Jumat, 03 Juli 2015

7 Alasan Yang Membuatku Ingin Kembali ke Sumatera Barat

Bandara Minangkabau

Belum ada satu bulan yang lalu saya menginjak- injak bumi minangkabau, lebih tepatnya di beri kesempatan untuk menjelajah hingga ke seluruh penjuru pelosok Ranah Minangkabau. Selama satu bulan lebih berkeliling mengunjungi daerah- daerah di Sumatera Barat. Dari Timur ke Barat dan dari Utara ke Selatan, mulai dari kota Padang ke Solok kemudian di lanjutkan ke Sawahlunto jalan lagi ke Padang Panjang, Batusangkar, Bukit Tinggi, Payakumbuh dan Kemudian ke Pesisir Selatan, Pariaman dan Pasaman. Selama berkeliling menjelajah bumi minangkabau tentunya banyak kenangan yang tersimpan dalam memory. Beberapa diantaranya membuat saya ingin kembali lagi suatu saat nanti. Di bawah ini akan saya ceritakan 7 alasan kenapa saya suka selama menjelajah di Minangkabau dan kenapa saya ingin kembali.

Sunset Bandara Minangkabau

 

1. Suasana ” Tradisional ” yang masih melekat di Padang Panjang

Tradisional, ya gak tau mau pakai kosa kata apa selain tradisional. Padang Panjang sebuah kota kecil antara kota Padang dan Batusangkar. Kota kecil ini pernah di gunakan untuk syuting film layar lebar ” Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck “. Namun kenapa saya suka dengan kota kecil ini sebenernya bukan karena film itu, memang salah satu alasan pengen berkunjung ke Padang Panjang adalah karena informasi dari film tersebut. Saat di Padang Panjang saya tinggal di desa sigando dimana terdapat mesjid tertua dengan bangunan tradisional minang. Mesjid yang terbuat dari papan dan berupa panggung dengan model gonjong yang tiang penyangga bangungan semuanya miring identik. Rumah- rumah warga di dominasi oleh rumah adat minang yaitu rumah gonjong yang masih sangat terjaga keasliannya. Rumah yang buat saya begitu mewah dan berharga namun di beberapa sudut kota Padang sudah tidak saya lihat. Hawa dingin ketika malam hari dan pagi tak membuat warga desa dingin dan kaku, justru kerahaman mereka mampu menghangatkan suasana. Senyum mereka saling sapa dengan warga desa lainnya. Suasana pagi lalu lalang para warga desa dengan kesibukan masing- masing yang tidak rusak oleh bising deru mesin kendaraan bermotor atau mesin pabrik. Beramai- ramai menuju tempat pemandian bersama, ya satu tempat mandi di gunakan untuk mandi bersama. Eits jangan berfikir nakal dulu!! ya karena antara wanita dan laki- laki tempat mandinya di pisah dan berbeda letaknya. Pagi itu saya menjajal mandi di dekat masjid asasi yang berumur ratusan tahun. Air keluar langsung dari mata air yang di kelilingi oleh tumpukan bata di rekatkan oleh adonan semen. Airnya dingin dan segar dan jernih tentunya, bahkan saya pun berani meminumnya langsung tanpa di masak terlebih dahulu. Semua itu mengingatkan saya akan beberapa belas tahun silam ketika saya berkunjung ke rumah nenek dari Ibu saya.

Masjid Batipuh

2. Rasanya seperti kembali ke penjajahan Belanda ketika mampir di Sawah Lunto

Sawah Lunto, bukti nyata sejarah bahwa Belanda pernah membangun kota modern di tengah perbukitan kala itu. Setelah melewati kelok kelok jalan menuju kota Sawah Lunto saya di sambut oleh masjid kuno berarsitektur belanda, jika di Semarang saya ingat gereja Blenduk ya Masjid Kuno Sawah Lunto mirip dengan Gereja Blenduk Semarang. Setelah memasuki gerbang kota saya di hadapkan oleh stasiun kuno yang dulu pernah di gunakan untuk mengirimkan batu bara. Barulah saya melewati jalan diantara toko- toko yang menempati bangunan Kuno peninggalan Belanda. Bangunan yang masih berdiri di Sawah Lunto ini seolah hidup seperti saat masih zaman penjajahan Belanda Dahulu. Bangunan di rawat dengan baik serta di manfaatkan oleh pemerintah serta warga untuk berjualan. Bagi kaliann yang suka akan wisata sejarah jangan lupa mampir Sawah Lunto ketika berkunjung ke Sumatera Barat.

Masjid Kuno Belanda Sawah Lunto

3. Berada di Tengah- tengah puluhan bukit yang menjulang tinggi, Sijunjung

Jadi ceritanya ketika saya stay di Darmas Raya yang rupanya berbatasan dengan Jambi, ya saat saya menuju Darmas Raya inilah melewati daerah Sijunjung. Mungkin beberapa orang Minang juga belum pernah mendengar nama Sijunjung karena letaknya yang terisolir oleh perbukitan tinggi namun penuh keindahan. Dari Sawah Lunto menuju Darmas Raya namun kami melilih melewati jalur alternatif via Aia Angek yang menjodohkan saya melihat keindahan Sijunjung dari tepi jalan diatas tebing ketika mobil kami mendaki menuju perbatasan Sijunjung- Tanjung Kaliang. Bukit runcing bulat tinggi di selimuti oleh tumbuhan perdu dan khayalan saya saat itu adalah teringan gugusan pulau bukit yang ada di Raja Ampat. Sayang sekali kamera saya tak mampu mengabadikan semua keindahan itu, hanya mata yang puas menikmati deretan bukit bulat serta persawahan penduduk diapit puluhan perbukitan.

Sawah dan Perbukitan Sijunjung

Perbukitan Sijunjung

Perkampungan Di Bawah Perbukitan

Sawah Sijunjung

 

4. Bukit Tinggi, Modernitas yang di apit oleh kentalnya adat dan tradisi

Kalau mendengar kota Bukit Tinggi memang sudah tidak asing bagi sebagian orang. Salah satu kota besar di Sumatera Barat selain Kota Padang, Payakumbuh, dan Sawah Lunto. Saya sendiri tidak asing dengan kata ” Bukit Tinggi ” ketika belum pernah berkunjung ke Ranah Minang. Beberapa keindahan alamnya yang membuatnya terkenal seperti Ngarai Sianok, Danau Maninjau dan Gunung Marapi. Modernisasi di Bukit Tinggi yang berkembang lebih cepat di bandingkan daerah lainnya setelah kota Padang tentunya. Selain terkenal karena wisata dan alamnya jalan menuju Bukit Tinggi juga sudah terkenal macet hampir setiap hari terutama sekitar jam 08:00 dan 17:00. Namun di balik semua itu Bukit Tinggi seolah di bentengi oleh beberapa daerah yang masih memegang erat adat dan tradisi. Diantaranya adalah Kabupaten Agam, Padang Panjang, dan Batusangkar. Kabupaten Agam yang memang di dalamnya terdapat kota Bukit Tinggi ini membawa pengaruh besar bagaimana adat istiadat yang berjalan di Bukit Tinggi. Hukum adat dan hukum agama yang masih di pegang teguh oleh warga masyarakat Agam dan tentunya Bukit Tinggi. Kegiatan dan acara yang masih sangat kuat di pengaruhi nuansa adat tradisional minang membuat identitas orang minang sangat lekat bagi Bukit Tinggi. Kemudian ada Padang Panjang yang tidak jauh dari Bukit Tinggi juga menyumbang cukup banyak untuk kentalnya adat tradisi Minang. Batusangkar yang sampai sekarang masih menjaga adat dan budaya minang agar tetap original dan tidak di tinggalkan oleh warganya. Rumah Adat Gonjong, Surau Adat, Balai pertemuan masih banyak di temui di Batusangkar. Serta Istana raja Pagaruyung yang hingga sekarang di jaga sebagai bukti peninggalan sejarah minang.

Istana Pagaruyung

Interior Istana Pagaruyung

Dinding Istana

5. Betah Tinggal Di Lembah- lembah Payakumbuh

Oke, selain adem ketika terbangun dari tidur kemudian mata di manjakan oleh persawahan di kelilingi oleh tebing- tebing raksasa dan diataranya tumbuh berjajar pohon kelapa terlihat begitu misty saat kabut turun menyelimuti. Hijaunya hamparan sawah diatasnya melayang kabut tipis yang mulai terbakar ketika matahari meninggi yang menyempurkan warna pagi itu menjadi hijau berbalut kabut keemasan. Udara sejuk di iringi oleh kicau burung menambah syahdunya pagi hari ketika menyeruput sedikit demi sedikit kopi hitam. Berjalan keluar memandang jauh nampak tebing- tebing besar dan beberapa perbukitan yang begitu gagah mempesona. Saya injak pedal gas perlahan dan putar setir mobil perlahan berbelok ke kanan kemudian kekiri melewati jalanan berliku diantara patahan tebing yang begitu megah. Kabut- kabut tipis seolah melindungi kami dari silau sinar matahari. Suara aliran air bergemericik melewati celah bebatuan di kanan kiri jalan. Benar- benar suasana yang belum saya temukan di daerah lain. Bukan karena Lembah Harau dan Kelok 9 yang membuat Payakumbuh ini saya suka namun memang hampir dimana- mana mata memandang Payakumbuh ini sungguh indah. Jalanan yang berkelok diantara himpitan tebing tinggi dan megah jika di lihat dari udara begitu menakjubkan. Jadi? tunggu apalagi? segera ke angkat kameramu dan datangi Payakumbuh

