Selasa, 14 Februari 2017

Waingapu, Sumba Timur

Sabtu tepat di hari terakhir yaitu hari ke-8 saya dan Hafiz menghabiskan liburan selama di Sumba. Karena penerbangan ke Surabaya siang hari kami cuma mempunya waktu untuk explore sekitar waingapu saja. Setelah janjian sama Agus Triyant teman baru kami di Sumba yang di rekomendasikan oleh temen- temen bikepacker, kami berangkat menuju bukit persaudaraan dekat dengan Bandara Waingapu. Bukit persaudaraan atau biasanya banyak yang menyebutnya makam cina. Pemandangan dari bukit persaudaraan ini kita bisa menikmati hamparan sawah sebagai pemasok beras Waingapu dari ketinggian. Di belakang sawah berdiri lipatan ratusan bukit yang juga begitu indah. Tumbuh dengan segala keterbatasan karena media nya batuan karang sebatang pohon yang cukup memberikan suasana teduh untuk berfoto.

IMG_5914 IMG_5916 IMG_5919

IMG_5929

Tidak jauh dari bukit persaudaraan kami pindah ke pantai walakiri, padahal lebih bagus lagi kalau sunset namun daripada tidak berkunjung sama sekali. Pantai yang terkenal dengan pohon bakau kerdil ikoniknya. Pantai walakiri masih tergolong bersih dann aksesnya cukup mudah dari Waingapu. Jika dari Waingapu ambil ke arah Bandara kemudian setelah bandara terus saja ke arah Rende sampai di jalan yang sangat panjang lurus dengan kanan kiri berupa savana. Patokan yang saya ingat adalah di sebelah kanan ada warung dan di kiri jalan ada gang masuk kekiri dan memang saat itu belum terpasang penujuk arah. Masuk gang kemudian ikutin jalan sampai mentok ketemu pertigaan ambil yang ke arah kanan ada sebuah villa berbentuk segitiga atau  limas milik seorang bule. Di depan villa limas itulah pantai Walakiri.

IMG_5941 IMG_5945

Setelah cukup bersantai menikmati pantai sekaligus mengambil foto- foto serta video kami sempatkan ke Bendungan Kambaniru yang tak jauh dari kota Waingapu sekalian arah balik ke hotel. Ketika kemarau bendungan ini berair jernih dan di atasnya berupa padang rumput yang mengering. Kedatangan saya memang kurang tepat karena sudah masuk musim penghujan. Bendungan penuh dengan air berwarna coklat pekat dan berarus deras.

IMG_5967 IMG_5968

Video Perjalanan Sumba

Laputi, Sumba Bagian Tengah

Niatnya hari jumat adalah kunjungan santai di sekitar kota Waingapu saja. Masih ada Air terjun Laputi dan danau Laputi yang belum sempat terjamah. Seperti hari biasanya kami berangkat jam 08:00 melaju secepat mungkin menuju air terjun Laputi dan danau Laputi. Kembali kami melewati jalur perbukitan Wairinding dan Lailara. Tiba di persimpangan Tarimbang – Laputi sudah pukul 10:00. Sarapan sebentar biar gak lemes soale bahagia beneran juga butuh energy. Mulai masuk persimpangan menuju Laputi jalanan sangat tidak bersahabat. Jalanan bagaikan aspal seusai di hujani granat hancur luluh lantak berantakan. Riding di atas jalanan rusak membuat seluruh anggota badan ikut menari rasanya sungguh tak terdefinisikan. Jalanan ta kunjung bagus sampai akhirnya tiba di persimpangan dan saya ambil saja arah kekanan. Jalanan masih tak berubah masih rusak dan melewati beberapa pekerja sedang membangun jaringan listrik PLN kemudian sekali menyebrang kali yang kedalamannya 1/2 diameter roda motor dan memang tidak ada jembatan. Tak jauh dari kali bertemu lagi dengan para pekerja jaringan liistrik PLN dan karena saya semakin ragu sebaiknya kami bertanya agar tidak kebblabasan nyasarnya. Rupanya air terjun Laputi sudah kelewat sangat jauh dan seharusnya si persimpangan kami ambil jalan yang kekiri. Mau tak mau kami putar arah dan kembali di hadapkan pada sungai yang ternyata info dari pekerja dan warga sekitar bahwa ada seekor buaya yang cukup besar tinggal di sekitar sungai. Tetap saja ngeri bagi kami meskipun bibsa nyebrang sungai tanpa turun dari motor. Padahal jika mau menyusuri sungai ke atas kami akan bertemu air terjun yang cukup bagus kata bapak sewaktu kami bertanya namanya Laindamuki.

laindamuki

pin merah adalah lokasi Air terjun Laindamuki aliran sungai ke bawah yang pojok kiri adalah sungai dangkal yang kami sebrangi

Karena safety lebih utama dan kami tak mau di makan buaya kami skip lah air terjun Laindamuki dan karena memang tidak masuk list kami. Akhirnya dengan yakin kami menyebrang sungai Laindamuki dan Alhamdulillah aman tidak ada penampakan buaya yang melirik kami. Selamat dari lirikan buaya saya langsung betot gas dalam dalam, ternyata air terjun Laputi tak begitu jauh dari persimpangan. Setelah sekolahan/ SD lurus terus sampai menyebrang sungai kemudian ada gang kekiri masuk ikutin jalan tak terlalu jauh sampe ujung jalan ada sebuah rumah. Di rumah ini lah biasanya pengunjung diantarkan oleh bapak pemilik rumah ke air terjun.

