Tampilkan postingan dengan label RX Special. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RX Special. Tampilkan semua postingan

Minggu, 24 Juni 2018

Ngabuburide Ke Dieng, Ngadem Yang Sesungguhnya

Entah darimana datangnya rencana touring ke Dieng saat itu padahal sedang dalam bulan puasa. Awalnya saat ngopi bersama temen bikepacker Soloraya ada mas susilo, mas agung, masdian sama dekdian(cewe) sempet nyerempet bahas mau kemana dalam waktu dekat ini? saya langsung nyeletuk ” ke Dieng aja yuk “. Kemudian darisana saya membuat ajakan di grup WA yang biasa kami gunakan untuk sarana komunikasi dan yang respon langsung ikut adalah Yasin. Saya dan Yasin sudah sepakat untuk gas tanggal 29 Mei- 1 Juni karena sekalian ada tanggal merahnya, Namun dalam tengah- tengah waktu saya merubah plan yang sudah di sepakati yaitu gas ke Dieng di majukan tanggal 25 hari jumat dan Yasin setuju- setuju saja. Tibalah saat itu hari Jumat tanggal 25 Mei 2018 saya sepulang kerja langsung pulang lebih awal karena seusai Taraweh harus prepare gas menuju Dieng. Karena Yasin ada kerjaan yang belum selesai maka Jumat malam itu kami akhirnya meeting di point yang telah di tentukan yaitu Blabak Magelang pada pukul 23:xx.

20180526_005526[1]

Saya menunggu sebentar baru kemudian Yasin datang mengajak saya makan malam dulu sebelum kami melanjutkan menuju Dieng. Pertigaan antara arah Purworejo Magelang dan Jogja. Di sebuah angkringan sederhana kami mengisi perut agar tidak kelaparan saat riding. Karena kami menceritakan arah tujuan kami saat makan di angkringan, malah beberapa orang yang sedang jajan menyarankan agar kami melewati arah Purworejo dan belok ke arah Wonosobo sebelum masuk Purworejo. Sesuai saran di angkringan kami mengambil rute arah Purworejo kemudian Wonosobo dan barulah dari Wonosobo naik ke Dieng. Dari Purworejo ke Wonosobo rupanya kami melintasi jalur leren gunung Sumbing. Jalur masih sepi atau mungkin karena tengah malam juga bulan puasa ya? ya intinya jalur sangat sepi dan perjalanan alhamdulillah lancar sampai Wonosobo.

Wonosobo ke Dieng sudah dekat kira- kira tinggal 1 jam perjalanan santai lagi sudah sampai. Karena malam hari gelap serta penerangan motor saya kurang terang kami riding agak pelan selain harus meraba jalan juga karena jalan menuju Dieng sudah menanjak terus. Oiya saya lupa belum ceritakan riding pakai motor apa untuk touring kali ini ya? iya saya sekalian ngejajal RX spesial saya yang baru aja turun mesin ganti stang seher beserta laher gandulnya. Untuk jalanan datar tenaganya cukup mumpuni namun ketika sudah memasuki jalanan Tambi- Dieng tenaganya mulai kelihatan melemah. Udara mulai sangat dingin meskipun tidak angin yang berhembus namun karena laju motor kami udara jadi terasa makin dingin. Setelah melewati puluhan tanjakan dan ratusan belokan akhirnya 03:00 sudah saatnya kami sahur. Dari pertigaan Dieng saya susuri jalanan hingga di ujung jalan Dieng Kulon tidak ada satu warung pun yang buka, yaiyalah siapa yang mau buka warung pagi buta dinginnya minta ampun kayak di Dieng???. Sudah pasrah akhirnya ada seorang bapak- bapak yang menghampiri kami langsung saja Yasin bertanya dimana kami bisa mendapatkan sahur jam segini? justru di terminal lah ada satu warung yang buka menyediakan makan sahur bagi orang yang mau jajan. Sesuai saran si bapak kami pun balik lagi ke terminal dieng dan benar adanya ada satu warung yang buka. Kami sahur dengan menu prasmanan dan saya memilih sayur nangka muda lauk telur dan tempe kemul.

20180526_035915[1]

Alhamdulillah kenyang makan sahur dan chat WA yang saya kirim ke sedulur Amim sudah di balas dan kami di suruh segera ke rumahnya. Sebentar kami ngobrol karena memang sudah 3 tahun lebih tidak ketemu. Jam menunjukkan pukul 05:00 dan saya menengok ke jendela kamarnya Amim cuaca cukup cerah dan sepertinya sunrise akan kece. Akhirnya saya dan Yasin pergi berdua menuju bukit Sikunir karena Amim dan Jokowi masih ngantuk dan memang udara saat itu sedang dingin- dinginnya. Biar cepat kami ke Sikunir pakai satu motor aja yaitu motornya Yasin. Riding selama kurang lebih 15 menit kami tiba di parkiran Telaga Cebong dan sebelumnya sudah membayar tiket di pintu masuk sebesar 10ribu setiap orang. Parkir motor kemudian segera naik ke puncak Sikunir yang saat itu memang sangat sepi bener- bener gak kayak biasanya yang berjubel sampai harus antri pelan- pelan untuk treking sampe puncak. Bisa jadi karena bulan puasa jadi yang piknik rata- rata orang yang tidak puasa atau non muslim atau orang islam yang puasa namun sangat sedikit memang. Ketika sampai diatas ada 2 orang sepertinya dari luar Jawa Tengah dan di puncak satunya lagi ada satu rombongan 5 orang kalau gak salah ingat. Saat kami tiba matahari menyambut dengan hangat, meskipun sunrisenya tidak Pecyahhh tapi ya memang cukup hangat di badan juga hangat di pandang. Bergerombol awan tebal di ujung dan bawah mepet dengan horison sehingga matahari nampak ketika sudah diatas awan. Cahaya orange kemerahan yang mulai pudar menyinari melewati sela- sela pohon dan dedauan. Puas, ya saya sangat puas karena selain sepi juga pemandangannya memanjakan mata. Tak begitu lama kami diatas kemudian turun sambil sesekali mengambil foto di jalur turun menuju Telaga Cebong.

20180526_054055[1]

Tiba di telaga cebong bersantai sebentar menikmati pemandangan sambil duduk manis di tepi telaga. Selain saya dan Yasin ada juga satu rombongan yang mendirikan tenda di tepi telaga. Terlihat mereka sedang asik menikmati suasana sahdu sekitar telaga cebong. Memang karena sedang sepi jadi terasa lebih tenang dan puas menikmati semua keindahan Dieng. Tak lama sih kami berfoto- foto di sekitar telaga cebong dan kemudian mulai pindah menuju Batu ratapan angin yang tak jauh dari Telaga Cebong.

Karena sebelumnya sudah janjian dan saudara saya mas yusuf menyusul ke Dieng sudah tiba kami janjian untuk ketemu di Batu ratapan angin. Tiba di batu ratapan angin suda terlihat mas yusuf memarkirkan sepeda motornya. Saya dan Yasin parkirkan motor kemudian menyapa mas yusuf dan segera langsung menuju puncak batu ratapan angin. Ya di batu ratapan angin pun sangat sepi tidak ada orang. Sungguh menyenangkan sekali kami tidak kerepotan untuk berfoto harus antri lebih dahulu. Semua spot foto yang ada rasanya seperti milik kami bertiga. Alhamdulillah langit saat itu begitu cerah dan terang. Pemandangan indah telaga warna dari atas pun terlihat begitu jelas. Warna air telaga warna berwarna hijau muda dan air telaga pengilon coklat susu. Kedua telaga terlihat begitu keren dari atas batu ratapan angin. Selain air telaga juga pepohonan yang tumbuh memutari telaga menambah suasana sejuk dan adem.

Melanjutkan cerita dari batu ratapan angin, kami bertiga balik ke rumah amiem terlebih dahulu. Sesampainya dirumah amiem kami ngobrol sebentar tentang perjalanan, tentang kamera, tentang dieng yang dingin, dan tentang dieng yang bersalju. Tak terasa kami ngobrol ngalor ngidul sebentar adzan dzuhur berkumandang. Seusai shalat dzuhur jokowi menawarkan untuk ke sebuah tempat yang gak pernah di kunjungi wisatawan. Kami mengendarai motor kurang lebih 15 menit dari rumah amiem. Melewati jalan beraspal kemudian berganti makadam jalur ke kebun. Setelah parkir di pinggir jalan kami treking ke spot tujuan kurang lebih selama 15 menit. Jalan perlahan melewati jalan setapak kebun kentang dan sayuran dengan hati- hati agar tak merusak tanaman. Sesampainya di puncak diatas sebuah batu yang mereka sebut “watu numpang”. Dari watu numpang pemandangan sungguh memanjakan mata. Sekeliling memandang ada telaga merdada di bawah sana dan perbukitan kebun kentang di sekitarnya. Kalau kata temen saya telaga merdada di lihat dari atas seolah bekas tabrakan meteor menghantam bumi sehingga membentuk cekungan kemudian berisi air. Alhamdulillah cuaca cerah langit pun biru menyejukkan mata. Cukup lama kami disini berfoto bergantian. Setelah cukup puas kami meninggalkan watu numpang dan sekaligus mas yusuf berpamitan pulang duluan karena ada acara.