 

6. Hypnotisme Pesisir Selatan

Magic di Pesisir Selatan konon katanya masih sangat kuat, jadi sebaiknya berhati- hati ketika berkunjung ke Pesisir Selatan. Ya benar! ketika saya berkunjung kedua mata yang saya punya seolah terhipnotis oleh keindahan alam Pesisir Selatan. Dari Puncak Mandeh saya bisa melihat aroma magic yang kuat, seolah Labuhan Bajo di NTT di sulap duplikatnya menjadi pemadangan saat saya di puncak Mandeh. Dan di kejauhan ada pulau Cubadak yang konon katanya tidak sembarang orang bisa masuk. Jika dari puncak Mandeh suasana magic belum terasa oke! pindah ke kecamatan Bayang Utara Pesisir selatan yang mempunyai jembatan akar. Jembatan Akar yang terbentuk dari dua pohon di pisahkan oleh sungai Batang Bayang. Cukup magical jika melihat keunikan jembatan akar ini, seolah akar gantung dari kedua pohon ini disatukan oleh ” Cinta ” dan mengikat erat sehingga membentuk jembatan diatas sungai. Masih kurang bukti betapa magicnya Pesisir Selatan? langsung datangi sendiri ya!, masih banyak keajaiban alam yang begitu indah di sana. Saya sendiri baru berkunjung ke kedua tempat yang saya sebutkan diatas. Saya kasih bocoran ya apa saja yang “magic” disana, ini dia diantaranya : bukit Langkisau, Pantai Carocok, Air terjun Bayang Sani, Air terjun Timbulun, Pulau Pagang dan masih banyak lagi.

Sawah Pesisir Selatan

Suasana Damai Di Pesisir Selatan

Bukit Mandeh

Jembatan Akar Pesisir Selatan

dari Kiri Fathur, Amaik, Anggry

7. Mobil dan Motor Tua/ Klasik

Untuk yang ke 7 ini alasannya memang agak gimana jika di hubungkan dengan alam Sumatera Barat memang tidak nyambung. Ya memang tidak nyambung dengan keindahan alam namun keindahan Sumatera Barat di lengkapi oleh eksistensi mobil dan motor klasik yang masih berkeliaran di jalanan. Banyak saya lihat di Padang Panjang, Batusangkar dan Bukit Tinggi motor klasik jenis Honda CB ada yang dibuat klasik kustom ada pula yang mempertahankan originalitasnya. Selain motor juga masih banyak pengguna sedan tua produksi negara Jepang namun selama di SumBar saya baru melihat dua mobil sedan pabrikan Australia yaitu Holden satu di Kota Padang dan satu lagi di Batusangkar. Sedan jenis Toyota Corola dan Corona masih sangat banyak saya temui berlalu lalang di jalanan Padang, Padang Panjang dan Bukit Tinggi. Ya kendaraan tua atau klasik juga salah satu alasan saya suka dengan Sumatera Barat. Saya sendiri sampai sekarang masih setia memelihara Honda klasik kustom.

Mobil Klasik sedang Restorasi

Jeep Peninggalan Perang Dunia ke 2

Jika kalian punya alasan yang sama akan kesukaan sebuah tempat sama seperti yang saya paparkan diatas maka tidak akan nyesel berkunjung ke Sumatera Barat. Berkunjunglah namun tetap hormati adat yang berlaku serta jaga seperti kamu menjaga daerah tercintamu, INDONESIA Terlalu INDAH Untuk Dirusak kawan!

Foto- Foto lainnya,

Nongkrong di Taplau

Sunset Pantai Padang

Sunset Pantai Padang

Danau Singkarak Dari Atas

Persawahan Singkarak

Kota Padang Dari Udara

Gunung Talang dari Udara

Perbatasan Padang dan Pesisir Selatan

Padang dari Udara

 

 

7 Alasan Yang Membuatku Ingin Kembali ke Sumatera Barat

Bandara Minangkabau

Belum ada satu bulan yang lalu saya menginjak- injak bumi minangkabau, lebih tepatnya di beri kesempatan untuk menjelajah hingga ke seluruh penjuru pelosok Ranah Minangkabau. Selama satu bulan lebih berkeliling mengunjungi daerah- daerah di Sumatera Barat. Dari Timur ke Barat dan dari Utara ke Selatan, mulai dari kota Padang ke Solok kemudian di lanjutkan ke Sawahlunto jalan lagi ke Padang Panjang, Batusangkar, Bukit Tinggi, Payakumbuh dan Kemudian ke Pesisir Selatan, Pariaman dan Pasaman. Selama berkeliling menjelajah bumi minangkabau tentunya banyak kenangan yang tersimpan dalam memory. Beberapa diantaranya membuat saya ingin kembali lagi suatu saat nanti. Di bawah ini akan saya ceritakan 7 alasan kenapa saya suka selama menjelajah di Minangkabau dan kenapa saya ingin kembali.

Sunset Bandara Minangkabau

 

1. Suasana ” Tradisional ” yang masih melekat di Padang Panjang

Tradisional, ya gak tau mau pakai kosa kata apa selain tradisional. Padang Panjang sebuah kota kecil antara kota Padang dan Batusangkar. Kota kecil ini pernah di gunakan untuk syuting film layar lebar ” Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck “. Namun kenapa saya suka dengan kota kecil ini sebenernya bukan karena film itu, memang salah satu alasan pengen berkunjung ke Padang Panjang adalah karena informasi dari film tersebut. Saat di Padang Panjang saya tinggal di desa sigando dimana terdapat mesjid tertua dengan bangunan tradisional minang. Mesjid yang terbuat dari papan dan berupa panggung dengan model gonjong yang tiang penyangga bangungan semuanya miring identik. Rumah- rumah warga di dominasi oleh rumah adat minang yaitu rumah gonjong yang masih sangat terjaga keasliannya. Rumah yang buat saya begitu mewah dan berharga namun di beberapa sudut kota Padang sudah tidak saya lihat. Hawa dingin ketika malam hari dan pagi tak membuat warga desa dingin dan kaku, justru kerahaman mereka mampu menghangatkan suasana. Senyum mereka saling sapa dengan warga desa lainnya. Suasana pagi lalu lalang para warga desa dengan kesibukan masing- masing yang tidak rusak oleh bising deru mesin kendaraan bermotor atau mesin pabrik. Beramai- ramai menuju tempat pemandian bersama, ya satu tempat mandi di gunakan untuk mandi bersama. Eits jangan berfikir nakal dulu!! ya karena antara wanita dan laki- laki tempat mandinya di pisah dan berbeda letaknya. Pagi itu saya menjajal mandi di dekat masjid asasi yang berumur ratusan tahun. Air keluar langsung dari mata air yang di kelilingi oleh tumpukan bata di rekatkan oleh adonan semen. Airnya dingin dan segar dan jernih tentunya, bahkan saya pun berani meminumnya langsung tanpa di masak terlebih dahulu. Semua itu mengingatkan saya akan beberapa belas tahun silam ketika saya berkunjung ke rumah nenek dari Ibu saya.

Masjid Batipuh

2. Rasanya seperti kembali ke penjajahan Belanda ketika mampir di Sawah Lunto

Sawah Lunto, bukti nyata sejarah bahwa Belanda pernah membangun kota modern di tengah perbukitan kala itu. Setelah melewati kelok kelok jalan menuju kota Sawah Lunto saya di sambut oleh masjid kuno berarsitektur belanda, jika di Semarang saya ingat gereja Blenduk ya Masjid Kuno Sawah Lunto mirip dengan Gereja Blenduk Semarang. Setelah memasuki gerbang kota saya di hadapkan oleh stasiun kuno yang dulu pernah di gunakan untuk mengirimkan batu bara. Barulah saya melewati jalan diantara toko- toko yang menempati bangunan Kuno peninggalan Belanda. Bangunan yang masih berdiri di Sawah Lunto ini seolah hidup seperti saat masih zaman penjajahan Belanda Dahulu. Bangunan di rawat dengan baik serta di manfaatkan oleh pemerintah serta warga untuk berjualan. Bagi kaliann yang suka akan wisata sejarah jangan lupa mampir Sawah Lunto ketika berkunjung ke Sumatera Barat.

Masjid Kuno Belanda Sawah Lunto

3. Berada di Tengah- tengah puluhan bukit yang menjulang tinggi, Sijunjung

Jadi ceritanya ketika saya stay di Darmas Raya yang rupanya berbatasan dengan Jambi, ya saat saya menuju Darmas Raya inilah melewati daerah Sijunjung. Mungkin beberapa orang Minang juga belum pernah mendengar nama Sijunjung karena letaknya yang terisolir oleh perbukitan tinggi namun penuh keindahan. Dari Sawah Lunto menuju Darmas Raya namun kami melilih melewati jalur alternatif via Aia Angek yang menjodohkan saya melihat keindahan Sijunjung dari tepi jalan diatas tebing ketika mobil kami mendaki menuju perbatasan Sijunjung- Tanjung Kaliang. Bukit runcing bulat tinggi di selimuti oleh tumbuhan perdu dan khayalan saya saat itu adalah teringan gugusan pulau bukit yang ada di Raja Ampat. Sayang sekali kamera saya tak mampu mengabadikan semua keindahan itu, hanya mata yang puas menikmati deretan bukit bulat serta persawahan penduduk diapit puluhan perbukitan.

