Tampilkan postingan dengan label pulau. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pulau. Tampilkan semua postingan

Kamis, 24 Maret 2016

Menjelajah Pulau Tanah Merah, MADURA

12745767_1165677720111237_5046348946580683812_n

Tanpa rencana hanya guyonan sedikit serius sore itu, ” Cuk Madura yok ! ” ajak saya kepada teman saya Arga, disambutnya semangat dan jadilah kami berangkat gas sekitar pukul 01:00 jumát dini hari. Jalanan cukup sepi hanya beberapa truck besar dan motor kami berdua melintasi Lamongan kota kemudian perbatasan Lamongan- Gresik. Laju motor kami tidak terlalu kencang namun tetiba vespa Arga “Nyingset ” di depan POM Bensin Bunder Gresik dan kami pun berhenti sejenak sambil menunggu mesin vespanya agak dingin, sepertinya campuran oli nya kurang.

Lanjut gas lagi tipis- tipis agar si vespa tidak nyingset lagi karena kepanasan. Tak terasa baru satu jam kami sudah tiba di surabaya dan di sambut hujan semakin deras sembari istirahat sebentar kami berteduh di indomar*et. Ternyata berkendara dini hari terasa dua kalilipat lebih cepat, lamongan surabaya naik mobil lewat jalan tol tetap 1 jam lebih sedikit sedangkan kami berdua naik motor lewat jalur biasa jalan rata- rata 50-60kpj namun 1 jam saja sudah sampai surabaya. Sambil Arga menghisap asap rokoknya dan saya meneguk kopi instan beli di indomaret hujan mulai berganti gerimis pertanda sebentar lagi reda. Hujan reda kami pun menyambutnya segera melanjutkan perjalanan. Ketika menuju jembatan suramadu saya sempatkan mengisi bbm pas kebetulan ada pertamax plus. Tak jauh dari pom bensin jembatan Suramadu sudah menanti kami. Jembatan yang menghubungkan antara pulau Jawa dan Madura ini kami tempuh selama 30 menit termasuk jembatan terpanjang di Indonesia.

Selesai melintasi jembatan Suramadu kami di hadapkan dua jalur ke kanan atau lurus, menurut perkiraan saya adalah ke kanan maka kami ambil jalan yang kanan. Satu km jalan pertama masih biasa saja namun ketika semakin masuk kedalam jalan yang kami lewati semakin gelap dan kecil belum lagi beberapa kali tergenang air dan rusak. Kami berfikir bahwa salah jalan, namun di gps map yang kami pakai menunjukkan jalan yang benar. Pukul 03:00 dini hari berhenti di sebuah pondok pesantren kemudian ada seorang yang keluar dari pondok daripada kami makin bingung maka bertanyalah kemana arah sampang. Ternyata bener kalau kami salah ambil jalur seharusnya keluar dari Suramadu masih lurus terus, tapi dari pondok pesantren ada jalan balik lagi ke jalan utama lewat desa- desa.

Alhamdulillah sudah kembali ke jalan yang benar, lanjut kami gas laju motor kami berharap segera sampai. Sebelum masuk Sampang kami sudah capek dan ngantuk memilih istirahat sebentar sembari menunggu adzan subuh di pom bensin. Seusai shalat subuh saya dan Arga istirahat tidur sebentar dan terbangun sudah pukul 06:00. Tujuan pertama kami adalah bukit masegit, ya bukit ini terkenal di jagat instagram. Perlahan sambil menengok kanan dan kiri apakah bukitnya kelihatan sampai akhirnya bertanya ke warga sekitar namun banyak yang tidak tau di mana bukit masegit itu. Yasudah kami gas lagi tipis- tipis dan berhentilah di depan pom bensin ada seorang bapak keluar dari kebun langsung kami tanyakan dimana bukit masegit. Bapak yang ternyata berasal dari madiun ini juga tidak tau, ketika seorang temannya lewat di stop lah dan di tanyakan kemana arah bukit masegit itu. Sesuai arahan teman bapak dari madiun itu kami lanjut gas dan ketika sudah tiba di sekitar bukit pun masih nyasar dan gak tau lewat mana kalau mau ke atas bukit. Bukit Masegit ini diatasnya terdapat sebuah kuburan dan tempat semacam untuk shalat ( karena ada sajadah, sarung dan mukena ). Dari puncak bukit terlihat pemandagan sekitarnya karena masih pagi sinar mentari belum begitu keras dan cahaya keemasan masih sedikit tersisa menyinari pucuk- pucuk pohon.

12751272_836227096499442_1228493895_n

12677721_978462328898207_481652732_n

Lanjut dari bukit Masegit tujuan berikutnya adalah air terjun toroan, ya dulu ketika saya ngeteng naik transpot umum pernah ke air terjun ini dan kini penasaran kembali lagi. Dalam perjalanan saya teringat beberapa tahun lalu saat saya keliling madura yang saat itu masih banyak rumah- rumah tradisional yang terbuat dari papan dan bambu rumah itu begitu istimewa bagi saya namun sepertinya tidak bagi yang punya karena saat saya datang lagi sudah banyak rumah papan dan bambu itu berubah menjadi rumah tembok. Jalan jalan yang kami lewatin pun sudah banyak perubahan, jalan yang dulu masih banyak berlubang dan lumpur merah di kanan kiri jalan bahkan di tengah untuk menambal lubang kini sudah beraspal hitam mulus. Lahan- lahan gersang dan tanah merah kecoklatan menganga dimana- mana kini berubah menjadi padang rumput dan lahan hijau yang begitu menyejukkan mata. Sampai akhirnya kami tiba di padang rumput yang luas seakan sedang di tanah Sumba ( padahal belum pernah ke Sumba ). Berfoto- foto sebentar melihat sekeliling hamparan padang rumput luas di tengahnya jalan beraspal hitam dan di ujung pantai terlihat indah.

12822280_1513867402255523_1037068637_n

Tak jauh dari Sumba nya Madura air terjun toroan berada di sebelah kanan jalan menuju bangkalan. Parkir motor kemudian jalan sedikit sudah tiba di air terjun pinggir pantai Toroan. Sayang sekali ketika saya datang airnya sedang besar dan coklat tidak seperti ketika musim kemarau yang airnya jernih kehijauan. Suasananya sudah banyak berubah di bandingkan ketika 2011 saya datang belum ada parkiran yang layak jalan akses juga belum sebagus saat ini dan lagi dulu sepi hanya saya sendiri bertemankan sampah berserakan yang berbeda dengan saat ini sudah ramai pengunjung dan mulai di kelola sampahnya. Di air terjun Toroan pun saya tidak banyak mengambil foto karena ramai dan airnya yang keruh.

Lanjut menuju destinasi berikutnya yaitu tambang kapur arosbaya. Bukit kapur arosbaya salah satu yang terkenal di jagat instagram namun agak susah mencarinya karena searah dengan wisata ziarah aer mata ibu, jadi jika dari bangkalan sebaiknya mencari petunjuk arah aer mata ibu dan jika sudah sampai aer mata ibu tanya kepada penduduk sekitar dimana tambang kapur arosbaya berada. Tambang kapur yang masih aktif ini sudah mengukir membentuk menara menara dan ukiran di dinding seolah bangunan jaman purba. Karena statusnya yang masih aktif sebaiknya hati hati ketika berkunjung dan foto- foto di sini. Hargailah warga sekitar dan aturan yang telah di buat serta berikan jalan terlebih dahulu kepada penambang untuk lewat.

12806060_1170421852970157_7873191800185935117_n 12799295_1170418752970467_2260174103991330814_n 12790998_1174404189238590_2718823137144138479_n 12790936_1170421202970222_7575163216747034446_n 12813914_1170423679636641_4875286451763598906_n 12790913_1167579726587703_2318758579352324878_n 12744346_1170419582970384_4154398669920210194_n 12743984_1165378866807789_7632145705873859033_n 12743578_1164713303541012_862619189992211232_n 12717695_1165321266813549_8523755031704240198_n 10400715_1167580633254279_1285441002625363597_n 10363344_1170420789636930_1730644593615974813_n

Usai puas berfoto- foto di bukit kapur arosbaya masih ada satu destinasi lagi yang harus kami kunjungi, yaitu bukit jaddih di Socah Bangkalan. Tambang kapur yang masih aktif ini sengaja sekalian di jadikan wisata. Ya di salah satu sudutnya telah di bangun sebuah kolam renang yang di kelilingi oleh tebing bekas tambang. Sedangkan di atas penambangan masih disisakan taman batu untuk melihat keindahan pemandangan di bawahnya. Dari puncak bukit Jaddih bisa melihat sunrise dan sunset. Banyak pengunjung yang datang untuk berfoto atau sekedar refreshing bersama keluarga. Jika di Bandung punya Stone Garden maka bukit Jaddih ini bisa di bilang mirip dengan Stone Garden.

