Kamis, 03 Agustus 2017

Berburu Durian Ke Puncak Ongakan, Kediri

IMG_9003

Parkir setelah terperosok

Pada suatu ketika masnur meracau pengen durian kelud yang memang terkenal nikmat tiada tara. Karena ada kerjaan kearah Wonosalam untuk melakukan pembayaran ganti rugi petir kepada warga sekitar tower yang terkena dampak imbas petir. Dari siang hingga sore acara serah terima pembayaran baru bisa terlaksana sehabis magrib karena kesibukan warga yang berbeda- beda. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 20:00 seketika terlintas untuk mampir ke gunung Kelud, bukan mampir sih sebenernya tapi menyempatkan namun memang sudah dekat jika di tempuh dari Wonosalam. Karena diantara kami berempat yaitu saya, mas Nur, Pudin, dan Konde belum ada yang tau lokasinya maka kami nyalakan saja googlemaps ke arah bukit kura- kura Ongakan Besowo Kediri. Setelah kira- kira satu jam perjalanan googlemaps menunjukkan bahwa lokasi sudah dekat dan jalur sudah mulai menunjukkan area pegunungan. Setelah memasuki jalanan kecil kawasan kampung kami merasa semakin ragu kalau jalan yang kami lewati salah. Ternyata benar di depan adalah perkebunan warga dan hanya muat di lewati oleh motor atau pejalan kaki. Akhirnya kami putar balik dan bertanya ke wearga terdekat dari lokasi kami menemui jalan buntu. Yang benar saja memang jalan yang di tunjukkan oleh maps adalah jalur kusus trail garuk- garuk tanah menuju puncak Ongakan. Akhirnya kami ikuti saran si bapak bahwa kami harus turun lagi dan memutar lewat jalur yang benarnya. Setelah ketemu jalan yang semestinya dan kami merasa sudah tengah malam alangkah baiknya kami istirahat dahulu. Alhamdulillah ketemu sebuah masjid besar yang emperannya bisa di manfaatkan untuk sekedar meluruskan punggung dan memejamkan mata untuk sebentar.

Paginya setelah shalat subuh kami melanjutkan perjalanan menuju puncak Ongakan dengan menyusuri jalan tanah cukup muat dilewati satu mobil dan beberapa kali dasar mobil harus nggasruk tanah. Saat itu jalan masih gelap dan suasana hutan memang terasa begitu singub pasti pikiran macem- macem ada saja. Yang kepikiran ada macan lah kepikiran ada ular lah ada hantu lah ah sudahlah gak penting di tulis disini. Sampai pada akhirnya salah satu roda mobil kami terperosok dalan selokan kecil akibat gerusan air hujan. Dengan sekuat tenaga kami berusaha untuk mengangkat agar mobil bisa jalan lagi dan tidak menghalangi jalan. Setengah jam lebih sudah kami tak bisa sedikit pun menggeser posisi mobil dan menyebabkan jalur terhalang. Sampai akhirnya datang seorang bapak pedagang di kawasan wisata puncak Ongakan yang mau membantu kami dan Alhamdulillah mobil bisa jalan lagi. Karena kekhawatiran kami nanti diatas ada banyak lubang yang akan memerosokkan kami maka kami sepakat untuk memarkir saja mobilnya di sekitar lokasi terperosok. Dari lokasi terperosok kami harus jalan kaki cukup jauh untuk menuju puncak. Saat itu langit masih cukup gelap dalam perjalanan kami pun ada saja pikiran paranoid akan hewan buas. Hutan Ongakan masih bisa di bilang lebat dan lebat. HUtan dengan beberapa pohon kayu besar dan tinggi serta semak belukar yang tumbuh subur di bawah. Udara sejuk dan aroma tanah bercampur aroma daun serta kulit pohon rasanya sungguh benar- benar kami sedang di tengah hutan. Perlahan matahari semakin meninggi begitu juga hutan mulai terang sinar matahari merasuk melalu celah pepohonan. Tak lama kemudian saya sampai di sebuah pinggiran jurang yang menampilkan pemandangan begitu indah. Di bawah menganga sebuah jurang yang sangat besar sedangkan di atasnya lipatan bukit gunung Kelud berkabut tipis di sinari matahari pagi. Rumput bergoyang tertiup angin yang tak begitu kencang. Embun pagi menetes berjatuhan dari ujung dedaunan bergulir ke tanah. Kupu- kupu serta serangga lainnya seolah sedang bangun dari tidur malamnya dan berterbangan kesana kemari. Cukup menikmati dan berfoto saya menengok keatas rupanya kami sudah sangat dekat dengan lokasi puncak Ongakan.

