Rabu, 10 September 2014

Kenawa, Surga Kecil Di Gerbang Sumbawa

741084759237204

Pulau kecil diantara pelabuhan Kayangan dan pelabuhan Pototano pulau Kecil tak berpenghuni namun menyimpan sejuta misteri. Letaknya diapit dua pulau cukup besar yaitu Lombok dan Sumbawa. Dengan arus laut yang sangat tenang serta tiupan angin semilir menggelitik kulit.

741076325904714 741084762570537 742243782454635

Turun dari kapal lapar dan lemas kemudian jalan kaki mencari warung makan. Setiap ada warung ditanya tidak jual nasi dan menyarankan untuk jalan lagi 200- 500 meter di depan ada warung makan. Sampai 3- 4 kali berhenti hasilnya nihil karena warungnya hanya jual makanan ringan dan minuman. Sudah berniat menumpang truck dan langsung saja ke Pototano eh ada Bemo alias lossbak dijadikan angkotan melintas dan berhenti menawarkan jasa. Degan biaya per orang 25 ribu diantar sampe Pototano bonus berhenti sejenak di warung makan. Selesai makan dan sudah kenyang perjalanan dilanjutkan menuju Pototano. Dalam bak tertutup dan beralaskan spring bed kami menuju Pototano menghabiskan waktu selama tiga jam. Tiba di Pototano menunjukkan pukul 12:00 tak lama kemudian adzan Dzuhur berkumandang, pas banget shalat dzuhur dijamak sama ashar kemudian lanjut menyebrang ke pulau Kenawa

Siang itu seusai shalat dzuhur perlahan perahu yang kami sewa merapat ke dermaga kecil yang sudah usang serta rusak di bagian tertentu. Sudah ada 3 orang yang mendahului kami rupanya yang mendirikan tenda di pulau kecil ini. Selesai diturunkan dari perahu kecil mirip jukung lebih tepatnya saya tak banyak basa basi langsung ganti kostum snorkling dan byurrr badan basah di sambut ratusan ikan didepan mata. Hanya beberapa belas meter dari bibir pantai saya sudah menemukan apa yang menjadikan pulau Kenawa ini disebut surga kecil. Mulai dari bawah lautnya dulu, tak cuma ikan kecil warna warni namun coral yang beraneka ragam membuat surga kecil bawah laut pulau ini begitu sempurna. Kawanan nemo tak sulit ditemukan di sini, bahkan ada nemo yang sangat agresif dan memaksa saya untuk mau mengikuti ajakan becandanya. Selain nemo ada pula ikan kembung, layang- layang serta ikan ikan lainnya yang saya kurang tau namanya. Coral yang warna warni serta beberapa jenis softcoral ikut menghiasi alam bawah lautnya. Seafan disini sebagian besar berwarna pink, softcoralnya ada yang kuning ada yang pink.

737470396265307 737470699598610 737818672897146 737824292896584 737858726226474 737860069559673

Diatas laut daratan pulau yang bisa dibilang hanya sejengkal tanah ini pun cuma cukup untuk bermain bola, seperti yang sering dilakukan kapten kapal ferry di Pototano. Pulaunya kecil tidak luas namun pesonanya tidak habis- habis. Tepi pantai banyak berdiri gazebo- gazebo kecil cukup untuk beristirahat dan memandang indahnya pantai pasir pink serta jernihnya air laut yang tenang tanpa gelombang. Di belakang gazebo rerumputan liar tumbuh hijau segar jika terlihat dari jauh layaknya karpet permadani. Setelah menjelajahi lapangan bola yang cukup luas maka akan kamu temukan puncak kemerdekaan diatasnya. Puncak yang tak seberapa tinggi namun jika sampai diatasnya keindahan di sekelilingnya pun dapat dinikmati secara sempurna. Dari puncak kenawa inilah akan terlihat pulau dengan dua gundukkan kembar kemudian ferry- ferry terpakir di pelabuhan Pototano. Puncak yang hanya muat di singgahi beberapa orang ini tak lebih 10 orang mampu di tampung di puncak Kenawa. Terlihat gazebo berdiri rapi dan menghiasi pinggiran pantainya serta beberapa gubuk besar berdiri agak di tengah.

739217176090629 741076035904743 886178914727787 886178968061115 886179024727776 886179074727771 886179111394434 886179458061066

Video Kenawa

Pulau Moyo, Surga Yang Disembunyikan

Siang hari terik matahari mulai menyengat kulit pertanda cuaca cerah dan beratap langit biru. Deru ombak berkejaran menuju bibir pantai disambut dua bocah yang asik bermain air. Dermaga kecil gerbang memasuki pulau Moyo mereka menamainya labuan aji. Perkampungan kecil berpenduduk tak lebih dari 150 jiwa berasal dari suku Bima mendiami pulau Moyo sudah sejak tahun 19xx. Hutan lebat dan sengaja tak di urus oleh warga kampung dan pengelola Amanwana resort, karena mereka masih berfikir nantinya akan merusak keseimbangan ekosistem jika mereka membuka hutan untuk kepentingan mereka. Rumah panggung berderet dengan jarak yang sedang saja tak rapat seperti di Jakarta tak terlalu renggang juga seperti di Jawa. Kesan pertama melihat wajah penduduk kampung saya sudah psimis bakal “unwellcome” kepada kami. Wajah tegas kulit eksotis berperawakan kurus kekar terlihat sangat garang dan sinis. Tanpa senyum mereka seperti prajurit perang siap mengayunkan pedangnya. Mencoba mengenal mereka lebih dekat, ajaklah tersenyum dan menyapanya maka itulah aslinya mereka yang sangat ramah serta bersahabat. Kami berenam sangat beruntung datang tanpa ada turis lain di pulau Moyo ini. Mendapat tumpangan di rumah pak Madi seorang juragan saudagar kaya di Moyo. Kemudian mulai melakukan tawar menawar sewa motor serta guide untuk explore pulau Moyo. Ramahlah kepada mereka maka duakali lipatnya keramahan mereka kepada kamu. Setelah bersendau gurau disertai obrolan serius tawar menawar harga akhirnya kami mendapat kesepakatan harga bagus. Pukul menunjukkan pada 15:00 kami baru memulai petualangan di pulau kecil penuh ketenangan dan keindahan ini. Jalanan tanah sesekali di plester dengan beton yang sudah rusak sedikit naik turun di kanan kiri hutan lebat rindang menghiasi. Beberapa belas menit kami tiba di air terjun mata jitu, spot pertama penuh decak kagum. Hawa dingin angin bertiup sangat pelan rimbunnya pepohonan hijau meneduhkan air terjun Mata Jitu ini. Gemercik air yang jatuh suaranya sangat bening sebening air yang menetes.

1548046_739119642767049_1097800780_o

739102486102098

Air hijau bercampur biru perpaduan warna menjadi tosca berkilauan karena saking beningnya. dasar sungai terlihat jelas sepertinya cetek namun tubuhku yang setinggi 177 cm ini tenggelam dibuatnya ketika menceburkan diri. Sepertinya sangat sayang jika suatu hari nanti tempat ini ramai dikunjungi dan rusak karena ulah manusia Endonesa. Beberapa bangunan seperti pagar jalur treking dan jembatan sungai yang terbuat dari batang pohon serta ranting membuat harmoni alam di tempat ini sungguh terasa. Kicau burung dan nyanyian tenggeret menambah kedamaian menghipnotis kami agar tak mau meninggalkannya. Tak terasa sudah satu jam kami menikmati surga tersembunyi ini, saatnya berpindah ke surga lainnya. Meninggalkan air terjun Mata Jitu menyusuri jalan setapak terkadang terjal beton rusak tanah berpasir hutan lebat di kanan kiri semoga tetap begitu hingga nanti. Tak cukup setapak dan terjal beberapa kali kami menyebrang sungai kecil untuk sampai di air terjun Niwu Mbai. Di atasnya genangan air seperti kolam dangkal dengan air bening berhiaskan guguran daun berwarna kuning. Di bawahnya kolam sungai yang lebih dalam dijadikan tempat mendaratnya mereka yang berlompat- lompatan terbang diatas air terjun. Tak hanya diatasnya yang indah, dibawah air hidup ikan ikan sebesar telapak tangan meski tak berwarna warni namun indahnya sangat sempurna. Air terjun Niwu Mbai bening segar damai arus yang tak begitu kencang teduh rindang pepohonan. Cuma tiga puluh menit kami dipaksa meninggalkan Niwu Mbai ini karena waktu sangat sempit dan kami harus mengejar matahari tenggelam di Batu Kapal.

739099269435753 739099616102385 739101446102202

 

Mengulang yang sudah menyusuri jalanan setapak berhiaskan hutan lebat dikanan kiri. Pantai batu kapal, ya namanya sesuai kondisi tempatnya pantai dengan batu karang besar menjorok ke laut berbentuk seperti kapal sedang bersandar. Diatas batu kapal kita dapat merasakan adegan seperti di film titanic dan di bawah kita dapat melihat kegagahan kapal sedang dihantam ombak. Perlahan matahari memerah matahari dari kuning menuju merah, dari seperempat langit menuju tenggelam. keindahan setelah sunset memberikan kejutan warna warni langit menggelora seakan langit sedang menghibur kami yang ada. Di pantai ombak datang silih berganti di langit awan berjalan lambat warna merah biru orange berpadu padan menyempurnakan aftersunset senja kala itu. Benar jika lady dyana menyempatkan untuk singgah sejenak di pulau seindah ini. Duduk menikmati semilir angin pantai serta suara merdu deru ombak bertautan menabrak karang batu kapal. Berpagarkan kayu kayu kecil dirangkai tertancap membuat batu kapal semakin mirip dengan Titanic. Tak jauh dari bongkahan batu kapal dapat kita liat deretan cottage milik Amanwana yang damai dan tenang dalam lengkungan teluk. Sayangnya area laut teluk tidak dapat serta merta di nikmati keindahan bawah lautnya, hanya tamu resort yang boleh diving atau snorkling disana. Semakin gelap lamunan semakin jauh menelusur, tiba tiba disadarkan oleh percikan debur ombak di wajahku. Jam ditangan pun menunjukkan pukul 18:49 pertanda matahari sudah benar benar tenggelam. Menyusuri belantara hutan lebat pulau Moyo meninggalkan pantai Batu Kapal menuju perkampungan Labuhan Aji. Jalan gelap tak berambu sedikitpun, melenceng sedikit saja sudah tentu kita nyusruk direrumputan ya itulah yang terjadi padaku. Motor yang saya pakai memang sudah custom tak berbentuk, motor ala trail tanpa lampu memang membuat kerja ekstra untuk digunakan malam hari tanpa penerangan sedikitpun. Dengan bantuan lampu motor bang Bento dan mas Doni kami berjalan perlahan beriringan. Benar- benar menambah koleksi pengalaman ngetrip gokil, nekat, ngawur, tanpa rencana dan penuh tantangan. Biasanya memang saya suka nekat dan menantang namun kali ini bisa di bilang lebih dari biasanya. Hanya setengah jam kurang kami sudah tiba di rumah pak madi sang juragan desa. Malam hari kami istirahat sambil bercakap cakap bercengkrama bersama di teras rumah pak Madi sembari meneguk teh hangat khas malang bercerita banyak tentang perjalanan, gadis Sumbawa, laki- laki solehah dari Lombok, jodoh yang baik, masyarakat Moyo yang magis, istri- istri pak Madi yang sudah 5 jumlahnya, dan kegiatan mas Doni sebagai guru SMP. Setelah larut dalam hangatnya suasana dan gelapnya malam akhirnya kami sudahi dan segera tidur karena keesokan harinya harus meninggalkan pulau Moyo. Pukul 07:00 kami sudah siap meninggalkan rumah pak Madi menuju Amanwana resort untuk numpang lewat sebentar naik ke kapal menyebrang kembali ke Labuhan Badas. Tiga jam selama penyebrangan saya berharap gelombang ombak sudah tenang dan kapal berenang lancar, namun masih tak jauh beda dengan hari keberangkatan kami. Gelombang setinggi 0,5 – 1 meter menjadi teman setia selama pelayaran.

