Kamis, 24 Maret 2016

Ngadem ke Desa Grabagan, Tuban

Pagi datang mentari pun mulai menampakkan diri, niat awal berburu sunrise ke pantai boom ternyata awan sedang kelabu. Cek kunci yang tersisa tinggal Avanza putih yasudah gas aja langsung nyari arah grabagan ke bukit nemplek. Mulai dari Bektiharjo Semanding sudah mulai di suguhi pemandangan yang menyejukkan mata. Hamparan ladang jagung dan beberapa pohon kayu di selimuti kabut tipis. Jalanan sepi nan lenggang tak terdengar suara kendaraan apapun. Kumatikan mesin mobil dan kurasakan damai serta “adem ” sebentar di tengah ladang jagung Semanding. Di salah satu sudut mata memandang seperti sedang di wairinginding Sumba. Kucoba mencari- cari dimana tempat lebih tinggi untuk melihat lebih leluasa hamparan ladang jagung ini, namun tak ku temukan.

735_1177758908903118_3445860428982639570_n

Lanjut menuju bukit Nemplek jalanan masih sepi karena memang masih menunjukkan pukul 06:00. Menyusuri jalan Semanding- Rengel yang biasanya menjadi jalur alternatif warga dari kota Tuban menuju Rengel dan Bojonegoro. Di kanan kiri ladang jagung dan sesekali berganti hutan Jati hijau subur menyegarkan mata. Mulai memasuki daerah grabagan mulai padat permukiman penduduk dan ku lihat ada panah penunjuk arah menuju Ngandong. Bukit nemplek terletak di desa Ngandong Grabagan Tuban. Setelah masuk gang kupikir salah jalan namun yasudahlah jalan terus saja, jalanan kecil berkelok hanya muat satu mobil. Setelah agak jauh masuk kedalam jalan semakin kecil dan tak ada tempat untuk memutar memaksaku terus maju. Di tengah ladang jagung yang siap panen milik para petani desa kemudian di kejauhan terlihat perbukitan membulat bulat.

Setelah lurus terus maju karena memang gak bisa putar arah ku temukan jalan agak besar dan ada beberapa warga sedang “menyenggek” mangga. Sudah saatnya bertanya kepada warga agar tidak nyasar dan ternyata bukitnya sudah dekat. Mengikuti arahan warga desa setelah melewati tower- tower milik stasiun tivi di balik ladang jagung di situlah bukit nemplek. Bukit ini seperti tempelan batu besar di atas jurang di tepi ladang jagung warga desa. Awalnya tidak ada warga yang melarang untuk melewati ladang jagung untuk menyebrang ke bebatuan besar di ujung ladang. Plang di larang melintas pun juga tidak ada, namun ketika saya sedang mengambil foto bersama 3 pengunjung lainnya tiba- tiba ada yang memanggil dan memarahi agar kami segera meninggalkan bukit nemplek. Dalam hal ini kami mengaku salah agar masalah tidak berlanjut, saran buat yang mau ke bukit nemplek sebaiknya tunggu musim tanam jagung selesai.

12821618_1177448878934121_3030189790603646741_n

Dari bukit nemplek saya lanjut mampir sebentar ke bukit Grabagan yang tak jauh dari desa Ngandong. Persawahan Rengel terlihat begitu indah dari puncak bukit Grabagan. Sawah- sawah yang usai di panen dan beberapa sudah tergenang air hujan seperti danau ataupun rawa. Biasanya di bukit ini banyak remaja yang sekedar nongkrong atau berfoto- foto. Selesai menikmati pemandangan dan berfoto- foto saya mencari tempat putar arah dan balik ke Semanding. Dari Grabagan saya menuju Watu Ondo Semanding. Watu Ondo ini juga sama dengan bukit nemplek, ujung tebing yang di manfaatkan untuk menikmati keindahan dari atas tebing. Berbeda dengan bukit nemplek, Watu ondo ini oleh warga sudah di iklashkan untuk di jadikan tempat refreshing dan melepas lelah. Akses sudah di buatkan jadi tidak merusak tanaman jagung ataupun tanaman lainnya. Watu ondo sendiri ada 2 spot, yaitu watu ondo tinggi dan watu ondo lebih rendah. Keduanya punya keindahan masing masing sebaiknya memang di datangi keduanya.

12814644_1177812625564413_1443983591937516478_n

Dari watu ondo karena sudah mulai siang ku arahkan mobil menuju kota Tuban. Istrihat dulu dan sarapan mengisi tenaga agar sorenya bisa melanjutkan menyelesaikan destinasi yaitu Goa Kancing di desa Punggrahan kulon Bektiharjo.

Ba’da ashar bersama 3 orang teman ku mulai perjalanan menuju Goa kancing yang ternyata tak jauh dari kota Tuban. 15 menit perjalanan kami pun sudah sampai di tujuan. Sebenernya yang menarik adalah 2 batu besar yang menjulang seolah saling beradu. Dua batu besar yang di bawahnya seolah ada pintu masuk Goa. Di sini dapat menikmati sunset bahkan juga sunrise lebih indah karena matahari tepat ketika muncul berada di tengah kedua batu besar. Kami menghabiskan waktu hingga senja menjemput. Semburat- semburat sunset tak begitu kuat memecah lautan awan yang bergerombol di langit. Beberapa foto dengan suasana sendu karena gumpalan awan kelabu yang menghiasi langit di atas bukit Goa kancing.

1914248_1177670745578601_9162032051365732657_n

12819227_1177703728908636_1653644813246779440_o

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar