menuju Pulau Menjangan. Hahaha kami tidak jadi menuju Lovina dahulu karena dari Gilimanuk lebih dekat ke Pulau Menjangan. Tak jauh melewati hutan 15 menit pun kami sudah tiba di gang masuk Banyuwedang. Berjalan kaki masuk menuju pelabuhan Banyuwedang dimana kami akan menyebrang menuju pulau Menjangan dengan perahu kayu.
Ternyata tak hanya keindahan bawah laut saja yang mempesona namun diatas laut pun begitu menawan dan mempesona. Lihat foto di atas kan? ya pada saat kami disana cuaca sangat bersahabat tidak seperti dua hari sebeluknya mendung dan hujan terus. Matahari bersinar perlahan menghangatkan sekitar Banyuwedang langit kekuningan perlahan memudat dan berganti langit biru cerah berhiaskan awan putih bergerombol berbaris tak beraturan. Perahu- perahu berjajar rapi di tepian dermaga siap menerima perintah nahkoda untuk di berangkatkan menuju pulau Menjangan. Bertemu dengan guide lokal kemudian menyewa alat snorkling dan langsung saja kami berangkat bersama 4 Bule entah darimana karena kami tidak berani berkenalan. Perjalanan membelah laut menuju pulau Menjangan dengan perahu kayu melahap waktu 30 menit. Tanpa basa basi di spot pertama saya langsung di sambut oleh ikan beranekaragam dan sangat ramah kepada pengunjung. Ikan yang warna warni ada orange, biru, hijau, hitam bahkan putih. Untuk tukang snorkling pemula seperti saya ini sangat beruntung karena di kedalaman 1-2 meter ikan sangat banyak dan beberapa terumbu karang masih bagus serta terjaga. Jika sudah profesional ya minimal seperti guide saya waktu itu yang boleh lah ketengah yang lebih dalam untuk melihat terumbu karang dan ikang yang lebih beranekaragam dan menawan. Air yang jernih sehingga visibility-nya cukup bagus arus juga tidak begitu kencang. Kamu penasaran kan bagaimana pulau Menjangan itu??? mending datang sendiri dan cobain sensasinya *halah malah iklan banget. Saya bingung merangkai kata- katanya lagi agar bisa menjelaskan kalau pulau Menjangan memang rekomended untuk di datangi. Intinya ya itu aja sih, Pulau Menjangan jos gandos.
Nah sudah lihat foto- foto underwater kan? gimana bagus gak underwaternya? bukan fotonya loh ya tapi pemandangaan underwaternya, bagus banget kalau menurutku :P,
Nah ini Videonya
Baiklah kalau begitu mending saya lanjutin cerita yang ke Lovina, nah selesai snorkling di pulau Menjangan hari masih terang dan waktu menunjuk pukul 14:00 masih ada kemungkinan engkel dari Gilimanuk menuju Lovina. Kali ini dari pelabuhan saya dan Hafiz diantar teman bli guide naik motor ke jalan raya Gilimanuk- Singaraja. Sambil nunggu engkel lewat saya dan Hafiz makan siang dulu biar gak sakit karena perjalanan belum selesai. Selesai makan siang “ndilalah” kok ya pas banget ada engkel lewat menuju Singaraja. Tiba di Lovina hari sudah sore kami langsung saja menuju penginapan/ homestay yang sudah kami cari di google ketika masih di Denpasar namanya Mega Ayu Homestay dengan harga 60ribu permalam ( murah sekali ). Setelah check in kamar di siapkan sekalian kami nanya ke pelayan homestaynya ” bli kalau besok pagi mau melihat lumba- lumba bisa pesan jukung atau beli tiket jukung ke siapa ya bli? ” . Trus trus kata bli Wayan bahwa harga tiket adalah 60ribu per orang satu jukung bisa di isi 3 orang kemudian sore itu di carikan penumpang satu lagi yaitu ternyata seorang bule dari malaysia. Perburuan dolphin di mulai ketika subuh atau pukul 05:00 waktu setempat, pagi itu pasukan berburu masih sedikit saya ingat baru ada 3-5 jukung yang berangkat berburu. Hampir satu jam kami belum dapat satupun dolphin sudah memutar kesana kemari tetap saja dolphin belum menampakkan hidungnya ke permukaan. Hari semakin terang matahari mulai memerah semakin terang semakin banyak pula pasukan pemburu dolphin. Sudah hampir putus asa dan di hibur oleh nahkoda sekaligus guide perburuan dolphin kami ” sudah mas gak papa kalau baru pertama kali memang suka tidak muncul dolphinnya, tapi nanti yang kedua kalinya pasti bertemu sama dolphin ” . Mendengar semua itu ” yasudahlah kalau begitu berarti belum rejeki ” pas perjalanan mau menepi ke pantai tiba- tiba ada teriakan dari kelompok lain dan dengan sigap sang nahkoda segera membelokkan perahunya mengikuti arah munculnya batang hidup si dolphin. Dolphin yang saya lihat rupanya berbeda dengan yang pernah saya lihat di teluk Kiluan, jikalau di teluk Kiluan dolphin berwarna agak putih sedangkan di Lovina rata- rata mereka negro alias berwarna hitam.
Iyappp begitulah ceritanya yang ternyata tertunda 3 tahun silam baru sempat saya tuliskan di blog tjupu ini.