742250009120679

739119419433738

739103289435351 741075812571432

Video Hidden Paradise Moyo

Senin, 08 September 2014

Bukit Pergasingan Sembalun

Bukit pergasingan adalah sebuah bukit menjulang tinggi di samping gunung Rinjani meskipun tak setinggi gunung rinjani untuk mencapainya juga tak semudah melihatnya. Terletak di desa sembalun tak jauh dari Aikmel dan masih dalam wilayah Lombok Timur. Bukit pergasingan yang akhir akhir ini mulai ramai di perbincangkan oleh para pecinta travelling. Sebuah bukit yang menampilkan keindahan gunung Rinjani serta belum lama telah di resmikan sebagai tempat untuk Paragliding di Lombok.

IMG_2630

Selepas menyebrangi Selat Alas yang memisahkan pulau Lombok dan Sumbawa saya memasuki Lombok Timur dan menginap semalam untuk mengistirahatkan badan serta menunggu terang esok hari. Seusai subuh saya melanjutkan menuju desa Sembalun dari Pelabuhan Kayangan, membutuhkan satu jam lebih untuk tiba di desa Sembalun. Hawa dingin pagi hari sudah menyambut serta hijaunya persawahan serta kebun warga desa Sembalun. Terlihat begitu ramai warga bergegas ke sawah dan kebun mereka. Terik matahari yang masih hangat mengurangi rasa dingin yang menyentuh kulit saya dan mereka. Beberapa terlihat senyum termanisnya saat saya memperhatikan mereka. Sebagian besar warga desa Sembalun bermata pencaharian sebagai petani sayur dan berkebun. Tanah yang subur di bawah kaki Gunung Rinjani menjadi anugrah dari Allah untuk mereka.

IMG_2747

Melewati persawahan dan perkebunan nan hijau di kanan kiri tibalah di basecamp pendakian Gunung Rinjani. Info yang saya dapat ternyata pendaftaran untuk menaiki bukit pergasingan adalah di information center desa Sembalun. Tak jauh dari information center menuju start point bukit pergasingan dan kemudian menanjak melalui jalur trekking yang sudah di sediakan. Bukit gundul dengan rerumputan yang hijau tanpa pohon kayu yang tumbuh tinggi dan besar sudah di depan mata. Melihatnya memang mudah dan membuat mata segar namun coba rasakan sendiri bagaimana mendakinya. Setengah jam pendakian saya dan teman saya ndank sudah sampai di puncak bukit pertama, ya sebut saja puncak bukit pertama dan disitulah kami istirahat sebentar. Sejenak menghirup udara panas, ya panas karena sudah siang namun mata tetap segar memandang sekeliling di tumbuhi rumput hijau dan bukit- bukit serta tebing- tebing kaki Gunung Rinjani.

Bukit Pergasingan

Setengah jam menikmati keindahan desa Sembalun dari atas puncak bukit pertama pendakian saya lanjutkan. Jalur trekking lebih berat dan semakin panas terik matahari. Empat Puluh Lima menit kemudian sampailah saya di puncak bukit pergasingan ( namun bukan di tempat camping ) dan menikmati indahnya hamparan sawah berwarna warni dari atas bukit bagaikan mozaik alam. Di sebelahnya persawahan berdiri dengan anggun Singgasana Dewi Anjani. Dengan latar langit biru dan beberapa gumpalan awan turut menghias menjadikan pemandangan saat itu begitu pas.

IMG_2746

IMG_2640

bukit Pergasingan