Sawah dan Perbukitan Sijunjung

Perbukitan Sijunjung

Perkampungan Di Bawah Perbukitan

Sawah Sijunjung

 

4. Bukit Tinggi, Modernitas yang di apit oleh kentalnya adat dan tradisi

Kalau mendengar kota Bukit Tinggi memang sudah tidak asing bagi sebagian orang. Salah satu kota besar di Sumatera Barat selain Kota Padang, Payakumbuh, dan Sawah Lunto. Saya sendiri tidak asing dengan kata ” Bukit Tinggi ” ketika belum pernah berkunjung ke Ranah Minang. Beberapa keindahan alamnya yang membuatnya terkenal seperti Ngarai Sianok, Danau Maninjau dan Gunung Marapi. Modernisasi di Bukit Tinggi yang berkembang lebih cepat di bandingkan daerah lainnya setelah kota Padang tentunya. Selain terkenal karena wisata dan alamnya jalan menuju Bukit Tinggi juga sudah terkenal macet hampir setiap hari terutama sekitar jam 08:00 dan 17:00. Namun di balik semua itu Bukit Tinggi seolah di bentengi oleh beberapa daerah yang masih memegang erat adat dan tradisi. Diantaranya adalah Kabupaten Agam, Padang Panjang, dan Batusangkar. Kabupaten Agam yang memang di dalamnya terdapat kota Bukit Tinggi ini membawa pengaruh besar bagaimana adat istiadat yang berjalan di Bukit Tinggi. Hukum adat dan hukum agama yang masih di pegang teguh oleh warga masyarakat Agam dan tentunya Bukit Tinggi. Kegiatan dan acara yang masih sangat kuat di pengaruhi nuansa adat tradisional minang membuat identitas orang minang sangat lekat bagi Bukit Tinggi. Kemudian ada Padang Panjang yang tidak jauh dari Bukit Tinggi juga menyumbang cukup banyak untuk kentalnya adat tradisi Minang. Batusangkar yang sampai sekarang masih menjaga adat dan budaya minang agar tetap original dan tidak di tinggalkan oleh warganya. Rumah Adat Gonjong, Surau Adat, Balai pertemuan masih banyak di temui di Batusangkar. Serta Istana raja Pagaruyung yang hingga sekarang di jaga sebagai bukti peninggalan sejarah minang.

Istana Pagaruyung

Interior Istana Pagaruyung

Dinding Istana

5. Betah Tinggal Di Lembah- lembah Payakumbuh

Oke, selain adem ketika terbangun dari tidur kemudian mata di manjakan oleh persawahan di kelilingi oleh tebing- tebing raksasa dan diataranya tumbuh berjajar pohon kelapa terlihat begitu misty saat kabut turun menyelimuti. Hijaunya hamparan sawah diatasnya melayang kabut tipis yang mulai terbakar ketika matahari meninggi yang menyempurkan warna pagi itu menjadi hijau berbalut kabut keemasan. Udara sejuk di iringi oleh kicau burung menambah syahdunya pagi hari ketika menyeruput sedikit demi sedikit kopi hitam. Berjalan keluar memandang jauh nampak tebing- tebing besar dan beberapa perbukitan yang begitu gagah mempesona. Saya injak pedal gas perlahan dan putar setir mobil perlahan berbelok ke kanan kemudian kekiri melewati jalanan berliku diantara patahan tebing yang begitu megah. Kabut- kabut tipis seolah melindungi kami dari silau sinar matahari. Suara aliran air bergemericik melewati celah bebatuan di kanan kiri jalan. Benar- benar suasana yang belum saya temukan di daerah lain. Bukan karena Lembah Harau dan Kelok 9 yang membuat Payakumbuh ini saya suka namun memang hampir dimana- mana mata memandang Payakumbuh ini sungguh indah. Jalanan yang berkelok diantara himpitan tebing tinggi dan megah jika di lihat dari udara begitu menakjubkan. Jadi? tunggu apalagi? segera ke angkat kameramu dan datangi Payakumbuh

 