IMG_9021 IMG_9029 IMG_9044

Berjalan perlahan menanjak cukup terjal kemudian sampailah kami di komplek dagang kawasan wisata Ongakan. Disinilah masnur dan yang lain menemukan sebuah durian kecil dan saya sendiri sudah asik menikmati keindahan puncak Ongakan di atas. Di puncak terdapat semacam rumah pohon yang memang di buat untuk pengunjung menikmati keindahan sekitar puncak dari ketinggian. Konon memang kawasan puncak Oangakan ini belum lama di kembangkan agar lebih menarik perhatian calon pengunjung. Diatas sudah ramai oleh beberapa kelompok orang pengunjung yang berasal dari berbagai daerah luar Kediri. Karena masih pagi view alam yang di tampilkan sungguh memanjakan mata serta mendinginkan hati. Tidak cuma hati yang jadi adem melihatnya namun udaranya pun masih segar dan dingin. Pepohonan rindang dan hijau tumbuh menyebar rata ke seluruh penjuru. Serangga serta burung masih bebas berkeliaran dan bernyanyi semaunya sendiri. Di puncak Ongakan ini bisa menikmati keindahan lekukan punggungan gunung Kelud. Semakin siang semakin ramai oleh pengunjung dan kami pun istirahat sambil ngopi di salah satu warung. Setelah sarapan sudah matang kami sarapan dahulu yang kemudian di ikuti sebuah pertanyaan ” pak mriki enten durian sing spesial mboten pak? kepada bapak pemilik warung. Ya memang kami kurang beruntung bisa mendapatkan durian spesial di hutan belantara karena tinggal satu durian yang kecil. Yasudah karena ada itu ya kami nikmati dulu yang ada.

IMG_9064 IMG_9076 IMG_9083 IMG_9096 IMG_9119

Karena belum puas menikmati durian khas gunung Kelud maka kami turun dari puncak Ongakan masih penasaran mencari durian sekitar gunung Kelud. Turun dari puncak Ongakan kami  bertanya ke beberapa orang desa sekitar dimana biasanya ada penjual durian yang enak. Melewati beberapa perkampungan dan kami sempat mampir sebentar di sebuah waduk yang di depannya sedang berlangsung acara jathilan dan jaranan. Nah bagi yang suka acara jathilan seperti pak Nur dan Pudin kesempatan seperti ini tidak di sia- siakan begitu saja, mereka sembari menikmati meskipun cuma sebentar. Setelah dari acara jathilan kami menuju daerah Pare katanya ada di dekat pasar yang berjualan durian khas Kelud. Ternyata benar setelah kurang lebih setengah jam perjalanan kami tiba di sebuah keramaian yang ternyata adalah sebuah pasar pagi yang hanya ramai dari subuh hingga pukul 08:00. Di salah satu sebuah warung kecil terbuat dari anyaman bambu sedang duduk seorang ibu sedang menjajakan duriannya. Dengan yakin kami menghampiri saja ibu penjual durian tersebut. Tawar- menawar terjadi dan deal dengan harga 30ribu per buah dengan jaminan rasa durian yang kami beli benar benar istimewa. Hemmm nyummmi ternyata mantap memang durian gunung Kelud tak pernah ingkar janji, rasanya sungguh luar biasa nikmat. Inilah rasa yang kami tunggu- tunggu beberapa bulan terakhir setelah lama tidak makan durian. Setelah habis beberapa buah durian kami pun pulang dengan perut kenyang buah durian. Nah begitulah cerita kami tentang berburu durian gunung Kelud yang istimewa. Bagi kalian yang suka durian wajib mencoba rasa istimewa dari durian Kelud ini.

Berburu Durian Ke Puncak Ongakan, Kediri

IMG_9003

Parkir setelah terperosok

Pada suatu ketika masnur meracau pengen durian kelud yang memang terkenal nikmat tiada tara. Karena ada kerjaan kearah Wonosalam untuk melakukan pembayaran ganti rugi petir kepada warga sekitar tower yang terkena dampak imbas petir. Dari siang hingga sore acara serah terima pembayaran baru bisa terlaksana sehabis magrib karena kesibukan warga yang berbeda- beda. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 20:00 seketika terlintas untuk mampir ke gunung Kelud, bukan mampir sih sebenernya tapi menyempatkan namun memang sudah dekat jika di tempuh dari Wonosalam. Karena diantara kami berempat yaitu saya, mas Nur, Pudin, dan Konde belum ada yang tau lokasinya maka kami nyalakan saja googlemaps ke arah bukit kura- kura Ongakan Besowo Kediri. Setelah kira- kira satu jam perjalanan googlemaps menunjukkan bahwa lokasi sudah dekat dan jalur sudah mulai menunjukkan area pegunungan. Setelah memasuki jalanan kecil kawasan kampung kami merasa semakin ragu kalau jalan yang kami lewati salah. Ternyata benar di depan adalah perkebunan warga dan hanya muat di lewati oleh motor atau pejalan kaki. Akhirnya kami putar balik dan bertanya ke wearga terdekat dari lokasi kami menemui jalan buntu. Yang benar saja memang jalan yang di tunjukkan oleh maps adalah jalur kusus trail garuk- garuk tanah menuju puncak Ongakan. Akhirnya kami ikuti saran si bapak bahwa kami harus turun lagi dan memutar lewat jalur yang benarnya. Setelah ketemu jalan yang semestinya dan kami merasa sudah tengah malam alangkah baiknya kami istirahat dahulu. Alhamdulillah ketemu sebuah masjid besar yang emperannya bisa di manfaatkan untuk sekedar meluruskan punggung dan memejamkan mata untuk sebentar.

Paginya setelah shalat subuh kami melanjutkan perjalanan menuju puncak Ongakan dengan menyusuri jalan tanah cukup muat dilewati satu mobil dan beberapa kali dasar mobil harus nggasruk tanah. Saat itu jalan masih gelap dan suasana hutan memang terasa begitu singub pasti pikiran macem- macem ada saja. Yang kepikiran ada macan lah kepikiran ada ular lah ada hantu lah ah sudahlah gak penting di tulis disini. Sampai pada akhirnya salah satu roda mobil kami terperosok dalan selokan kecil akibat gerusan air hujan. Dengan sekuat tenaga kami berusaha untuk mengangkat agar mobil bisa jalan lagi dan tidak menghalangi jalan. Setengah jam lebih sudah kami tak bisa sedikit pun menggeser posisi mobil dan menyebabkan jalur terhalang. Sampai akhirnya datang seorang bapak pedagang di kawasan wisata puncak Ongakan yang mau membantu kami dan Alhamdulillah mobil bisa jalan lagi. Karena kekhawatiran kami nanti diatas ada banyak lubang yang akan memerosokkan kami maka kami sepakat untuk memarkir saja mobilnya di sekitar lokasi terperosok. Dari lokasi terperosok kami harus jalan kaki cukup jauh untuk menuju puncak. Saat itu langit masih cukup gelap dalam perjalanan kami pun ada saja pikiran paranoid akan hewan buas. Hutan Ongakan masih bisa di bilang lebat dan lebat. HUtan dengan beberapa pohon kayu besar dan tinggi serta semak belukar yang tumbuh subur di bawah. Udara sejuk dan aroma tanah bercampur aroma daun serta kulit pohon rasanya sungguh benar- benar kami sedang di tengah hutan. Perlahan matahari semakin meninggi begitu juga hutan mulai terang sinar matahari merasuk melalu celah pepohonan. Tak lama kemudian saya sampai di sebuah pinggiran jurang yang menampilkan pemandangan begitu indah. Di bawah menganga sebuah jurang yang sangat besar sedangkan di atasnya lipatan bukit gunung Kelud berkabut tipis di sinari matahari pagi. Rumput bergoyang tertiup angin yang tak begitu kencang. Embun pagi menetes berjatuhan dari ujung dedaunan bergulir ke tanah. Kupu- kupu serta serangga lainnya seolah sedang bangun dari tidur malamnya dan berterbangan kesana kemari. Cukup menikmati dan berfoto saya menengok keatas rupanya kami sudah sangat dekat dengan lokasi puncak Ongakan.

IMG_9021 IMG_9029 IMG_9044

Berjalan perlahan menanjak cukup terjal kemudian sampailah kami di komplek dagang kawasan wisata Ongakan. Disinilah masnur dan yang lain menemukan sebuah durian kecil dan saya sendiri sudah asik menikmati keindahan puncak Ongakan di atas. Di puncak terdapat semacam rumah pohon yang memang di buat untuk pengunjung menikmati keindahan sekitar puncak dari ketinggian. Konon memang kawasan puncak Oangakan ini belum lama di kembangkan agar lebih menarik perhatian calon pengunjung. Diatas sudah ramai oleh beberapa kelompok orang pengunjung yang berasal dari berbagai daerah luar Kediri. Karena masih pagi view alam yang di tampilkan sungguh memanjakan mata serta mendinginkan hati. Tidak cuma hati yang jadi adem melihatnya namun udaranya pun masih segar dan dingin. Pepohonan rindang dan hijau tumbuh menyebar rata ke seluruh penjuru. Serangga serta burung masih bebas berkeliaran dan bernyanyi semaunya sendiri. Di puncak Ongakan ini bisa menikmati keindahan lekukan punggungan gunung Kelud. Semakin siang semakin ramai oleh pengunjung dan kami pun istirahat sambil ngopi di salah satu warung. Setelah sarapan sudah matang kami sarapan dahulu yang kemudian di ikuti sebuah pertanyaan ” pak mriki enten durian sing spesial mboten pak? kepada bapak pemilik warung. Ya memang kami kurang beruntung bisa mendapatkan durian spesial di hutan belantara karena tinggal satu durian yang kecil. Yasudah karena ada itu ya kami nikmati dulu yang ada.

IMG_9064 IMG_9076 IMG_9083 IMG_9096 IMG_9119

Karena belum puas menikmati durian khas gunung Kelud maka kami turun dari puncak Ongakan masih penasaran mencari durian sekitar gunung Kelud. Turun dari puncak Ongakan kami  bertanya ke beberapa orang desa sekitar dimana biasanya ada penjual durian yang enak. Melewati beberapa perkampungan dan kami sempat mampir sebentar di sebuah waduk yang di depannya sedang berlangsung acara jathilan dan jaranan. Nah bagi yang suka acara jathilan seperti pak Nur dan Pudin kesempatan seperti ini tidak di sia- siakan begitu saja, mereka sembari menikmati meskipun cuma sebentar. Setelah dari acara jathilan kami menuju daerah Pare katanya ada di dekat pasar yang berjualan durian khas Kelud. Ternyata benar setelah kurang lebih setengah jam perjalanan kami tiba di sebuah keramaian yang ternyata adalah sebuah pasar pagi yang hanya ramai dari subuh hingga pukul 08:00. Di salah satu sebuah warung kecil terbuat dari anyaman bambu sedang duduk seorang ibu sedang menjajakan duriannya. Dengan yakin kami menghampiri saja ibu penjual durian tersebut. Tawar- menawar terjadi dan deal dengan harga 30ribu per buah dengan jaminan rasa durian yang kami beli benar benar istimewa. Hemmm nyummmi ternyata mantap memang durian gunung Kelud tak pernah ingkar janji, rasanya sungguh luar biasa nikmat. Inilah rasa yang kami tunggu- tunggu beberapa bulan terakhir setelah lama tidak makan durian. Setelah habis beberapa buah durian kami pun pulang dengan perut kenyang buah durian. Nah begitulah cerita kami tentang berburu durian gunung Kelud yang istimewa. Bagi kalian yang suka durian wajib mencoba rasa istimewa dari durian Kelud ini.

Bikepacker SOLORAYA piknik ke Cumbri

Ada yang pernah denger sebuah komunitas bikepacker? ya sebuah forum atau komunitas orang yang suka piknik naik motor. Untuk pertama kalinya bikepacker soloraya melaksanakan piknik bersama. Oh iya bikepacker Soloraya ini juga baru aja berdirinya karena akhirnya memisahkan diri dari regional Jogjakarta, kasihan kalau mau kumpul kejauhan katanya. Piknik perdana kami adalah yang dekat- dekat saja yaitu ke daerah perbatasan Wonogiri dan Magetan yaitu bukit Cumbri. Kawasan lipatan Bukit yang tak terlalu tinggi namun kesan eksotis dan indah saat pagi sungguh memanjakan mata. Beberapa tonjolan bukit di selimuti kabut kabut tipis di sirami keemasan cahaya matahari, hemm sungguh indah.

Sore itu kami janjian meeting poin di POM bensin Solobaru kemudian baru riding bareng menuju bukit Cumbri. Kloter pertama sudah berkumpul saya, mas Susilo dan Yasin kemudian berangkat perlahan sambil menghampiri mas Heri, mas Sukmo serta mbak Arum. Kemudian saat kami istirahat shalat magrib menyusul lah mas Julio. Untuk Kloter pertama kami anggap sudah komplit dan segera saja berangkat menuju Wonogiri. Solobaru- Wonogiri kami tempuh selama 2 jam perjalanan dengan riding santai. Bukit Cumbri ini letaknya tepat di perbatasan Jateng dengan Jatim. Melaju terus meninggalkan kota Wonogiri menuju arah magetan setelah 1.5 jam perjalanan kami sampai di gapura perbatasan Jateng dengan Jatim. Jika kamu dari arah Solo maka sebelum gapura peris ada jalan belok kiri masuk kedalam perkampungan maka itu lah Bukit Cumbri sudah dekat.

