Tanpa rencana hanya guyonan sedikit serius sore itu, ” Cuk Madura yok ! ” ajak saya kepada teman saya Arga, disambutnya semangat dan jadilah kami berangkat gas sekitar pukul 01:00 jumát dini hari. Jalanan cukup sepi hanya beberapa truck besar dan motor kami berdua melintasi Lamongan kota kemudian perbatasan Lamongan- Gresik. Laju motor kami tidak terlalu kencang namun tetiba vespa Arga “Nyingset ” di depan POM Bensin Bunder Gresik dan kami pun berhenti sejenak sambil menunggu mesin vespanya agak dingin, sepertinya campuran oli nya kurang.
Lanjut gas lagi tipis- tipis agar si vespa tidak nyingset lagi karena kepanasan. Tak terasa baru satu jam kami sudah tiba di surabaya dan di sambut hujan semakin deras sembari istirahat sebentar kami berteduh di indomar*et. Ternyata berkendara dini hari terasa dua kalilipat lebih cepat, lamongan surabaya naik mobil lewat jalan tol tetap 1 jam lebih sedikit sedangkan kami berdua naik motor lewat jalur biasa jalan rata- rata 50-60kpj namun 1 jam saja sudah sampai surabaya. Sambil Arga menghisap asap rokoknya dan saya meneguk kopi instan beli di indomaret hujan mulai berganti gerimis pertanda sebentar lagi reda. Hujan reda kami pun menyambutnya segera melanjutkan perjalanan. Ketika menuju jembatan suramadu saya sempatkan mengisi bbm pas kebetulan ada pertamax plus. Tak jauh dari pom bensin jembatan Suramadu sudah menanti kami. Jembatan yang menghubungkan antara pulau Jawa dan Madura ini kami tempuh selama 30 menit termasuk jembatan terpanjang di Indonesia.
Selesai melintasi jembatan Suramadu kami di hadapkan dua jalur ke kanan atau lurus, menurut perkiraan saya adalah ke kanan maka kami ambil jalan yang kanan. Satu km jalan pertama masih biasa saja namun ketika semakin masuk kedalam jalan yang kami lewati semakin gelap dan kecil belum lagi beberapa kali tergenang air dan rusak. Kami berfikir bahwa salah jalan, namun di gps map yang kami pakai menunjukkan jalan yang benar. Pukul 03:00 dini hari berhenti di sebuah pondok pesantren kemudian ada seorang yang keluar dari pondok daripada kami makin bingung maka bertanyalah kemana arah sampang. Ternyata bener kalau kami salah ambil jalur seharusnya keluar dari Suramadu masih lurus terus, tapi dari pondok pesantren ada jalan balik lagi ke jalan utama lewat desa- desa.
Alhamdulillah sudah kembali ke jalan yang benar, lanjut kami gas laju motor kami berharap segera sampai. Sebelum masuk Sampang kami sudah capek dan ngantuk memilih istirahat sebentar sembari menunggu adzan subuh di pom bensin. Seusai shalat subuh saya dan Arga istirahat tidur sebentar dan terbangun sudah pukul 06:00. Tujuan pertama kami adalah bukit masegit, ya bukit ini terkenal di jagat instagram. Perlahan sambil menengok kanan dan kiri apakah bukitnya kelihatan sampai akhirnya bertanya ke warga sekitar namun banyak yang tidak tau di mana bukit masegit itu. Yasudah kami gas lagi tipis- tipis dan berhentilah di depan pom bensin ada seorang bapak keluar dari kebun langsung kami tanyakan dimana bukit masegit. Bapak yang ternyata berasal dari madiun ini juga tidak tau, ketika seorang temannya lewat di stop lah dan di tanyakan kemana arah bukit masegit itu. Sesuai arahan teman bapak dari madiun itu kami lanjut gas dan ketika sudah tiba di sekitar bukit pun masih nyasar dan gak tau lewat mana kalau mau ke atas bukit. Bukit Masegit ini diatasnya terdapat sebuah kuburan dan tempat semacam untuk shalat ( karena ada sajadah, sarung dan mukena ). Dari puncak bukit terlihat pemandagan sekitarnya karena masih pagi sinar mentari belum begitu keras dan cahaya keemasan masih sedikit tersisa menyinari pucuk- pucuk pohon.