Air terjun yang berasal dari danau Laputi mengalir bagaikan tirai berjatuhan membasahi tebing air terjun Laputi. Airnya segar dan dingin jatuh ke tubuh saya rasanya seperti totok refleksi. Sekitar kolam dan air terjun begitu lembabdan tumbuh subur tumbuhan paku. Saat saya sedang menikmati indahnya air terjun si bapak dan anaknya sedang sibuk memanen paku untuk di sayur.

IMG_5875

IMG_5877

Setelah dari air terjun kami sekalian mengunjungi danau Laputi, tak jauh dari air terjun bekendara sekitar 15 menit kami sudah sampai. Danau Laputi di dalam kawasan hutan yang sepertinya sudah sangat lama tidak di jamah pengunjung. Sunyi, sepi, gelap karena lebatnya dedaunan pohon yeng tumbuh subur. Danau dengan air yang sangat bening, saking beningnya airnya begitu biru. Konon dulu pernah ada seorang nenek yang melepaskan seekor belut yang hingga kini masih tinggal dan menghuni danau Laputi.

14495458_1346130712065936_1898538487318107717_n

14492483_1343756695636671_4252232321591567988_n

 

Video Perjalanan Sumba

Laputi, Sumba Bagian Tengah

Niatnya hari jumat adalah kunjungan santai di sekitar kota Waingapu saja. Masih ada Air terjun Laputi dan danau Laputi yang belum sempat terjamah. Seperti hari biasanya kami berangkat jam 08:00 melaju secepat mungkin menuju air terjun Laputi dan danau Laputi. Kembali kami melewati jalur perbukitan Wairinding dan Lailara. Tiba di persimpangan Tarimbang – Laputi sudah pukul 10:00. Sarapan sebentar biar gak lemes soale bahagia beneran juga butuh energy. Mulai masuk persimpangan menuju Laputi jalanan sangat tidak bersahabat. Jalanan bagaikan aspal seusai di hujani granat hancur luluh lantak berantakan. Riding di atas jalanan rusak membuat seluruh anggota badan ikut menari rasanya sungguh tak terdefinisikan. Jalanan ta kunjung bagus sampai akhirnya tiba di persimpangan dan saya ambil saja arah kekanan. Jalanan masih tak berubah masih rusak dan melewati beberapa pekerja sedang membangun jaringan listrik PLN kemudian sekali menyebrang kali yang kedalamannya 1/2 diameter roda motor dan memang tidak ada jembatan. Tak jauh dari kali bertemu lagi dengan para pekerja jaringan liistrik PLN dan karena saya semakin ragu sebaiknya kami bertanya agar tidak kebblabasan nyasarnya. Rupanya air terjun Laputi sudah kelewat sangat jauh dan seharusnya si persimpangan kami ambil jalan yang kekiri. Mau tak mau kami putar arah dan kembali di hadapkan pada sungai yang ternyata info dari pekerja dan warga sekitar bahwa ada seekor buaya yang cukup besar tinggal di sekitar sungai. Tetap saja ngeri bagi kami meskipun bibsa nyebrang sungai tanpa turun dari motor. Padahal jika mau menyusuri sungai ke atas kami akan bertemu air terjun yang cukup bagus kata bapak sewaktu kami bertanya namanya Laindamuki.

laindamuki

pin merah adalah lokasi Air terjun Laindamuki aliran sungai ke bawah yang pojok kiri adalah sungai dangkal yang kami sebrangi

Karena safety lebih utama dan kami tak mau di makan buaya kami skip lah air terjun Laindamuki dan karena memang tidak masuk list kami. Akhirnya dengan yakin kami menyebrang sungai Laindamuki dan Alhamdulillah aman tidak ada penampakan buaya yang melirik kami. Selamat dari lirikan buaya saya langsung betot gas dalam dalam, ternyata air terjun Laputi tak begitu jauh dari persimpangan. Setelah sekolahan/ SD lurus terus sampai menyebrang sungai kemudian ada gang kekiri masuk ikutin jalan tak terlalu jauh sampe ujung jalan ada sebuah rumah. Di rumah ini lah biasanya pengunjung diantarkan oleh bapak pemilik rumah ke air terjun.

Air terjun yang berasal dari danau Laputi mengalir bagaikan tirai berjatuhan membasahi tebing air terjun Laputi. Airnya segar dan dingin jatuh ke tubuh saya rasanya seperti totok refleksi. Sekitar kolam dan air terjun begitu lembabdan tumbuh subur tumbuhan paku. Saat saya sedang menikmati indahnya air terjun si bapak dan anaknya sedang sibuk memanen paku untuk di sayur.

IMG_5875

IMG_5877

Setelah dari air terjun kami sekalian mengunjungi danau Laputi, tak jauh dari air terjun bekendara sekitar 15 menit kami sudah sampai. Danau Laputi di dalam kawasan hutan yang sepertinya sudah sangat lama tidak di jamah pengunjung. Sunyi, sepi, gelap karena lebatnya dedaunan pohon yeng tumbuh subur. Danau dengan air yang sangat bening, saking beningnya airnya begitu biru. Konon dulu pernah ada seorang nenek yang melepaskan seekor belut yang hingga kini masih tinggal dan menghuni danau Laputi.

14495458_1346130712065936_1898538487318107717_n

14492483_1343756695636671_4252232321591567988_n

 

Video Perjalanan Sumba