6. Hypnotisme Pesisir Selatan

Magic di Pesisir Selatan konon katanya masih sangat kuat, jadi sebaiknya berhati- hati ketika berkunjung ke Pesisir Selatan. Ya benar! ketika saya berkunjung kedua mata yang saya punya seolah terhipnotis oleh keindahan alam Pesisir Selatan. Dari Puncak Mandeh saya bisa melihat aroma magic yang kuat, seolah Labuhan Bajo di NTT di sulap duplikatnya menjadi pemadangan saat saya di puncak Mandeh. Dan di kejauhan ada pulau Cubadak yang konon katanya tidak sembarang orang bisa masuk. Jika dari puncak Mandeh suasana magic belum terasa oke! pindah ke kecamatan Bayang Utara Pesisir selatan yang mempunyai jembatan akar. Jembatan Akar yang terbentuk dari dua pohon di pisahkan oleh sungai Batang Bayang. Cukup magical jika melihat keunikan jembatan akar ini, seolah akar gantung dari kedua pohon ini disatukan oleh ” Cinta ” dan mengikat erat sehingga membentuk jembatan diatas sungai. Masih kurang bukti betapa magicnya Pesisir Selatan? langsung datangi sendiri ya!, masih banyak keajaiban alam yang begitu indah di sana. Saya sendiri baru berkunjung ke kedua tempat yang saya sebutkan diatas. Saya kasih bocoran ya apa saja yang “magic” disana, ini dia diantaranya : bukit Langkisau, Pantai Carocok, Air terjun Bayang Sani, Air terjun Timbulun, Pulau Pagang dan masih banyak lagi.

Sawah Pesisir Selatan

Suasana Damai Di Pesisir Selatan

Bukit Mandeh

Jembatan Akar Pesisir Selatan

dari Kiri Fathur, Amaik, Anggry

7. Mobil dan Motor Tua/ Klasik

Untuk yang ke 7 ini alasannya memang agak gimana jika di hubungkan dengan alam Sumatera Barat memang tidak nyambung. Ya memang tidak nyambung dengan keindahan alam namun keindahan Sumatera Barat di lengkapi oleh eksistensi mobil dan motor klasik yang masih berkeliaran di jalanan. Banyak saya lihat di Padang Panjang, Batusangkar dan Bukit Tinggi motor klasik jenis Honda CB ada yang dibuat klasik kustom ada pula yang mempertahankan originalitasnya. Selain motor juga masih banyak pengguna sedan tua produksi negara Jepang namun selama di SumBar saya baru melihat dua mobil sedan pabrikan Australia yaitu Holden satu di Kota Padang dan satu lagi di Batusangkar. Sedan jenis Toyota Corola dan Corona masih sangat banyak saya temui berlalu lalang di jalanan Padang, Padang Panjang dan Bukit Tinggi. Ya kendaraan tua atau klasik juga salah satu alasan saya suka dengan Sumatera Barat. Saya sendiri sampai sekarang masih setia memelihara Honda klasik kustom.

Mobil Klasik sedang Restorasi

Jeep Peninggalan Perang Dunia ke 2

Jika kalian punya alasan yang sama akan kesukaan sebuah tempat sama seperti yang saya paparkan diatas maka tidak akan nyesel berkunjung ke Sumatera Barat. Berkunjunglah namun tetap hormati adat yang berlaku serta jaga seperti kamu menjaga daerah tercintamu, INDONESIA Terlalu INDAH Untuk Dirusak kawan!

Foto- Foto lainnya,

Nongkrong di Taplau

Sunset Pantai Padang

Sunset Pantai Padang

Danau Singkarak Dari Atas

Persawahan Singkarak

Kota Padang Dari Udara

Gunung Talang dari Udara

Perbatasan Padang dan Pesisir Selatan

Padang dari Udara

 

 

Minggu, 07 Juni 2015

Solo Traveling Ke Minangkabau? Jangan Khawatir

Lifestyle jalan- jalan atau traveling kini semakin meningkat jumlah penikmatnya. Biasanya orang pergi traveling bareng sama teman atau geng, tapi kalau menurut kamu sudah biasa dan membosankan berarti kamu perlu mencoba sesekali traveling sendirian atau bahasa kerennya Solo Traveling. Jalan sendirian apa tidak menakutkan? membosankan? garing? mati gaya?. Bagaimana cara bersenang- senang kan sebenarnya diri kita sendiri yang tau dan menentukan, jadi mau jalan sendirian ataupun rame- rame tidak masalah donk!. Baiklah kalau sudah yakin dan siap jalan sendirian ke tempat baru saya akan share tips dan tujuan yang seru.

Ilustrasi Solo Traveling

Ilustrasi Solo Traveling

Kali ini saya akan share bagaimana Solo Traveling ke Sumatera Barat atau biasa di sebut Ranah Minangkabau. Jika kamu masih buta tentang tanah Sumatera Barat sebaiknya cari informasi terlebih dahulu bagaimana transpotasinya, penginapan/ hotel, dan tujuan wisata kemana kamu akan pergi. Oke, langsung saja jika dari luar pulau Sumatera kamu bisa naik pesawat agar lebih hemat waktu, dan saran saya untuk transpotasi keliling Minangkabau silahkan menggunakan jasa rental sepeda motor. Selain lebih murah untuk menekan budget ( karena sudah terkuras untuk dana tiket pesawat yang mahal ) motor juga lebih handal kemampuan jelajahnya. Terus apakah di Padang ada yang menyewakan motornya untuk menjelajah? ada kok, kamu bisa langsung nyari di www.google.co.id. Kalau masalah transpotasi sudah tidak menjadi masalah kini membahas penginapannya. Cara tradisionalnya kita datang dulu ke Padang baru mencari hotel mungkin dengan bertanya supir taksi, atau mendatangi satu per satu hotel yang kita inginkan. Kali ini saya akan beri tahu cara yang lebih simple, cepat, nyaman dan seru. Perhatikan langkahnya ya, gak susah kok sangat mudah di pahami. Saya sertakan capture nya bagaimana cara yang seru pesan hotel lewat travelio.

1. Yang jelas buka dulu web www.travelio.com

2. Masukkan lokasi, tanggal dan lama menginap di pencarian hotel web www.travelio.com

Cari Hotel

Cari Hotel

3. Pilih hotel yang kamu suka, kalau saya sih jelas milih yang murah ( ceritanya kan backpackeran )

Pilih yang murah

Pilih yang murah

4. Kalau masih mahal menurut kamu maka tawar saja, nah inilah keuntungan menggunakan www.travelio.com bisa nawar harga hotel yang kita pesan

Tawar harga hotel

Tawar harga hotel

tawar

Tawar harga

Penawaranmu sadis

Penawaranmu sadis

Kalau kamu menawar harga terlalu sadis maka akan di tolak, naikkan sedikit sampai di terima hasil penawaranmu,

Naikkan harga ke 350000

Naikkan harga ke 350000

Nah begitu hasil menawar harga hotel pilihanmu sudah di setujui oleh www.travelio.com langsung lakukan pembayaran agar tidak keburu di pesan oleh orang lain kamar yang telah kamu pesan. Bagaimana mudah kan memesan hotel lewat www.travelio.com? selain mudah dan simple bisa juga melakukan penawaran harga jika di rasa terlalu mahal.

Transpotasi sudah, Pesan hotel melalui travelio juga sudah, yang belum adalah destinasi yang wajib kamu kunjungi dan beberapa tips dari saya. Kalau mau mengikuti nafsu jalan- jalan yang tidak akan puas sebenarnya Sumatera Barat ini banyak sekali destinasi wisata yang menarik hati dan sungguh menawan. Sumatera Barat sendiri ada beberapa kota dan kabupaten, yang saya tahu ada : Kota Padang, Kab. Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kab. Agam, Kota Bukit Tinggi, Kota Payakumbuh, Kab. Pesisir Selatan dan kota serta kabupaten lainnya. Saran saya adalah untuk menjelajah sekitar Kab. Tanah Datar, selain posisinya di tengah- tengah antara kota Padang dan kota Bukit Tinggi juga pesona alam dan budayanya sangat menarik. Baiklah di bawah ini adalah beberapa tujuan yang minimal kamu datangi ketika ke ranah Minangkabau.

1. Istana Pagaruyung, istana yang terletak tidak jauh dari kota Padang Panjang ini mudah di akses karena selain jalan yang sudah bagus juga sudah sangat terkenal di Sumatera Barat. Sebagai rumah adat Minangkabau terbesar dan ikon Minangkabau Istana ini wajar di kenal hingga seluruh penjuru Sumatera Barat.

Istana Pagaruyung

2. Masjid Asasi yang berumur 3 abad, Lokasi yang masuk perkampungan membuat masjid ini tidak setenar masjid yang pernah di gunakan untuk shoting film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yaitu surau nagari Lubuak Bauak, Batipuh. Kalau masjid ini masih di gunakan oleh warga setempat untuk shalat berjamaah seperti masjid- masjid yang lain.

IMG_3490

Masjid Asasi Nagari Gunung

IMG_3494

Masjid Asasi

3. Surau nagari Lubuak Bauak Batipuh, bagi yang pernah nonton film layar lebar Tenggelamnya Kapal Van der Wijck pasti tau seperti apa surau ini. Surau ini juga sudah berumur hampir 3 abad lamanya. Bentuk desain yang mencerminkan khas melayu Minangkabau membuat surau ini begitu original dan megah. lokasinya di tepi jalan raya Padang Panjang – Batu Sangkar sehingga tidak sulit untuk mampir sebentar menengok peninggalan sejarah Minang ini. Berbeda dengan masjid agasi, surau ini sudah menjadi cagar budaya sehingga sudah tidak di gunakan untuk shalat berjamaah lagi.

IMG_3567

Surau Lubuak Bauak Batipuh

4. Danau Singkarak, Danau yang terkenal di tanah Minangkabau ini dapat di tempuh tak jauh dari kota Padang Panjang menuju arah Solok. Danau berair jernih dan dingin serta hawa sejuk karena letaknya yang cukup tinggi diantara perbukitan. Bagusnya datang ke danau ini ketika masih pagi langit masih bersih cerah kebiruan dan terlihat di kejauhan lipatan perbukitan di selimuti kabut tipis. Dapat juga datang ketika sore sambil bersantai menunggu matahari terbenam sehingga air danau akan memantulkan cahaya keemasan dari langit. Sambil menikmati suasana senja kita di berikan pemandangan para nelayan sedang mencari ikan di sekitar danau. Meskipun pergi sendirian jangan terus merasa “ngenes” kalau orang jawa bilang. Berinteraksi dengan orang yang sedang dii danau atau warga setempat. Atau malah kenalan dengan cowo/cewe yang sedang sendiri juga di danau. Nah, maka dari itu jangan lompat ya kawan ketika di danau meskipun cuma sendirian.

Danau Singkarak Dalam Balutan Senja

Nelayan Mencari Ikan

5. Puncak Pato, Sebenarnya sudah masuk Lintau namun karena tidak terlalu jauh dari Batu Sangkar sebaiknya sekalian di sempatin mampir ke Puncak Pato. Dari Batu Sangkar sekitar 30 menit menuju arah Lintau. Puncak Pato selain lokasinya yang tinggi dapat melihat panorama keindahan kota Batu Sangkar dari ketinggian juga merupakan tempat bersejarah sebagai tempat Sumpah Satie Bukik Marapalam. Dahulu karena pernah terjadi pertikaian antara kaum adat dengan kaum agama maka diakan sumpah satie di bukit/ puncak Pato ini.

IMG_3583

Pemandangan Kota Batu Sangkar Dari Puncak Pato

IMG_3612

Puncak Pato

IMG_3581

Hutan Pinus Puncak Pato

Jika ada waktu lebih ketika datang ke Minangkabau dan kamu suka naik gunung maka sebaiknya kamu sekalian sempatkan untuk mendaki gunung Talang. Dari puncak gunung Talang terlihat pemandangan landscape yang begitu indah. Danau Atas, Danau Bawah dan Danau Talang terlihat diantara lipatan perbukitan. Ada juga yang lebih tinggi gunung Marapi dan gunung Singgalang yang mempunyai daya tarik tersendiri. Selain keindahan alam Kab. Tanah Datar ini juga penuh peninggalan sejarah budaya Minang yang masih hidup. Rumah adat Gadang masyarakat Minangkabau masih banyak berdiri dengan anggun serta kokoh terawat dengan baik. Festival kesenian juga rutin di gelar oleh pemerintah kabupaten Tanah Datar untuk menjaga kelestarian seni dan budaya Minang. Jadi??? tunggu apalagi kawan!!! segera ambil jatah cuti kamu, kemasi barang, pesan hotel (*jangan lupa pesan lewat travelio) dan terbang ke tanah Minangkabau.

Tips jalan sendiri ke tempat baru buat kamu :

1. Berpakaianlah yang wajar dan tidak mengundang perhatian begal/ rampok, karena kamu sedang jalan sendirian lebih baik berjaga- jaga sebelum terjadi hal- hal yang tidak di inginkan

2. Cari dan simpan kontak/ no telp yang kamu anggap penting dan dapat di hubungin untuk membantumu ketika dalam keadaan darurat

3. Berinteraksi dengan warga lokal selain untuk menghilangkan kesan kesepian juga untuk menambah informasi tempat yang sedang kamu datangi

4. Jika kamu seorang wanita maka sebaiknya hindari berpergian malam hari

5. Bersikap ramah dan menghormati adat atau kebiasaan masyarakat setempat, karena sedang membahas tanah Minangkabau saya kasih bocoran bahwa orang Minang sangat ramah dan santun kepada orang lain

6. Jangan malu- malu untuk bertanya ketika kebingungan memilih arah jalan, jangan takut di sesatkan asalkan kamu bertanya dengan baik dan tidak punya niat buruk pasti di berikan arah yang benar

Tulisan ini diikutkan dalam lomba “Travelio #YourTripYourPrice Solo Traveling Blog Competition”  yang di-host oleh wiranurmansyah.com  dan disponsori oleh Travelio.com