12814164_1170418329637176_7924988641697830066_n 12798839_1170417516303924_2328040177527394243_n 12745659_1165694573442885_7192669357081275310_n 12745604_1165344340144575_8607912170599766091_n 12715715_1164814140197595_3155390562415208934_n 12512434_1167578609921148_2389221474160634330_n 10408814_1167577083254634_4709440433240489144_n 1936191_1170417979637211_6923779224319034412_n

 

Senin, 10 Agustus 2015

Pulau Menjangan dan Lovina

Entahlah kenapa saya baru ingat kalau cerita tentang di Bali barat ini belum saya masukkan dalam Blog tjupu ini. Waktu itu memang di Bali sedang hujan terus menerus dalam 2 hari ketika saya dan partner saya Hafiz menginjakkan kaki di Bali lanjutan perjalanan dari Sumbawa dan Lombok. Dua hari terus menerus hujan itu cukup membuat saya sendiri hampir frustasi ya iyalah frustasi pada saat itu saya sudah jobless alias pengangguran kemudian sisa duit yang ada malah dipakai buat jalan jalan dan ketika di bali selama 2 hari itu di hotel saja tidak produktif sama sekali. Ya waktu itu inget nya meskipun hari kedua sudah mulai reda namun waktu sudah menunjukkan pukul 14:xx waktu setempat. kalau di hitung dari jam 14:xx itu cuma tinggal punya waktu 4 jam lagi yang efektif untuk explore. Akhirnya saya Hafiz dan datang lagi teman Hafiz namanya Hendra seorang juragan travel juga akhirnya kami bertiga menuju pantai Pandawa. Pantai yang muncul ke permukaan dunia pertravelingan baru baru saat itu adalah sebuah pantai yang jalannya di buka dengan memotong bukit kapur. Awal kali nya di buka memang kanan kiri serba putih alami tanpa cat ataupun pewarna lainnya dan itu buat saya sungguh azajing. Selesai dari pantai Pandawa masih ada sedikit waktu akhirnya kami melanjutkan ke Pantai Suluban ya kira- kira 30 menit dari pantai Pandawa. Di pantai Suluban sudah mulai senja dan waktu menunggu sunset pun sangat dekat dan hari itu kami habiskan di Suluban. Sunset yang cukup WOW karena warna langit saat itu cukup berwarna warni meskipun di akhir garis batas antara langit dan laut mendung begitu menggelayut. Selesai nyunset kami menuju parkir sepeda motor sempet jajan jagung bakar sih ya jagung bakar di tepi pantai, padahal biasanya saya nemu jagung bakar di daerah tinggi atau di daerah dingin 😛 LOL.

Cerita diatas sebenernya pengantar untuk bercerita tentang Lovina dan Pulau Menjangan di Bali Barat. Saya sendiri sedikit sekali mendengar cerita teman yang sepulang dari bali menceritakan Lovina dan Pulau Menjangan, ya karena sepertinya jarang orang menjadikan paket liburannya ketika ke Bali untuk sekedar mampir Lovina Singaraja dan Pulau Menjangan Bali barat. Sebelum sampai di Pulau Menjangan dan Lovina ada sedikit cerita perjalanan yang mungkin buat orang lain biasa saja namun bagi saya sendiri cukup berkenang. Sore itu dari Denpasar terminal Ubung saya dan Hafiz berpisah dengan Hendra Holiday dan kami berdua ingin menuju Singaraja atau Lovina. Namun tiba nya di terminal Ubung bus yang ke Singaraja sudah berangkat terakhir jam 14:00 walhasil kami transit dulu ke Gilimanuk. Tiba di Gilimanuk bus atau engkel yang ke Singaraja juga sudah tidak ada yang jalan karena belum penuh penumpangnya. Saat itu dalam pikiran saya yang namanya di terminal/ pusat pemberhentian kendaraan umum biasanya adalah tempat yang rawan copet ataupun maling. Hari sudah gelap dan tanda penginepan terdekat pun juga tak terlihat saya dan Hafiz masih terus berfikir mau tidur dimana kah malam ini? karena perut juga kosong tak mampu banyak berpikir akhirnya kami keluar terminal nyari makanan sekitar pelabuhan siapa tau dapat pencerahan dari abang penjual bakso. Nyam nyam nyam makan bakso sambil ngobrol nyari info dimana kami bisa menumpang tidur? jawaban abang tukang bakso adalah di Mushola terminal Gilimanuk tadi. Selesai makan pun kami kembali ke terminal dan mencari dimana musholanya, mushola yang sangat luas namun tanpa karpet satupun dan lantainya pun berdebu memang hampir tak pernah di pakai untuk shalat. Kain yang biasanya saya kalungkan di leher pun saya “jereng” selebar-lebarnya sekiranya cukup untuk alas badan saya tidur. Malam gelap waktu menunjukkan jam 12 00:00 lewat namun karena serangan nyamuk dan dinginnya lantai membuat kami berdua susah tertidur. Entah pukul berapa akhirnya saya tertidur yang saya tau ketika subuh sudah terbangun lagi bersiap melanjutkan menuju Pulau Menjangan. Hahaha kami tidak jadi menuju Lovina dahulu karena dari Gilimanuk lebih dekat ke Pulau Menjangan. Tak jauh melewati hutan 15 menit pun kami sudah tiba di gang masuk Banyuwedang. Berjalan kaki masuk menuju pelabuhan Banyuwedang dimana kami akan menyebrang menuju pulau Menjangan dengan perahu kayu.
742531739092506

742531789092501

742533749092305

742533785758968

742837749061905

Ternyata tak hanya keindahan bawah laut saja yang mempesona namun diatas laut pun begitu menawan dan mempesona. Lihat foto di atas kan? ya pada saat kami disana cuaca sangat bersahabat tidak seperti dua hari sebeluknya mendung dan hujan terus. Matahari bersinar perlahan menghangatkan sekitar Banyuwedang langit kekuningan perlahan memudat dan berganti langit biru cerah berhiaskan awan putih bergerombol berbaris tak beraturan. Perahu- perahu berjajar rapi di tepian dermaga siap menerima perintah nahkoda untuk di berangkatkan menuju pulau Menjangan. Bertemu dengan guide lokal kemudian menyewa alat snorkling dan langsung saja kami berangkat bersama 4 Bule entah darimana karena kami tidak berani berkenalan. Perjalanan membelah laut menuju pulau Menjangan dengan perahu kayu melahap waktu 30 menit. Tanpa basa basi di spot pertama saya langsung di sambut oleh ikan beranekaragam dan sangat ramah kepada pengunjung. Ikan yang warna warni ada orange, biru, hijau, hitam bahkan putih. Untuk tukang snorkling pemula seperti saya ini sangat beruntung karena di kedalaman 1-2 meter ikan sangat banyak dan beberapa terumbu karang masih bagus serta terjaga. Jika sudah profesional ya minimal seperti guide saya waktu itu yang boleh lah ketengah yang lebih dalam untuk melihat terumbu karang dan ikang yang lebih beranekaragam dan menawan. Air yang jernih sehingga visibility-nya cukup bagus arus juga tidak begitu kencang. Kamu penasaran kan bagaimana pulau Menjangan itu??? mending datang sendiri dan cobain sensasinya *halah malah iklan banget. Saya bingung merangkai kata- katanya lagi agar bisa menjelaskan kalau pulau Menjangan memang rekomended untuk di datangi. Intinya ya itu aja sih, Pulau Menjangan jos gandos.

742248389120841

kedalaman 1 meter ikan udah banyak…

742388712440142 742386375773709 742383339107346 742382112440802 742381395774207 742379709107709 742368709108809 742367825775564 742363432442670 742358192443194 737869999558680 737869942892019 737869836225363 737860576226289

737471089598571

Nah sudah lihat foto- foto underwater kan? gimana bagus gak underwaternya? bukan fotonya loh ya tapi pemandangaan underwaternya, bagus banget kalau menurutku :P,

Nah ini Videonya

Baiklah kalau begitu mending saya lanjutin cerita yang ke Lovina, nah selesai snorkling di pulau Menjangan hari masih terang dan waktu menunjuk pukul 14:00 masih ada kemungkinan engkel dari Gilimanuk menuju Lovina. Kali ini dari pelabuhan saya dan Hafiz diantar teman bli guide naik motor ke jalan raya Gilimanuk- Singaraja. Sambil nunggu engkel lewat saya dan Hafiz makan siang dulu biar gak sakit karena perjalanan belum selesai. Selesai makan siang “ndilalah” kok ya pas banget ada engkel lewat menuju Singaraja. Tiba di Lovina hari sudah sore kami langsung saja menuju penginapan/ homestay yang sudah kami cari di google ketika masih di Denpasar namanya Mega Ayu Homestay dengan harga 60ribu permalam ( murah sekali ). Setelah check in kamar di siapkan sekalian kami nanya ke pelayan homestaynya ” bli kalau besok pagi mau melihat lumba- lumba bisa pesan jukung atau beli tiket jukung ke siapa ya bli? ” . Trus trus kata bli Wayan bahwa harga tiket adalah 60ribu per orang satu jukung bisa di isi 3 orang kemudian sore itu di carikan penumpang satu lagi yaitu ternyata seorang bule dari malaysia. Perburuan dolphin di mulai ketika subuh atau pukul 05:00 waktu setempat, pagi itu pasukan berburu masih sedikit saya ingat baru ada 3-5 jukung yang berangkat berburu. Hampir satu jam kami belum dapat satupun dolphin sudah memutar kesana kemari tetap saja dolphin belum menampakkan hidungnya ke permukaan. Hari semakin terang matahari mulai memerah semakin terang semakin banyak pula pasukan pemburu dolphin. Sudah hampir putus asa dan di hibur oleh nahkoda sekaligus guide perburuan dolphin kami ” sudah mas gak papa kalau baru pertama kali memang suka tidak muncul dolphinnya, tapi nanti yang kedua kalinya pasti bertemu sama dolphin ” . Mendengar semua itu ” yasudahlah kalau begitu berarti belum rejeki ” pas perjalanan mau menepi ke pantai tiba- tiba ada teriakan dari kelompok lain dan dengan sigap sang nahkoda segera membelokkan perahunya mengikuti arah munculnya batang hidup si dolphin. Dolphin yang saya lihat rupanya berbeda dengan yang pernah saya lihat di teluk Kiluan, jikalau di teluk Kiluan dolphin berwarna agak putih sedangkan di Lovina rata- rata mereka negro alias berwarna hitam.

742998702379143 742998865712460 743000585712288 743000615712285 743002409045439

Iyappp begitulah ceritanya yang ternyata tertunda 3 tahun silam baru sempat saya tuliskan di blog tjupu ini.

Pulau Menjangan dan Lovina

Entahlah kenapa saya baru ingat kalau cerita tentang di Bali barat ini belum saya masukkan dalam Blog tjupu ini. Waktu itu memang di Bali sedang hujan terus menerus dalam 2 hari ketika saya dan partner saya Hafiz menginjakkan kaki di Bali lanjutan perjalanan dari Sumbawa dan Lombok. Dua hari terus menerus hujan itu cukup membuat saya sendiri hampir frustasi ya iyalah frustasi pada saat itu saya sudah jobless alias pengangguran kemudian sisa duit yang ada malah dipakai buat jalan jalan dan ketika di bali selama 2 hari itu di hotel saja tidak produktif sama sekali. Ya waktu itu inget nya meskipun hari kedua sudah mulai reda namun waktu sudah menunjukkan pukul 14:xx waktu setempat. kalau di hitung dari jam 14:xx itu cuma tinggal punya waktu 4 jam lagi yang efektif untuk explore. Akhirnya saya Hafiz dan datang lagi teman Hafiz namanya Hendra seorang juragan travel juga akhirnya kami bertiga menuju pantai Pandawa. Pantai yang muncul ke permukaan dunia pertravelingan baru baru saat itu adalah sebuah pantai yang jalannya di buka dengan memotong bukit kapur. Awal kali nya di buka memang kanan kiri serba putih alami tanpa cat ataupun pewarna lainnya dan itu buat saya sungguh azajing. Selesai dari pantai Pandawa masih ada sedikit waktu akhirnya kami melanjutkan ke Pantai Suluban ya kira- kira 30 menit dari pantai Pandawa. Di pantai Suluban sudah mulai senja dan waktu menunggu sunset pun sangat dekat dan hari itu kami habiskan di Suluban. Sunset yang cukup WOW karena warna langit saat itu cukup berwarna warni meskipun di akhir garis batas antara langit dan laut mendung begitu menggelayut. Selesai nyunset kami menuju parkir sepeda motor sempet jajan jagung bakar sih ya jagung bakar di tepi pantai, padahal biasanya saya nemu jagung bakar di daerah tinggi atau di daerah dingin 😛 LOL.

Cerita diatas sebenernya pengantar untuk bercerita tentang Lovina dan Pulau Menjangan di Bali Barat. Saya sendiri sedikit sekali mendengar cerita teman yang sepulang dari bali menceritakan Lovina dan Pulau Menjangan, ya karena sepertinya jarang orang menjadikan paket liburannya ketika ke Bali untuk sekedar mampir Lovina Singaraja dan Pulau Menjangan Bali barat. Sebelum sampai di Pulau Menjangan dan Lovina ada sedikit cerita perjalanan yang mungkin buat orang lain biasa saja namun bagi saya sendiri cukup berkenang. Sore itu dari Denpasar terminal Ubung saya dan Hafiz berpisah dengan Hendra Holiday dan kami berdua ingin menuju Singaraja atau Lovina. Namun tiba nya di terminal Ubung bus yang ke Singaraja sudah berangkat terakhir jam 14:00 walhasil kami transit dulu ke Gilimanuk. Tiba di Gilimanuk bus atau engkel yang ke Singaraja juga sudah tidak ada yang jalan karena belum penuh penumpangnya. Saat itu dalam pikiran saya yang namanya di terminal/ pusat pemberhentian kendaraan umum biasanya adalah tempat yang rawan copet ataupun maling. Hari sudah gelap dan tanda penginepan terdekat pun juga tak terlihat saya dan Hafiz masih terus berfikir mau tidur dimana kah malam ini? karena perut juga kosong tak mampu banyak berpikir akhirnya kami keluar terminal nyari makanan sekitar pelabuhan siapa tau dapat pencerahan dari abang penjual bakso. Nyam nyam nyam makan bakso sambil ngobrol nyari info dimana kami bisa menumpang tidur? jawaban abang tukang bakso adalah di Mushola terminal Gilimanuk tadi. Selesai makan pun kami kembali ke terminal dan mencari dimana musholanya, mushola yang sangat luas namun tanpa karpet satupun dan lantainya pun berdebu memang hampir tak pernah di pakai untuk shalat. Kain yang biasanya saya kalungkan di leher pun saya “jereng” selebar-lebarnya sekiranya cukup untuk alas badan saya tidur. Malam gelap waktu menunjukkan jam 12 00:00 lewat namun karena serangan nyamuk dan dinginnya lantai membuat kami berdua susah tertidur. Entah pukul berapa akhirnya saya tertidur yang saya tau ketika subuh sudah terbangun lagi bersiap melanjutkan menuju Pulau Menjangan. Hahaha kami tidak jadi menuju Lovina dahulu karena dari Gilimanuk lebih dekat ke Pulau Menjangan. Tak jauh melewati hutan 15 menit pun kami sudah tiba di gang masuk Banyuwedang. Berjalan kaki masuk menuju pelabuhan Banyuwedang dimana kami akan menyebrang menuju pulau Menjangan dengan perahu kayu.
742531739092506

742531789092501

742533749092305

742533785758968

742837749061905

Ternyata tak hanya keindahan bawah laut saja yang mempesona namun diatas laut pun begitu menawan dan mempesona. Lihat foto di atas kan? ya pada saat kami disana cuaca sangat bersahabat tidak seperti dua hari sebeluknya mendung dan hujan terus. Matahari bersinar perlahan menghangatkan sekitar Banyuwedang langit kekuningan perlahan memudat dan berganti langit biru cerah berhiaskan awan putih bergerombol berbaris tak beraturan. Perahu- perahu berjajar rapi di tepian dermaga siap menerima perintah nahkoda untuk di berangkatkan menuju pulau Menjangan. Bertemu dengan guide lokal kemudian menyewa alat snorkling dan langsung saja kami berangkat bersama 4 Bule entah darimana karena kami tidak berani berkenalan. Perjalanan membelah laut menuju pulau Menjangan dengan perahu kayu melahap waktu 30 menit. Tanpa basa basi di spot pertama saya langsung di sambut oleh ikan beranekaragam dan sangat ramah kepada pengunjung. Ikan yang warna warni ada orange, biru, hijau, hitam bahkan putih. Untuk tukang snorkling pemula seperti saya ini sangat beruntung karena di kedalaman 1-2 meter ikan sangat banyak dan beberapa terumbu karang masih bagus serta terjaga. Jika sudah profesional ya minimal seperti guide saya waktu itu yang boleh lah ketengah yang lebih dalam untuk melihat terumbu karang dan ikang yang lebih beranekaragam dan menawan. Air yang jernih sehingga visibility-nya cukup bagus arus juga tidak begitu kencang. Kamu penasaran kan bagaimana pulau Menjangan itu??? mending datang sendiri dan cobain sensasinya *halah malah iklan banget. Saya bingung merangkai kata- katanya lagi agar bisa menjelaskan kalau pulau Menjangan memang rekomended untuk di datangi. Intinya ya itu aja sih, Pulau Menjangan jos gandos.

742248389120841

kedalaman 1 meter ikan udah banyak…

742388712440142 742386375773709 742383339107346 742382112440802 742381395774207 742379709107709 742368709108809 742367825775564 742363432442670 742358192443194 737869999558680 737869942892019 737869836225363 737860576226289

737471089598571

Nah sudah lihat foto- foto underwater kan? gimana bagus gak underwaternya? bukan fotonya loh ya tapi pemandangaan underwaternya, bagus banget kalau menurutku :P,

Nah ini Videonya

Baiklah kalau begitu mending saya lanjutin cerita yang ke Lovina, nah selesai snorkling di pulau Menjangan hari masih terang dan waktu menunjuk pukul 14:00 masih ada kemungkinan engkel dari Gilimanuk menuju Lovina. Kali ini dari pelabuhan saya dan Hafiz diantar teman bli guide naik motor ke jalan raya Gilimanuk- Singaraja. Sambil nunggu engkel lewat saya dan Hafiz makan siang dulu biar gak sakit karena perjalanan belum selesai. Selesai makan siang “ndilalah” kok ya pas banget ada engkel lewat menuju Singaraja. Tiba di Lovina hari sudah sore kami langsung saja menuju penginapan/ homestay yang sudah kami cari di google ketika masih di Denpasar namanya Mega Ayu Homestay dengan harga 60ribu permalam ( murah sekali ). Setelah check in kamar di siapkan sekalian kami nanya ke pelayan homestaynya ” bli kalau besok pagi mau melihat lumba- lumba bisa pesan jukung atau beli tiket jukung ke siapa ya bli? ” . Trus trus kata bli Wayan bahwa harga tiket adalah 60ribu per orang satu jukung bisa di isi 3 orang kemudian sore itu di carikan penumpang satu lagi yaitu ternyata seorang bule dari malaysia. Perburuan dolphin di mulai ketika subuh atau pukul 05:00 waktu setempat, pagi itu pasukan berburu masih sedikit saya ingat baru ada 3-5 jukung yang berangkat berburu. Hampir satu jam kami belum dapat satupun dolphin sudah memutar kesana kemari tetap saja dolphin belum menampakkan hidungnya ke permukaan. Hari semakin terang matahari mulai memerah semakin terang semakin banyak pula pasukan pemburu dolphin. Sudah hampir putus asa dan di hibur oleh nahkoda sekaligus guide perburuan dolphin kami ” sudah mas gak papa kalau baru pertama kali memang suka tidak muncul dolphinnya, tapi nanti yang kedua kalinya pasti bertemu sama dolphin ” . Mendengar semua itu ” yasudahlah kalau begitu berarti belum rejeki ” pas perjalanan mau menepi ke pantai tiba- tiba ada teriakan dari kelompok lain dan dengan sigap sang nahkoda segera membelokkan perahunya mengikuti arah munculnya batang hidup si dolphin. Dolphin yang saya lihat rupanya berbeda dengan yang pernah saya lihat di teluk Kiluan, jikalau di teluk Kiluan dolphin berwarna agak putih sedangkan di Lovina rata- rata mereka negro alias berwarna hitam.

742998702379143 742998865712460 743000585712288 743000615712285 743002409045439

Iyappp begitulah ceritanya yang ternyata tertunda 3 tahun silam baru sempat saya tuliskan di blog tjupu ini.