Tiba di parkiran kami sempat di buat bingung karena tidak ada seorang pun yang berjaga di loket parkir, setelah menunggu beberapa saat akhirnya ada orang yang bertanggung jawab dan mempersilahkan memarkirkan kendaraan. Treking menuju puncak Cumbri di mulai dari parkiran dengan melewati beberapa perkebunan milik warga berupa kebun pohon jambu monyet. Treking dari parkiran sampai puncak kira- kira dapat di tempuh selama 1.5 jam jalan santai. Meskipun tak terlalu tinggi angin di puncak cukup kencang dan dingin. Suasana asri dan sejuk juga sangat terasa. Setelah sampai di puncak kami segera mencari tempat yang longgar untuk mendirikan tenda. Kami dirikan 3 tenda kemudian istirahat bersiap menanti sang fajar esok harinya.

14212022_1307065782639096_6768304745361360710_n

Pagi itu Sunrise tak sesempurna biasanya namun hangatnya tetap mampu membuat mata dan hati terperangah menikmatinya. Ketika sinarnya mulai merata menyibak gelap kabut tipis mulai terlihat sedang menyelimuti bukit- bukit kecil yang kedinginan. Rumput serta pepohonan bergoyang menyambut angin yang datang menghampiri. Desis angin beralun merdu di iringi beberapa kicau burung. Semakin siang birunya langit berpadu keemasan sinar matahari di tambah hijau nya daun- daun pepohonan. Tak terasa sengatan sinar mentari semakin kuat memaksa kami segera berkemas dan turun berpindah destinasi.

14233205_1306017232743951_8126969282334387376_n 14225506_1306035029408838_6207857562035029097_n 14211929_1307002709312070_7479542997130550044_n 14141938_1299855830026758_7091837456489044243_n 14079643_1298021966876811_4387788114040619660_n 14055119_1301170166561991_3400238524583557529_n 14045635_1299472816731726_4525758494867352118_n 14045610_1299392123406462_5033141180536785251_n

Seusai puas menikmati Bukit Cumbi kami arahkan kemudi motor menuju air terjun Girimanik yang terletak tak begitu jauh dari Cumbri. Air terjun Girimanik ini masih di Wonogiri juga, letaknya searah pulang ke Solo jadi sekalian mampir gtu. Waktu itu jalan yang kami lalui lebih banyak yang rusak dan mirip jalan makadam bukan jalan aspal. Setelah pegal- pegal riding melewati jalanan makadam kami tiba di parkiran istirahat sebentar. Selagi saya, mas Susilo dan mas Agung turun ke air terjun yang lain bersanti sambil ngeteh di bawah pepohonan cemara tempat parkir sepeda motor. Kalau di area parkir sebenernya juga enak buat  camping karena rimbunnya pepohonan membuat teduh dan nyaman berada di bawahnya. Untuk air terjun yang ternyata tak begitu besar dan tinggi dapat di tempuh 15 menit treking menuruni jalan setapak. Tak lama- lama kami di Air terjun Girimanik kemudian lanjut lagi ke Landasan Gantole Watucenik yang masih di daerah Wonogiri pula.

14237732_1307062275972780_2009018369876867945_n 14034710_1295820287096979_5092972372781219947_n 14045723_1294827463862928_6537338446542508225_n

Landasan Gantole watucenik ini adalah yang paling dekat jika dari Kota Wonogiri. Karena sudah terkenal di Watucenik pengunjungnya sungguh banyak dan sebagian besar adalah para pasangan remaja yang sedang Hot- Hot nya berpacaran. Dengan view waduk Gajahmungkur di bawah kita dapat melihat luas dari atas landasan gantole. Cuaca mendukung langiit cerah kebiruan di hiasi beberapa coretan awan. Tak jauh dari landasan gantole watucenik di sebelah agak kebarat lagi masih ada landasan gantole serupa yang juga tak kalah indah view nya. Sekalian menghabiskan hari kami menunggu senja datang sambil berfoto- foto ria. Warna langit orange keemasan menghipnotis kami para pengunjung. senja jingga berganti gelap malam datanglah petugas yang berjaga untuk mengingatkan agar segera pulang meninggalkan area landasan gantole, ya karena memang tidak boleh ada pengunjung hingga malam hari. Karena hari telah gelap tentunya kami juga sudah capek seharian meng-explore Wonogiri kami pun memutar arah kemudi pulang ke rumah masing- masing.

14102616_1307069325972075_3724069788124910110_n