Lanjut dari bukit Masegit tujuan berikutnya adalah air terjun toroan, ya dulu ketika saya ngeteng naik transpot umum pernah ke air terjun ini dan kini penasaran kembali lagi. Dalam perjalanan saya teringat beberapa tahun lalu saat saya keliling madura yang saat itu masih banyak rumah- rumah tradisional yang terbuat dari papan dan bambu rumah itu begitu istimewa bagi saya namun sepertinya tidak bagi yang punya karena saat saya datang lagi sudah banyak rumah papan dan bambu itu berubah menjadi rumah tembok. Jalan jalan yang kami lewatin pun sudah banyak perubahan, jalan yang dulu masih banyak berlubang dan lumpur merah di kanan kiri jalan bahkan di tengah untuk menambal lubang kini sudah beraspal hitam mulus. Lahan- lahan gersang dan tanah merah kecoklatan menganga dimana- mana kini berubah menjadi padang rumput dan lahan hijau yang begitu menyejukkan mata. Sampai akhirnya kami tiba di padang rumput yang luas seakan sedang di tanah Sumba ( padahal belum pernah ke Sumba ). Berfoto- foto sebentar melihat sekeliling hamparan padang rumput luas di tengahnya jalan beraspal hitam dan di ujung pantai terlihat indah.
Tak jauh dari Sumba nya Madura air terjun toroan berada di sebelah kanan jalan menuju bangkalan. Parkir motor kemudian jalan sedikit sudah tiba di air terjun pinggir pantai Toroan. Sayang sekali ketika saya datang airnya sedang besar dan coklat tidak seperti ketika musim kemarau yang airnya jernih kehijauan. Suasananya sudah banyak berubah di bandingkan ketika 2011 saya datang belum ada parkiran yang layak jalan akses juga belum sebagus saat ini dan lagi dulu sepi hanya saya sendiri bertemankan sampah berserakan yang berbeda dengan saat ini sudah ramai pengunjung dan mulai di kelola sampahnya. Di air terjun Toroan pun saya tidak banyak mengambil foto karena ramai dan airnya yang keruh.
Lanjut menuju destinasi berikutnya yaitu tambang kapur arosbaya. Bukit kapur arosbaya salah satu yang terkenal di jagat instagram namun agak susah mencarinya karena searah dengan wisata ziarah aer mata ibu, jadi jika dari bangkalan sebaiknya mencari petunjuk arah aer mata ibu dan jika sudah sampai aer mata ibu tanya kepada penduduk sekitar dimana tambang kapur arosbaya berada. Tambang kapur yang masih aktif ini sudah mengukir membentuk menara menara dan ukiran di dinding seolah bangunan jaman purba. Karena statusnya yang masih aktif sebaiknya hati hati ketika berkunjung dan foto- foto di sini. Hargailah warga sekitar dan aturan yang telah di buat serta berikan jalan terlebih dahulu kepada penambang untuk lewat.
Usai puas berfoto- foto di bukit kapur arosbaya masih ada satu destinasi lagi yang harus kami kunjungi, yaitu bukit jaddih di Socah Bangkalan. Tambang kapur yang masih aktif ini sengaja sekalian di jadikan wisata. Ya di salah satu sudutnya telah di bangun sebuah kolam renang yang di kelilingi oleh tebing bekas tambang. Sedangkan di atas penambangan masih disisakan taman batu untuk melihat keindahan pemandangan di bawahnya. Dari puncak bukit Jaddih bisa melihat sunrise dan sunset. Banyak pengunjung yang datang untuk berfoto atau sekedar refreshing bersama keluarga. Jika di Bandung punya Stone Garden maka bukit Jaddih ini bisa di bilang mirip dengan Stone Garden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar