Tampilkan postingan dengan label manusia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label manusia. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 Agustus 2017

Berastagi Untuk Bertemu Denganmu, Sumatera Utara

Karena kamu request cerita tentang perjalanan kita kemaren di Sumatera Utara segera di tulis maka baiklah aku duluin aja dari cerita perjalanan lainnya. Mulai dari mana ya? dari kenapa bisa di bilang tiba- tiba aku kabur ke Medan. Sesungguhnya list ke area Sumatera adalah paling belakangan setelah aku selesai dengan misi Timur. Sudah sekitar 3 bulanan aku menjalin komunikasi lagi denganmu. Kamu itu cantik tapi judes juga dan ketika memandang sorot matamu tak pernah bisa teduh. Sebenernya dulu sudah kenal namun hanya sekedar antara Asisten dan Praktikan di Laboratorium sebuah kampus. Setelah aku lulus pun semakin tak pernah ada komunikasi dan karena bisa di bilang aku segan samamu maka tak pernah berani untuk menyapa atau sekedar berkata “hai”. Entah ada pikiran darimana tiba- tiba datang sebuah tekad bulat untuk pergi ke Sumatera Utara. Akhirnya dapat waktu setelah hari raya Iedul Fitri tanpa pikir panjang setelah gajian aku pesan tiket pesawat jurusan Surabaya- Kualanamu Medan. Apakah ijin dari kantor bakal di approve atau tidak pun aku nekad saja. Dengan mantap hati nekat lah ijin ke Pak Bos ” pak kulo tanggal 29-30 ijin nggeh pak ?”, di sahutnya ” di atur sajalah yang penting jangan sampe lost komunikasi sama team “. Alhamdulillah ijin sudah approve, eh lakok seminggu sebelum berangkat malah ada undangan meeting ke Banyyuwangi. Entahlah pikiran sudah mulai amburadul namun tetap terus menenangkan diri ” woles thur kalem semua tetap berjalan lancar”. Rabu siang aku dan Pak Nur partner terbaikku menghadiri meeting salah satu operator terbesar di Indonesia. Rabu sore pun kami tak langsung balik Tuban karena sudah terlanjur jauh kenapa tidak mampir? baiklah akhirnya kami mampir ke kawah Ijen, kawah Wurung dan Bromo. Akhir trip bablasan meeting adalah Bromo yaitu hari Jumat siang.

IMG_0996

Nah Ini Pak Nur

Tiba di bandara Juanda Surabaya setelah menempuh perjalanan dari Probolinggo selama 3 jam disambut oleh senja. Sambil ngopi sebentar Pak Nur dan Budi menemani sambil ngaso sebelum mereka berdua balik Tuban dan aku lanjut ke Medan. Malam semakin larut perut lapar badan pun letih. Setelah kenyang mengisi perut dengan makanan cepat saji aku segera mencari tempat untuk tidur karena esok paginya jam 04:00 sudah harus cek in. Alhamdulilah cek in lancar  (soalnya sempat ada masalah si singa terbang berulah lagi) trus ke ruang tunggu sekalian nunggu masuk waktu subuh. Jam 05:30 kami para penumpang sudah di suruh memasuki pesawat dan tanpa delay pesawat di terbangkan jam 06:xx.

Sunrise Bandara Juanda

Sunrise Bandara Juanda

Penerbangan Surabaya- Medan lancar di tempuh selama 3 jam. Dari atas pesawat terlihat perbukitan dan berganti dengan sebuah danau besar terdapat sebuah pulau di tengahnya. Danau Toba dan pulau Samosir, ya tandanya penerbangan kami sudah dekat dengan bandara Kualanamu Medan. Tiba di bandara jam 09:00 sesuai saran kamu untuk naik Damri jurusan carefour Medan. Hemmm semakin gak menentu gelisah campur entahlah apa naamanya bis nya pun merayap pelan- pelan yang kemudian di tambah macet ketika sudah masuk kota Medan. Aku gak yakin bisa woles dan suasana mencair santai. Akhirnya ketemu juga denganmu setelah 6 tahun lamanya tak pernah jumpa. Dengan kerudung dan baju berwarna pink wajah di usap bedak tipis dan bibir kamu warnai pink namun sorot matamu tak berubah. Awal pertemuan kamu buka dengan sapaan ” hai kak” aku cuma bisa membalas dengan senyum, karena ya memang terasa kaku dan aku pun orangnya pemalu. Sambil berjalan ke parkiran kereta aku dan kamu mulai bisa ngobrol santai suasana pun mulai mencair kayak eskrim yang kelamaan gak di makan, eh enggak bercanda dink.

” Eka jadi kita kemana saja hari ini? ”

” kakak gak lapar? mending kakak makan dulu aja ” sahut mu

Siang itu Medan benar- benar sangat panas sampai- sampai baju ku basah kuyup oleh keringat. Mampir sebentar di Pom bensin karena pikirku jam 12:00 sudah masuk waktu shalatt dzuhur, Medan waktu dzuhur nya jam 12:30 an bung. Akhirnya setelah numpang ke toilet pom bensin aku dan kamu lanjut menuju Berastagi destinasi pertama. Memang agak konyol karena aku dan kamu sama- sama tidak tau arah, yasudah ngikutin plang petunjuk arah dan feeling saja lah ya. Medan Berastagi dapat ditempuh selama 2 jam perjalanan dengan model riding santai. Ketika sebelum masuk Berastagi kami melalui jalanan menanjak bekelok yang lebih mirip dengan jalur sitinjau lauik nya Sumatera Barat. Jalan meliuk- liuk menanjak memaksa mesin motor kamu terus melaju pelan. Dan saat sedang berjalan perlan di ikuti seorang polisi yang semakin membuatku cemas dan curiga. Di sebuah jalan lurus cukup untuk menghentikan aku dan kamu, ” Hei coba minggir dulu “, kata Pak Polisi. Setelah di cek ternyata karena plat nomor motor kamu belum di ganti padahal sudah expired masa berlakunya. Setelah di berikan penjelasan kenapa plat nomor motor belum di ganti akhirnya aku dan kamu di kasih lanjut jalan lagi oleh pak polisi. Jalanan datar beganti menanjak, Macet berganti lenggang, Panas berganti sejuk ternyata memang sudah masuk kawasan Berastagi. Destinasi pertama adalah taman Lumbini, sebuah taman yang dibangun untuk beribadah umat pemeluk agama Budha. Vihara terbesar di Indonesia sekaligus Asia Tenggara. Bangunan Vihara dengan dominan warna Emas dan warna bangunan sekitarnya abu- abu karena di hujani oleh abu vulkanik gunung Sinabung. Tak lama aku dan kamu jalan- jalan di taman Lumbini sekedar mengambil foto kemudian lanjut lagi ke destinasi berikutnya.

Taman Lumbini

Taman Lumbini

Konon katanya puncak bukit Gundaling menjadi primadona wisata di Berastagi. Terlihat cukup jelas menjulang tinggi nan gagah gunung Sinabung dari puncak Gundaling. Sore itu tak terlalu ramai pengunjung yang menikmati sejuknya bukit Gundaling. Sebagian besar memang sengaja datang untuk bisa berfoto bersama gunung Sinabung, termasuk aku dan kamu. Sambil istirahat menunggu datangnya senja aku dan kamu duduk di bawah tenda milik ibu penjual minuman yang rupanya berasal dari banyumas. Sewaktu mesan minum aku kaget kok si Ibu menyahut dengan bahasa jawa, oh rupanya Ibu orang Banyumas. Ngobrol santai membahas tentang budaya Batak sambil menikmati deretan awan bergulung yang mulai berubah menjadi mendung. Senja mulai memberi harapan akan datangnya sunset yang menggelora. Terik matahari semakin redup berbarengan dengan datangnya hembusan angin yang semakin kencang. Waktu menunjukkan jam 17:50 namun langit justru semakin menghitam awan yang tadinya berderet bergulung cantik pun berubah menjadi mendung kelabu. Ternyata sungguh benar sunset tak jadi hadir menyambut kedatanganku jauh jauh dari pulau Jawa. Karena esok hari masih harus mendaki puncak Gunung Sibayak aku dan kamu harus segera istirahat agar tidak kesiangan bangun.

Berastagi di hujani Abu Vulkanik

Berastagi di hujani Abu Vulkanik

Gunung Sinabung Dari Puncak Gundaling

Gunung Sinabung Dari Puncak Gundaling

Gunung Sibayak dengan ketinggian 2.212 mdpl letaknya berdekatan dengan gunung Sinabung yang sedang erupsi. Meskipun tidak terlalu tinggi saat malam hingga pagi udara pun sangat dingin. Waktu sudah menunjukkan pukul 03:00 ini saatnya aku dan kamu bersiap mendaki untuk melihat sunrise. Jam 04:00 aku dan kamu yang kemudian aku ganti “kita” agar lebih enak nulis dan di bacanya sudah berangkat menuju Gunung Sibayak. Tak lama dari pusat kota Berastagi kira- kira 30 menit dengan kereta kita sudah tiba di parkiran gunung Sibayak. Sebelum mendaki jangan lupa ada membayar retribusi Rp 3000 dan biaya masuk Rp 10.000.

 

Pendakian di mulai, dengan ketinggian 2.212 mdpl tipikal jalur sedikit terus menanjak waktu tempuh pun sangat singkat. Dari parkiran hingga puncak 1 tidak sampai 1 jam sudah sampai ( sepertinya ada 4 puncak ). Kita memang tidak camping karena hanya ingin melihat sunrise dan gunung Sinabung dari puncak Sibayak. Lapisan mendung pagi itu sepertinya sangat tebal waktu sudah menunjukkan jam 05:30 pun semburat merah kurang terlihat terang. Memang betul sunrise tidak pecah dengan sempurna namun keindahan pemandangan yang di berikan oleh Sibayak tetaplah mempesona. Aku tau matahari malu untuk tersenyum kepadaku karena sudah ada yang tersenyum sungguh manis menggantikannya. Melihatmu ceria bahagia menikmat keindahan Sibayak rasanya sungguh luar biasa. Emmm nanti cerita agak panjang tentang pendakian Sibayak aku tulis saja sendiri, jadi sering sering mantau Blog aku ini.

Parkir Kereta

Parkir Kereta

Puncak Sibayak

Puncak Sibayak

Puncak Sibayak

Puncak Sibayak

Destinasi lain masih banyak yang menanti, setelah turun dari Sibayak kita lanjut menuju air terjun Spiso- piso. Berastagi- Kabanjahe- Tongging, kalau dari Berastagi sampai e Spiso- piso cuma memerlukan waktu selama 60 menit riding di kecepatan 60-70 kpj. Selepas Kabanjahe memasuki Tongging banyak kebun buah jeruk yang menawarkan wisata petik sendiri. Hemmm masyarakat mulai kreatif dalam menjual hasil perkebunan mereka, mulai dari strowbery petik sendiri, Apel petik sendiri, jeruk petik sendiri dan mungkin di susul buah yang lainnya. Riding di dataran tinggi itu enaknya tak begitu terasa panas, ya karena angin yang berhembus dingin meskipun terik matahari sangat panas. Udara sejuk serta pemandangan hijau bagaikan permadani menemani sepanjang jalur Berastagi – Tongging. Sebelum tiba di pintu masuk loket wisata air terjun Spiso- piso kita di sambut pemandangan mempesona danau Toba dari atas bukit. Lipatan perbukitan gundul terhampar diatas perairan jadi mengingatkanku akan keindahan Labuhan Bajo NTT. Karena memang bagus pemandangan kita pun berhenti sebentar berfoto- foto. Turun sedikit dari tempat kita istirahat sudah berdiri bangunan loket masuk wisata air terjun Spiso- piso. Ohhh anak tangga turun untuk melihat air terjun dari dekat sungguh panjang mengular. Santai sambil menikmati pemandangan sekitar air terjun kita turun menuju bawah air terjun. Tak jauh kita berjalan sambil istirahat aku merekam timelapse air terjun tak disangka seorang kawan kuliah sewaktu D3 di kampus putih biru menyapa ku. ” Oi fathur… sama siapa kesini??? “, rupanya Fajar Sidiq teman sekampus. Sebentar Fajar bercerita kalau sebaiknya aku ambil rute Simarjarunjung- Tigarasa- Samosir dan kembali ke Medan soalnya sayang jauh- jauh ke Sumatera Utara kalau gak sekalian ke Samosir. Akhirnya sebelum Fajar pulang dan aku melanjutkan turun ke air terjun kami berfoto sebagai kenang- kenangan. Baiklah lanjut lagi turun ke air terjun sama kamu, dan rupanya baru sepertiga pejalanan. Pelan sambil menikmati dan berfoto agar tidak terasa capeknya. Dan sesampainya di bawah air terjun pun kami tak mendekat karena bias air sungguh besar sudah pasti basah jika terlalu dekat. Setidaknya sudah cukup berfoto secekrek dua cekrek kami kemudian kembali naik ke atas. Turun ke bawah air terjun kemudian naik lagi kukira 1.5 jam sudah cukup.

Sebelum Loket

Sebelum Loket

Spiso- piso dari atas

Spiso- piso dari atas

Spiso- piso

Spiso- piso

Capek ya dari air terjun Spiso- piso? iya memang capek cukup jauh rupanya tangga turun dan naik. Padahal masih ada Simarjarunjung dan Samosir, Okelah waktu masih menunjukkan jam 13:00 kami segera cepat- cepat menuju bukit indah Simarjarunjung. Bukit indah Simarjarunjung salah satu konsep wisata baru yang sedang terkenal di Sumatera Utara. Dengan wahana- wahana foto seperti Kalibiru Kulonprogo yang sudah lama duluan mengaplikasikan. Dengan background danau Toba dan pulau Samosir bukit indah pun tak kalah keren dan fenomenal. Bagus gak sih Simarjarunjung? menurutku bagus karena memang pemandangannya bagus banget. Tapi kalau aku di suruh foto di wahana sih gak juga gak papa. Wahana foto di Simarjarunjung ada banyak sampai aku gak sempat hitung. Bagi yang sedang suka konsep foto kekinian cocok banget datang ke Simarjarunjung. Jadi pas di sana Eka minta difoto di ayunan ekstrim. Ayunan itu di ayun ke arah danau Toba dan kemudian cekrek- cekrek beberapa foto diambil, hemmm hasilnya memang bagus seolah Eka sedang berayun di atas danau Toba. Trus setelah itu? ya setelah itu kami lanjut lagi menyebrang ke pulau Samosir. Dan tanpa sengaja kami justru mengikuti saran Fajar bahwa mendingan nyebrang ke Samosir lewat Tigarasa.

Bukit Indah Simarjarunjung

Bukit Indah Simarjarunjung

Wahana Ayunan Ekstrim

Wahana Ayunan Ekstrim

Yang sudah pernah nyebrang ke kepulauan seribu pasti tau model perahunya seperti apa, nah kalau di danau Toba ini perahunya berbeda. Jika di lihat sepintas justru bentuknya menyerupai Elf atau Bus mikro. Di bagian depan tertulis ” Laut Tawar ” dan karena bentuknya seperti Bis aku sebut saja ” Bis Laut tawar “. Sambil menyebrangi danau Toba senja berganti malam, kupikir karena hanya danau ombaknya pun tidak besar. Rupanya kondisi bercerita lain ketika sampai di tengah- tengah ombak terasa begitu mengombang- ambingkan Bis laut tawar kami. Tiba di Simanindo Samosir hari telah gelap langsung saja kita menuju Tuk- Tuk Ambarita untuk menginap semalam. Tuk- tuk ini kalau di bali semacam kawasan Kuta Seminyak nya. Pusat Keramaian Samosir bisa di bilang di Tuk- tuk ini dan Tomok. Karena alasan waktu kita gak sempat mampir ke Tomok, esok paginya pun langsung tancap gas menuju bukit Holbung.

Simanindo

Simanindo

Bukit Holbung, ketika melihat di Map jaraknya tak terlalu jauh dari Tuk-tuk. Estimasi sesuai google map menunjukkan 2 jam lebih sedikit perjalanan dengan kendaraan bermotor. Pagi hari jalanan lengang serta masih jauh dari gaduh kendaraan. Udara dingin membangunkan ku dari kantuk berat. Semburat merah matahari pagi memberikan sedikit penerangan perjalanan kita menuju bukit Holbung. Jalanan sepi kemudian mulai berganti ramai anak Sekolah Dasar berjalan kaki menuju sekolah mereka. Dan lima menit kemudian sudah semakin ramai angkotan samosir mengangkut anak anak Sekolah Menengah Pertama dan Atas menuju sekolah masing- masing. Menyusuri jalanan di tepi danau Toba dan sudah 2 jam lamanya kita berkendara namun baru tiba di jembatan penyebrangan Samosir dengan Sumatera. Ada yang pernah ke Sumba? nah ketika memasuki jalur darat Samosir – Sumatera aku serasa di ingatan oleh Sumba pulau Seribu Bukit. Di Sumba kan kalau pas mau ke Wairinding melewati diantara lipatan ribuan bukit, nah di Samosir ini juga mirip bahkan khas bukit gundul di tumbuhi rumput tipis yang mulai mengering berwarna coklat ke orange pun sama. Selama perjalanan mata ku terus di manjakan oleh pemandangan yang Ahhh sudahlah aku bingung mau menjelaskannya. Pokoknya suka banget sama Samosir dan sekitarnya, bahkan orangnya pun juga ramah- ramah. Saking terpesonanya oleh keindahan alam di jalur ini kita sampai nyasar kebablasan dan terpaksa putar balik lagi ke arah bukit Holbung. Dalam hayalanku bukit Holbung palingan mirip- mirip sama bukit Teletubis yang ada di Jawa. Hemmm kalau aku mau di bilang lebay ya gak papa mungkin memang lebay, tapi bukit Holbung sungguh di luar dugaanku. Bukit Holbung gak bikin menyesal meskipun sudah di bela- belain putar arah ketika kebablasan. Gimana ya ceritainnya aku pun bingung tak mampu berkata- kata lagi untuk mendeskripsikannya. Lebay ya? hahaha iya gak papa lebay. Di bukit Holbung sayangnya tak bias berlama- lama karena aku harus sampai di bandara Kualanamu jam 16:00. Trus ngapain aja di bukit Holbung yang cuma sebentar? ya apalagi kalau bukan ambil foto dan sejenak menikkmati dengan mata sambil kulit merasakan dinginnya hembusan angin yang sungguh kencang.

Sunrise Depan Hotel Tuk Tuk

Sunrise Depan Hotel Tuk Tuk

Tepian Danau Toba

Tepian Danau Toba

Pinggir jalur ke Tele

Pinggir jalur ke Tele

Bukit Holbung

Bukit Holbung

Bukit Holbung

Bukit Holbung

Eka Di Bukit Holbung

Eka Di Bukit Holbung

Dari bukit Holbung trus kemana lagi? ya sudah jelas tau kan ya bahwa bukit holbung destinasi terakhir kita, ya kan… Karena takut ketinggalan pesawat pulang ke Jawa riding dari Holbung ke Medan aku gas lebih kencang dari sebelum- sebelumnya. Rutenya tau gak? nah akku aja baru tau pas udah melewatinya. Jadi dari Holbung lewat jalur menara pandang Tele terus saja ikutin jalan sampai pertigaan yang ke kanan adalah arah jalan raya Sidikalang- Kabanjahe. Jadi kalau di bikin rute Dairi- Kabanjahe- Berastagi- Medan- Kualanamu. Dan tidak sia- sia hasil ngebut dari Dairi ke Medan, Dairi- Kabanjahe mampu di tempuh selama 1.5 jam perjalanan. Jalur di tengah hutan dataran tinggi yang dingin sedang berkabut dan gerimis pula. Dari Kabanjahe arah berastagi jalur sudah berganti dengan jalur cukup padat penduduk dengan waktu tempuh cuma 30 menit. Nah kalau pas berangkat waktu Tempuh Medan Berastagi 2 jam maka arah sebaliknya Berastagi – Medan cuma di libas 1jam lebih sedikit. Akhirnya sudah lega, ya lega semuanya termasuk lega sampai Medan masih jam 15:30 dan langsung saja naik ke Damri yang kemudian berangkat jam 16:00 menuju bandara Kualanamu.

Video perjalanannya

 

Berastagi Untuk Bertemu Denganmu, Sumatera Utara

Karena kamu request cerita tentang perjalanan kita kemaren di Sumatera Utara segera di tulis maka baiklah aku duluin aja dari cerita perjalanan lainnya. Mulai dari mana ya? dari kenapa bisa di bilang tiba- tiba aku kabur ke Medan. Sesungguhnya list ke area Sumatera adalah paling belakangan setelah aku selesai dengan misi Timur. Sudah sekitar 3 bulanan aku menjalin komunikasi lagi denganmu. Kamu itu cantik tapi judes juga dan ketika memandang sorot matamu tak pernah bisa teduh. Sebenernya dulu sudah kenal namun hanya sekedar antara Asisten dan Praktikan di Laboratorium sebuah kampus. Setelah aku lulus pun semakin tak pernah ada komunikasi dan karena bisa di bilang aku segan samamu maka tak pernah berani untuk menyapa atau sekedar berkata “hai”. Entah ada pikiran darimana tiba- tiba datang sebuah tekad bulat untuk pergi ke Sumatera Utara. Akhirnya dapat waktu setelah hari raya Iedul Fitri tanpa pikir panjang setelah gajian aku pesan tiket pesawat jurusan Surabaya- Kualanamu Medan. Apakah ijin dari kantor bakal di approve atau tidak pun aku nekad saja. Dengan mantap hati nekat lah ijin ke Pak Bos ” pak kulo tanggal 29-30 ijin nggeh pak ?”, di sahutnya ” di atur sajalah yang penting jangan sampe lost komunikasi sama team “. Alhamdulillah ijin sudah approve, eh lakok seminggu sebelum berangkat malah ada undangan meeting ke Banyyuwangi. Entahlah pikiran sudah mulai amburadul namun tetap terus menenangkan diri ” woles thur kalem semua tetap berjalan lancar”. Rabu siang aku dan Pak Nur partner terbaikku menghadiri meeting salah satu operator terbesar di Indonesia. Rabu sore pun kami tak langsung balik Tuban karena sudah terlanjur jauh kenapa tidak mampir? baiklah akhirnya kami mampir ke kawah Ijen, kawah Wurung dan Bromo. Akhir trip bablasan meeting adalah Bromo yaitu hari Jumat siang.

IMG_0996

Nah Ini Pak Nur

Tiba di bandara Juanda Surabaya setelah menempuh perjalanan dari Probolinggo selama 3 jam disambut oleh senja. Sambil ngopi sebentar Pak Nur dan Budi menemani sambil ngaso sebelum mereka berdua balik Tuban dan aku lanjut ke Medan. Malam semakin larut perut lapar badan pun letih. Setelah kenyang mengisi perut dengan makanan cepat saji aku segera mencari tempat untuk tidur karena esok paginya jam 04:00 sudah harus cek in. Alhamdulilah cek in lancar  (soalnya sempat ada masalah si singa terbang berulah lagi) trus ke ruang tunggu sekalian nunggu masuk waktu subuh. Jam 05:30 kami para penumpang sudah di suruh memasuki pesawat dan tanpa delay pesawat di terbangkan jam 06:xx.

Sunrise Bandara Juanda

Sunrise Bandara Juanda

Penerbangan Surabaya- Medan lancar di tempuh selama 3 jam. Dari atas pesawat terlihat perbukitan dan berganti dengan sebuah danau besar terdapat sebuah pulau di tengahnya. Danau Toba dan pulau Samosir, ya tandanya penerbangan kami sudah dekat dengan bandara Kualanamu Medan. Tiba di bandara jam 09:00 sesuai saran kamu untuk naik Damri jurusan carefour Medan. Hemmm semakin gak menentu gelisah campur entahlah apa naamanya bis nya pun merayap pelan- pelan yang kemudian di tambah macet ketika sudah masuk kota Medan. Aku gak yakin bisa woles dan suasana mencair santai. Akhirnya ketemu juga denganmu setelah 6 tahun lamanya tak pernah jumpa. Dengan kerudung dan baju berwarna pink wajah di usap bedak tipis dan bibir kamu warnai pink namun sorot matamu tak berubah. Awal pertemuan kamu buka dengan sapaan ” hai kak” aku cuma bisa membalas dengan senyum, karena ya memang terasa kaku dan aku pun orangnya pemalu. Sambil berjalan ke parkiran kereta aku dan kamu mulai bisa ngobrol santai suasana pun mulai mencair kayak eskrim yang kelamaan gak di makan, eh enggak bercanda dink.

” Eka jadi kita kemana saja hari ini? ”

” kakak gak lapar? mending kakak makan dulu aja ” sahut mu

Siang itu Medan benar- benar sangat panas sampai- sampai baju ku basah kuyup oleh keringat. Mampir sebentar di Pom bensin karena pikirku jam 12:00 sudah masuk waktu shalatt dzuhur, Medan waktu dzuhur nya jam 12:30 an bung. Akhirnya setelah numpang ke toilet pom bensin aku dan kamu lanjut menuju Berastagi destinasi pertama. Memang agak konyol karena aku dan kamu sama- sama tidak tau arah, yasudah ngikutin plang petunjuk arah dan feeling saja lah ya. Medan Berastagi dapat ditempuh selama 2 jam perjalanan dengan model riding santai. Ketika sebelum masuk Berastagi kami melalui jalanan menanjak bekelok yang lebih mirip dengan jalur sitinjau lauik nya Sumatera Barat. Jalan meliuk- liuk menanjak memaksa mesin motor kamu terus melaju pelan. Dan saat sedang berjalan perlan di ikuti seorang polisi yang semakin membuatku cemas dan curiga. Di sebuah jalan lurus cukup untuk menghentikan aku dan kamu, ” Hei coba minggir dulu “, kata Pak Polisi. Setelah di cek ternyata karena plat nomor motor kamu belum di ganti padahal sudah expired masa berlakunya. Setelah di berikan penjelasan kenapa plat nomor motor belum di ganti akhirnya aku dan kamu di kasih lanjut jalan lagi oleh pak polisi. Jalanan datar beganti menanjak, Macet berganti lenggang, Panas berganti sejuk ternyata memang sudah masuk kawasan Berastagi. Destinasi pertama adalah taman Lumbini, sebuah taman yang dibangun untuk beribadah umat pemeluk agama Budha. Vihara terbesar di Indonesia sekaligus Asia Tenggara. Bangunan Vihara dengan dominan warna Emas dan warna bangunan sekitarnya abu- abu karena di hujani oleh abu vulkanik gunung Sinabung. Tak lama aku dan kamu jalan- jalan di taman Lumbini sekedar mengambil foto kemudian lanjut lagi ke destinasi berikutnya.

Taman Lumbini

Taman Lumbini

Konon katanya puncak bukit Gundaling menjadi primadona wisata di Berastagi. Terlihat cukup jelas menjulang tinggi nan gagah gunung Sinabung dari puncak Gundaling. Sore itu tak terlalu ramai pengunjung yang menikmati sejuknya bukit Gundaling. Sebagian besar memang sengaja datang untuk bisa berfoto bersama gunung Sinabung, termasuk aku dan kamu. Sambil istirahat menunggu datangnya senja aku dan kamu duduk di bawah tenda milik ibu penjual minuman yang rupanya berasal dari banyumas. Sewaktu mesan minum aku kaget kok si Ibu menyahut dengan bahasa jawa, oh rupanya Ibu orang Banyumas. Ngobrol santai membahas tentang budaya Batak sambil menikmati deretan awan bergulung yang mulai berubah menjadi mendung. Senja mulai memberi harapan akan datangnya sunset yang menggelora. Terik matahari semakin redup berbarengan dengan datangnya hembusan angin yang semakin kencang. Waktu menunjukkan jam 17:50 namun langit justru semakin menghitam awan yang tadinya berderet bergulung cantik pun berubah menjadi mendung kelabu. Ternyata sungguh benar sunset tak jadi hadir menyambut kedatanganku jauh jauh dari pulau Jawa. Karena esok hari masih harus mendaki puncak Gunung Sibayak aku dan kamu harus segera istirahat agar tidak kesiangan bangun.

Berastagi di hujani Abu Vulkanik

Berastagi di hujani Abu Vulkanik

Gunung Sinabung Dari Puncak Gundaling

Gunung Sinabung Dari Puncak Gundaling

Gunung Sibayak dengan ketinggian 2.212 mdpl letaknya berdekatan dengan gunung Sinabung yang sedang erupsi. Meskipun tidak terlalu tinggi saat malam hingga pagi udara pun sangat dingin. Waktu sudah menunjukkan pukul 03:00 ini saatnya aku dan kamu bersiap mendaki untuk melihat sunrise. Jam 04:00 aku dan kamu yang kemudian aku ganti “kita” agar lebih enak nulis dan di bacanya sudah berangkat menuju Gunung Sibayak. Tak lama dari pusat kota Berastagi kira- kira 30 menit dengan kereta kita sudah tiba di parkiran gunung Sibayak. Sebelum mendaki jangan lupa ada membayar retribusi Rp 3000 dan biaya masuk Rp 10.000.

 

Pendakian di mulai, dengan ketinggian 2.212 mdpl tipikal jalur sedikit terus menanjak waktu tempuh pun sangat singkat. Dari parkiran hingga puncak 1 tidak sampai 1 jam sudah sampai ( sepertinya ada 4 puncak ). Kita memang tidak camping karena hanya ingin melihat sunrise dan gunung Sinabung dari puncak Sibayak. Lapisan mendung pagi itu sepertinya sangat tebal waktu sudah menunjukkan jam 05:30 pun semburat merah kurang terlihat terang. Memang betul sunrise tidak pecah dengan sempurna namun keindahan pemandangan yang di berikan oleh Sibayak tetaplah mempesona. Aku tau matahari malu untuk tersenyum kepadaku karena sudah ada yang tersenyum sungguh manis menggantikannya. Melihatmu ceria bahagia menikmat keindahan Sibayak rasanya sungguh luar biasa. Emmm nanti cerita agak panjang tentang pendakian Sibayak aku tulis saja sendiri, jadi sering sering mantau Blog aku ini.

Parkir Kereta

Parkir Kereta

Puncak Sibayak

Puncak Sibayak

Puncak Sibayak

Puncak Sibayak

Destinasi lain masih banyak yang menanti, setelah turun dari Sibayak kita lanjut menuju air terjun Spiso- piso. Berastagi- Kabanjahe- Tongging, kalau dari Berastagi sampai e Spiso- piso cuma memerlukan waktu selama 60 menit riding di kecepatan 60-70 kpj. Selepas Kabanjahe memasuki Tongging banyak kebun buah jeruk yang menawarkan wisata petik sendiri. Hemmm masyarakat mulai kreatif dalam menjual hasil perkebunan mereka, mulai dari strowbery petik sendiri, Apel petik sendiri, jeruk petik sendiri dan mungkin di susul buah yang lainnya. Riding di dataran tinggi itu enaknya tak begitu terasa panas, ya karena angin yang berhembus dingin meskipun terik matahari sangat panas. Udara sejuk serta pemandangan hijau bagaikan permadani menemani sepanjang jalur Berastagi – Tongging. Sebelum tiba di pintu masuk loket wisata air terjun Spiso- piso kita di sambut pemandangan mempesona danau Toba dari atas bukit. Lipatan perbukitan gundul terhampar diatas perairan jadi mengingatkanku akan keindahan Labuhan Bajo NTT. Karena memang bagus pemandangan kita pun berhenti sebentar berfoto- foto. Turun sedikit dari tempat kita istirahat sudah berdiri bangunan loket masuk wisata air terjun Spiso- piso. Ohhh anak tangga turun untuk melihat air terjun dari dekat sungguh panjang mengular. Santai sambil menikmati pemandangan sekitar air terjun kita turun menuju bawah air terjun. Tak jauh kita berjalan sambil istirahat aku merekam timelapse air terjun tak disangka seorang kawan kuliah sewaktu D3 di kampus putih biru menyapa ku. ” Oi fathur… sama siapa kesini??? “, rupanya Fajar Sidiq teman sekampus. Sebentar Fajar bercerita kalau sebaiknya aku ambil rute Simarjarunjung- Tigarasa- Samosir dan kembali ke Medan soalnya sayang jauh- jauh ke Sumatera Utara kalau gak sekalian ke Samosir. Akhirnya sebelum Fajar pulang dan aku melanjutkan turun ke air terjun kami berfoto sebagai kenang- kenangan. Baiklah lanjut lagi turun ke air terjun sama kamu, dan rupanya baru sepertiga pejalanan. Pelan sambil menikmati dan berfoto agar tidak terasa capeknya. Dan sesampainya di bawah air terjun pun kami tak mendekat karena bias air sungguh besar sudah pasti basah jika terlalu dekat. Setidaknya sudah cukup berfoto secekrek dua cekrek kami kemudian kembali naik ke atas. Turun ke bawah air terjun kemudian naik lagi kukira 1.5 jam sudah cukup.

Sebelum Loket

Sebelum Loket

Spiso- piso dari atas

Spiso- piso dari atas

Spiso- piso

Spiso- piso

Capek ya dari air terjun Spiso- piso? iya memang capek cukup jauh rupanya tangga turun dan naik. Padahal masih ada Simarjarunjung dan Samosir, Okelah waktu masih menunjukkan jam 13:00 kami segera cepat- cepat menuju bukit indah Simarjarunjung. Bukit indah Simarjarunjung salah satu konsep wisata baru yang sedang terkenal di Sumatera Utara. Dengan wahana- wahana foto seperti Kalibiru Kulonprogo yang sudah lama duluan mengaplikasikan. Dengan background danau Toba dan pulau Samosir bukit indah pun tak kalah keren dan fenomenal. Bagus gak sih Simarjarunjung? menurutku bagus karena memang pemandangannya bagus banget. Tapi kalau aku di suruh foto di wahana sih gak juga gak papa. Wahana foto di Simarjarunjung ada banyak sampai aku gak sempat hitung. Bagi yang sedang suka konsep foto kekinian cocok banget datang ke Simarjarunjung. Jadi pas di sana Eka minta difoto di ayunan ekstrim. Ayunan itu di ayun ke arah danau Toba dan kemudian cekrek- cekrek beberapa foto diambil, hemmm hasilnya memang bagus seolah Eka sedang berayun di atas danau Toba. Trus setelah itu? ya setelah itu kami lanjut lagi menyebrang ke pulau Samosir. Dan tanpa sengaja kami justru mengikuti saran Fajar bahwa mendingan nyebrang ke Samosir lewat Tigarasa.

Bukit Indah Simarjarunjung

Bukit Indah Simarjarunjung

Wahana Ayunan Ekstrim

Wahana Ayunan Ekstrim

Yang sudah pernah nyebrang ke kepulauan seribu pasti tau model perahunya seperti apa, nah kalau di danau Toba ini perahunya berbeda. Jika di lihat sepintas justru bentuknya menyerupai Elf atau Bus mikro. Di bagian depan tertulis ” Laut Tawar ” dan karena bentuknya seperti Bis aku sebut saja ” Bis Laut tawar “. Sambil menyebrangi danau Toba senja berganti malam, kupikir karena hanya danau ombaknya pun tidak besar. Rupanya kondisi bercerita lain ketika sampai di tengah- tengah ombak terasa begitu mengombang- ambingkan Bis laut tawar kami. Tiba di Simanindo Samosir hari telah gelap langsung saja kita menuju Tuk- Tuk Ambarita untuk menginap semalam. Tuk- tuk ini kalau di bali semacam kawasan Kuta Seminyak nya. Pusat Keramaian Samosir bisa di bilang di Tuk- tuk ini dan Tomok. Karena alasan waktu kita gak sempat mampir ke Tomok, esok paginya pun langsung tancap gas menuju bukit Holbung.

Simanindo

Simanindo

Bukit Holbung, ketika melihat di Map jaraknya tak terlalu jauh dari Tuk-tuk. Estimasi sesuai google map menunjukkan 2 jam lebih sedikit perjalanan dengan kendaraan bermotor. Pagi hari jalanan lengang serta masih jauh dari gaduh kendaraan. Udara dingin membangunkan ku dari kantuk berat. Semburat merah matahari pagi memberikan sedikit penerangan perjalanan kita menuju bukit Holbung. Jalanan sepi kemudian mulai berganti ramai anak Sekolah Dasar berjalan kaki menuju sekolah mereka. Dan lima menit kemudian sudah semakin ramai angkotan samosir mengangkut anak anak Sekolah Menengah Pertama dan Atas menuju sekolah masing- masing. Menyusuri jalanan di tepi danau Toba dan sudah 2 jam lamanya kita berkendara namun baru tiba di jembatan penyebrangan Samosir dengan Sumatera. Ada yang pernah ke Sumba? nah ketika memasuki jalur darat Samosir – Sumatera aku serasa di ingatan oleh Sumba pulau Seribu Bukit. Di Sumba kan kalau pas mau ke Wairinding melewati diantara lipatan ribuan bukit, nah di Samosir ini juga mirip bahkan khas bukit gundul di tumbuhi rumput tipis yang mulai mengering berwarna coklat ke orange pun sama. Selama perjalanan mata ku terus di manjakan oleh pemandangan yang Ahhh sudahlah aku bingung mau menjelaskannya. Pokoknya suka banget sama Samosir dan sekitarnya, bahkan orangnya pun juga ramah- ramah. Saking terpesonanya oleh keindahan alam di jalur ini kita sampai nyasar kebablasan dan terpaksa putar balik lagi ke arah bukit Holbung. Dalam hayalanku bukit Holbung palingan mirip- mirip sama bukit Teletubis yang ada di Jawa. Hemmm kalau aku mau di bilang lebay ya gak papa mungkin memang lebay, tapi bukit Holbung sungguh di luar dugaanku. Bukit Holbung gak bikin menyesal meskipun sudah di bela- belain putar arah ketika kebablasan. Gimana ya ceritainnya aku pun bingung tak mampu berkata- kata lagi untuk mendeskripsikannya. Lebay ya? hahaha iya gak papa lebay. Di bukit Holbung sayangnya tak bias berlama- lama karena aku harus sampai di bandara Kualanamu jam 16:00. Trus ngapain aja di bukit Holbung yang cuma sebentar? ya apalagi kalau bukan ambil foto dan sejenak menikkmati dengan mata sambil kulit merasakan dinginnya hembusan angin yang sungguh kencang.

Sunrise Depan Hotel Tuk Tuk

Sunrise Depan Hotel Tuk Tuk

Tepian Danau Toba

Tepian Danau Toba

Pinggir jalur ke Tele

Pinggir jalur ke Tele

Bukit Holbung

Bukit Holbung

Bukit Holbung

Bukit Holbung

Eka Di Bukit Holbung

Eka Di Bukit Holbung

Dari bukit Holbung trus kemana lagi? ya sudah jelas tau kan ya bahwa bukit holbung destinasi terakhir kita, ya kan… Karena takut ketinggalan pesawat pulang ke Jawa riding dari Holbung ke Medan aku gas lebih kencang dari sebelum- sebelumnya. Rutenya tau gak? nah akku aja baru tau pas udah melewatinya. Jadi dari Holbung lewat jalur menara pandang Tele terus saja ikutin jalan sampai pertigaan yang ke kanan adalah arah jalan raya Sidikalang- Kabanjahe. Jadi kalau di bikin rute Dairi- Kabanjahe- Berastagi- Medan- Kualanamu. Dan tidak sia- sia hasil ngebut dari Dairi ke Medan, Dairi- Kabanjahe mampu di tempuh selama 1.5 jam perjalanan. Jalur di tengah hutan dataran tinggi yang dingin sedang berkabut dan gerimis pula. Dari Kabanjahe arah berastagi jalur sudah berganti dengan jalur cukup padat penduduk dengan waktu tempuh cuma 30 menit. Nah kalau pas berangkat waktu Tempuh Medan Berastagi 2 jam maka arah sebaliknya Berastagi – Medan cuma di libas 1jam lebih sedikit. Akhirnya sudah lega, ya lega semuanya termasuk lega sampai Medan masih jam 15:30 dan langsung saja naik ke Damri yang kemudian berangkat jam 16:00 menuju bandara Kualanamu.

Video perjalanannya

 

Kamis, 09 Maret 2017

My Best Travel Partner, Endang Purwanto

Sejenak berhenti menulis tentang perjalanan, kini saya ingin sedikit menuliskan tentang seseorang. Seseorang yang selama ini menjadi teman/ kawan dalam perjalanan menjelajah indahnya INDONESIA. Endang Purwanto lelaki tangguh yang di lahirkan di Brebes dan di pertemukan dengan saya di Bandung pada tahun 2006. Teman satu kampus. teman satu fakultas, teman satu jurusan dan akhirnya menjadi teman satu laboratorium dan teman satu kelas. Awal perjalanan yang akhirnya menjadikan kami lebih akrab baik dalam pertemanan sehari- hari maupun dalam pertravelingan adalah ketika ke pangandaran ( Pangandaran ) ya perjalanan saat itu adalah awal mula kami mengenal arti sebuah perjalanan untuk mencari pemandangan alam yang indah. Kemudian begitu ada waktu longgar kami kembali menjelajah menuju Ujung Genteng dan Air terjun Malela  yang menjadi perjalanan penuh emosi bagi kami yang saat itu belum benar- benar mengerti apa yang di maksud the real adventure. Tak puas dan kapok begitu saja justru nafsu menjelajah negri semakin besar dan penuh penasaran. Dengan pasukan yang lain saya dan Endang mencoba mengunjungi daerah puncak Bogor disana ada ( curug Panjang ) . Kemudian sempet di selingi ke ujung Pantura Jawa Tengah Yaitu kepulauan Karimun Jawa Jepara ( Karimun Jawa ). Karena piknik butuh biaya dan kami mulai kehabisan biaya jika piknik jauh jauh maka yang dekat pun tak mengapa mengunjungi ( puntang ) . Dan tibalah di hari kelulusan kami dari kampus yang artinya kami tak lagi satu kampus/ daerah. Namun ternyata meskipun jarak Bandung Jakarta memisahkan kami tak membuat semangat terus traveling pudar. Untuk pertama kalinya kami mendaki gunung yaitu gunung Gede di Jawa Barat (Gunung Gede ). Dan masih berlanjut lagi pada traveling berikutnya seperti ke DiengKiluanCikuraySawarnaPapandayan, dan terakhir kami masih traveling bareng adalah touring menuju Nusa Tenggara Timur.

398421_2556694837421_359914568_n 537597_3167053896016_1897315004_n

Endang Purwanto adalah sosok orang yang cuek, hampir dalam banyak hal dia memang cuek. Orang yang gampang beradaptasi dengan lingkungan bagaimana pun kondisinya. Orang yang sangat jarang mengeluh bahkan hampir gak pernah ngeluh. Dalam beberapa hal memang saya ada yang tidak sependapat dengan dia bahkan kami seringkali harus berdebat namun pertemanan kami tetap baik bahkan kini rasanya saya dan dia sudah benar benar seperti saudara. Semangatnya yang selalu membara dan penuh optimis membuat orang di sekitarnya ikut semangat.

534155_1136143326398010_1109890878110064271_n 1013384_10202412923785162_5382857537884086672_n

Endang Purwanto sosok kawan yang lebih dari saudara tanganya tak pernah menutup ketika di mintai bantuan bahkan saat dia belum tentu bisa pun tak ragu untuk mencoba tetap membantu kawannya yang sedang kesusahan. Orang yang mudah diajak memutuskan pertimbangan dan tidak banyak janji. Ketika dia bisa dan mampu maka akan dia kerjakan dan ketika dia tidak bisa maka tak ada janji janji manis dari mulutnya. Kawan kini kita sudah semakin punya kesibukan masing- masing, namun saya masih berharap suatu saat bahkan sampai nanti pun kita masih diberikan kesempatan menjelajah INDONESIA bersama lagi.

Selasa, 07 Maret 2017

My Best Travel Partner, Hafiz Darmawan

Ada yang belum kenal Hafiz Darmawan? seorang teman yang baik hati pula dermawan. Sebagian temen- temen traveler sudah mengenal sosok seorang Hafiz. Saya kenal Hafiz adalah dahulu kala saya ikut open trip yang dia buat bersama teman teman dia termasuk Amiri Yandi, ke anak gunung Krakatau Lampung. Pertema kalinya saya mengikuti sebuah acara trip perjalanan, karena saking penasarannya sama anak gunung Krakatau. Di krakatau sih belum begitu kenal dengan sosok seorang Hafiz, karena saat itu yang memandu lebih banyak bang Ramadhan shach. Trus jadi kenal Hafiz pas dimana? ya jadi ceritanya saat itu saya baru di Jakarta dan gak tau arah sama jenis angkutan jika mau ke suatu tempat. ” Bang kalau Bintaro jam segini masih ada bis gak ya? kalau ada naik yang bis apa bang? “. Kata Hafiz sudah gak ada kalau ke Bintaro, palingan ke Kampungrambutan atau turun di Kebonjeruk. Dari sanalah akhirnya malah di tawarin nginep di rumah bang Hafiz dulu aja baru besok paginya diantarnya ke Bintaro. Setelah itu jadi sering memantau trip yang di buat bang Hafiz dan Amiri sampai suatu waktu ikutlah trip ke Kiluan melihat dolphin langsung dari habitatnya. Ya begitulah awal mula saya jadi semakin kenal dengan Hafiz dan Amiri.

Ceritanya Hafiz gak mau bekerja di perusahaan dan memilih melanjutkan usahanya di bidang travel. Akhir tahun 2013 saya, Hafiz kemudian om Bento, kakak Ranchi, mas Arif, dan Yosye menutup tahun dengan pergi ke Nusa Tenggara. Setelah trip akhir tahun berakhir saya yang saat itu masih nganggur karena resign dari perusahaan melanjutkan trip overland ke Jawa melewati Bali. Selama trip saya jadi semakin tau siapa Hafiz, dan memang selain Ndank Hafiz ini adalah traveler yang gak kebanyakan neko- neko yang menyusahkan diri sendiri maupun orang lain. Memang dasarnya Hafiz adalah orang baik dan suka berbuat baik. Kalau di suruh nyebutin hal baik dari Hafiz memang banyak banget, kalau hal yang menyebalkan dari seorang Hafiz adalah keras kepala. Susah memang ngasih tau dia, sifat keras kepala nya memang kadang bikin jengkel. Tapi kalau sudah kenal Hafiz ya bakal berfikir ” yoweslah woles aja biarkan dia berfikir dan mengalir sesuai style nya “.
892792_737639856248361_1742050436_o

Senin, 22 Februari 2016

Negeri Batu Putih Tuban

Jadi selama di Tuban yang selain sebutannya sebagai bumi kota Wali juga saya sebut sebagai negeri batu putih/ kapur ngapain aja ?

 

IMG_5494

Tambang Batu Kapur Masih Aktif

Selain sedang kerja karena memang proyek pekerjaan sedang di Jawa Timur lebih tepatnya Tuban, Lamongan dan Jombang terkadang saya memanfaatkan beberapa waktu setelah kerja atau ketika sedang tidak banyak pekerjaan untuk refreshing dengan mengunjungi tempat yang sekiranya mampu melegakan pandangan dan menyenangkan hati. Ada beberapa point yang menjadi sorotan untuk Tuban. Memang bahwa saya belum lama tinggal di Tuban namun jika secara garis besarnya saja sudah bisa saya ceritakan bagaimana tentang Tuban. Di Tuban saya tinggal di tengah kota, lebih tepatnya adalah masih sekawasan dengan Alun- alun dan masjid Akar Tuban. Dari pusat kota Tuban inilah saya bisa mengunjungi beberapa daerah seperti Banyuurip, Senori, Montong, Singgahan, Palang, Sooko, Grabagan, Rengel, Plumpang, Semanding dan beberapa daerah lainnya. Tuban selain sebagai Tambang Semen, ada Pabrik semen Holcim dan juga pabrik semen Gresik juga sebagai tambang batu putih / kapur. Karena sudah cukup luas lahan tambang batu putih yang di buka oleh warga menjadikan di beberapa poin pandang membuat daerah Tuban di dominasi warna putih. Beruntung ketika musim hujan warna putih di imbangi oleh warna hijau segar karena hutan sudah bersemi kembali. Berbeda dengan saat musim kemarau dimana hutan meranggas kemudian ladang warga menjadi mandul dan di biarkan gersang kering kerontang pemandangan seperti ini juga membuat Tuban mirip dengan daratan Flores. Jika di Flores sebagian besar pohon lontar di ambil niranya untuk membuat gula merah dan beberapa dikit juga di buat minuman khas beralkohol lain halnya di Tuban yang sebagian besar nira lontarnya di ambil untuk dijual langsung sebagai minuman yaitu legen dan beberapa dikit juga di jadikan Tuak dengan menambahkan ramuan lain tentunya. Jadi Tuban menarik gak menurut “fathur ” ? Jawabnya “Menarik” dan dari sudut pandang saya Tuban mempunyai ke-menarik-kan sebagai berikut.

1. Tuban punya magnet yang mampu menarik pendatang/ pengunjung dari sisi religi, Wisata religi yang lebih di minati masyarakat tetangga sebelah Tuban bahkan dari luar Jawa Timur pun juga ada yang membela- belakan untuk datang berziarah. Nah yang menjadi destinasinya adalah Masjid Alun- alun Tuban, Masjid Perut Bumi, Goa Akbar dan bonusnya adalah pantai Boom yang bersebelahan dengan Alun- alun. Tidak hanya sebagai destinasi wisata religi namun pemerintah daerah Tuban pun serius dalam hal Agama khususnya agama islam. Adanya operasi/ razia rutin hotel- hotel yang menjaring pasangan bukan suami istri, kemudian himbauan untuk menjauhi Alkohol, Operasi rutin dan membuahkan hasil penangkapan pengedar Narkoba, Masjid- masjid rajin mengadakan pengajian merupakan beberapa tindakan nyata bahwa pemerintah serius dalam hal menjaga moral dan aklakh warga Tuban.

Masjid Agung Tuban

 

Masjid Agung Tuban

2. Di beberapa daerah bisa di bilang pelosok masih saya temui banyaknya rumah yang terbuat dari papan. Karena Tuban bukan letak strategis dalam perdagangan nasional tentunya kemajuan Tuban sedikit pelan- pelan jika di bandingkan dengan tetangga- tetangganya. Namun justru rumah- rumah sederhana jauh dari modernitas dan kemewahan sungguh menarik bagi saya, seperti hal nya ketika saya tiba di Sumbawa bahkan Flores yang mana rumah- rumah masih di dominasi rumah tradisional. Justru saya banyak berharap warga masyarakat masih banyak yang mempertahankan keaslian rumah tradisional mereka hingga nanti. Salah satu mimpi besar saya jika nanti membangun rumah adalah Rumah Papan Kayu.

 

3. Cukup banyak bekas tambang batu putih yang sudah di tinggalkan akhirnya menjadi tempat yang fotogenic. Keluar dari konteks baik buruknya penambangan disini saya membahas nilai nilai keunikan bekas tambang jika di bingkai dalam frame sebuah foto. Tebing- tebing berwarna putih itu bagaikan di ukir dalam hitungan tahun yang secara tidak sengaja akhirnya meninggalkan bekas yang bisa saya bilang unik dan indah. Ada yang menjadi Goa- goa ada pula yang meninggalkan menara- menara kapur.

Bekas Tambang, Rengel

 

Tambang Batu Kapur Aktif, Palang

 

Goa Suci, Bekas Tambang juga

 

Bekas Tambang, Rengel

 

Goa Suci

 

Goa Suci

 

4.Masih adanya beberapa desa yang terletak di tengah lembah dan di kelilingi oleh tebing raksasa. Jadi ketika itu saya sengaja menyasarkan arah sepeda motor saya memasuki gang- gang yang memang belum saya kenal dan lewatin. Sekilas tanpa sadar saya seolah di kembalikan mengakses memori tentang tanah minangkabau yang banyak di “tumbuhi” bukik bukik nan gadang. Saat itu masih pagi sekitar pukul 06:00 udara yang biasanya Tuban terkenal panas benar- benar sejuk. Kabut kabut tipis menutupi remang remang pepohonan yang di sirami pancaran cahaya matahari. Kicau burung dari dalam hutan nyaring merdu menghibur yang melintas. Senyum sapa warga yang berangkat ke sawah dan ladang.

 

 

5. Tuban juga punya kolam renang yang berasal dari mata air alami, yaitu pemandian Bektiharjo dan Sumber Mata Air krawak. Seperti umbul yang sedang ngetrend di Kota yang jauh disana di Klaten Tuban punya Bektiharjo yang mulai di pakai juga untuk foto antimainstream namun kini jadi mainstream karena sudah banyak yang melakukannya. Di Bektiharjo selain bisa snorkling melihat ikan juga bisa berfoto unik dengan property yang tidak wajar seperti yang banyak di lakukan di umbul ponggok. Berbeda dengan sumber mata air Krawak yang mana tidak seperti umbul Bektiharjo sudah di buatkan kolam penampung airnya, Krawak ini masih di biarkan alami seperti sungai. Banyak juga yang memanfaatkan untuk foto lompat di atas air jernih Krawak, bahkan saking lebaynya di beberapa waktu yang tepat air di Krawak terlihat begitu biru bening bagaikan kaca.

Iklan Shampoo di umbul Bektiharjo

 

 

6. Tak hanya tentang wisata religi, bekas tambang dan umbul Tuban juga punya hutan jati serta hutan kayu putih yang ketika musim kemarau dan musim hujan mempunyai daya tarik tersendiri. ketika meranggas pohon jati terlihat bagaikan hutan mati yang begitu menyedihkan dan sangat berbeda ketika sudah bersemi kembali menjadi hijau sangat teduh dan sejuk ketika sedang di bawahnya. Hamparan luas kebun/ hutan Kayu Putih terlihat begitu menyala, dedaunan berwarna hijau stabilo juga batang kayu yang berwarna putih kalau kata teman saya seperti sedang di luar negri.

Hutan Jati Meranggas

 

Hutan Heterogen

 

Hutan Jati Bersemi

 

Tempat Penyimpanan Kayu

Foto- Foto Lainnya,

Pantai Pasir Putih Remen

 

Jurang Tegal pelem Kumbung

Jadi ? kapan kamu nyusul aku ke Tuban ? keburu saya pindah ke daerah lain lagi loh…