Pulang dari watu numpang saya yasin dan jokowi balik lagi ke rumah amiem sebentar memarkirkan motor kemudian lanjut lagi jalan jalan ke kawasan candi arjuna. Di candi arjuna suasana sangat sepi hanya beberapa anak muda lokal dieng yang sedang bercengkrama bercanda tawa. Kami bertiga pun gak tau mau ngapain selain foto foto. Hampir semua sudut kami datangi dan cari angle foto yang bagus dan sampai bosan juga. Sudah sampai mati gaya dan akhirnya cuma glimpang glimpung rebahan di sekitar candi sambil sesekali godain adek adek yang sedang pacaran.

Langit mulai kekuningan tanda senja segera datang dan kami sepakat untuk balik ke rumah amim. Dari candi arjuna kami kembali ke rumah amim ngobrol dan bersantai sambil menunggu adzan magrib. Dirumah kebetulan ada bapak dan amim. Sambil menghangatkan badan di depan tungku api memasak air kami ngobrol ngalor ngidul sampai habis bahan pembicaraan. Sebelum adzan berkumandang saya, jokowi, amim dan yasin menuju kawasan wisata kuliner ramadhan di dekat masjid dieng wetan. Banyak penjaja makanan yang berjualan takjil. Kami membeli es durian, gorengan, cilok dan makanan berat untuk berbuka. Setelah selesai berbelanja kami kembali kerumah amim bersiap buka puasa bersama dirumah. Makanan pembuka berupa es durian serta gorengan terasa begitu nikmat.

Karena besoknya saya harus kerja setelah shalat taraweh berjamaah di mushola dekat rumah amim kami berpamitan pulang. Sebenernya sih gak di bolehin pulang sama bapak, diminta menginap semalam lagi di rumah amim. Karena tidak memaksakan keadaan saya dan yasin pun pamit dan gas meninggalkan dieng pukul 21.00. Jangan tanya bagaimana dinginnya berkendara malam hari di dieng, sudah pasti sangat dingin. Alhamdulillah meskipun sempat mendung perjalanan dari rumah amim hingga kota wonosobo kami lancar dan tidak kehujanan. Mulai meninggalkan wonosobo dan memasuki kledung Temanggung kabut turun sangat tebal jarak pandang pun sangat terbatas. Yasin berkendara di depan dan saya mengikuti di belakangnya. Kami berkendara pelan dan sangat hati- hati. Rasanya ada serem, syahdu, haru, konyol, dan bahagia bercampur aduk. Bahkan karena jalan berkabut tebal beberapa kali saya hampir kesrempet sama mobil dari lawan arah yang tidak mempedulikan kondisi jalan dengan tetap ngebut. Kondisi di perparah ketika kaca helm saya tutup agar tidak terlalu dingin kena muka tapi kaca helm jadi berembun dan semakin menghalangi penglihatan. Kaca helm tetap saya buka dan laju motor saya pelankan agar tidak kedinginan.
Setelah lolos meninggalkan kledung dan kabutnya di depan kami di sambut oleh hujan deras. Saya dan yasin berhenti di emperan salah satu ruko dan memakai jas hujan agar tetap bisa lanjut gas tanpa basah kuyup. Dari Kledung kami gas terus kearah Temanggung. Kurang lebih setengah jam kami berkendara sudah tiba di Temanggung dan Alhamdulillah hujan telah reda, sambil istirahat sebentar kami sekalian lepas jas hujan. Dari Temanggung masih jauh perjalanan kami, saya ke Boyolali dan Yasin ke Jogja. Karena sudah malam dan sangat ngantuk kami berdua berhenti di sebuah indomaret selepas Hotel mewah Magelang lupa namanya. Sekedar jajan air mineral dan cemilan buat pantas2 aja masak numpang tidur di indomaret gak jajan, setelah jajan kami rebahan dan bablas ketiduran di Indomaret sampe waktu Sahur tiba. Karena setelan alarm sahur saya berbunyi dan saya bangun mencari warung makan terdekat dan alhamdulillah ada warung nasi padang tak jauh dari indomaret. Karena yasin saya bangunin katanya gak mau sahur yaudah deh saya sahur sendiri aja. Eh lakok selesai makan sahur si yasin bangun dan nanyain makan dimana, akhirnya yasin sekalian sahur sebelum adzan subuh berkumandang. Setelah subuh mumpung mata seger dan udara pagi sejuk kami langsung lanjut gas dan berpisah di mblabak. Saya ambil kekiri arah Boyolali dan yasin lanjut lurus arah jogja.

Lanjut cerita saya riding sendiri lewat ketep, kemudian selo Boyolali. Seperti biasa jalur favorit berkelok dan naik turun ditambah kabut tipis khas udara pagi pegunungan. Sebelum sampai pasar selo ada sebuah jembatan gantung yang belum terlalu lama selesai di bangun. Mampir sebentar menikmati pemandangan sekitar jembatan mumpung masih sepi bisa foto2 sepuasnya. Sebenernya ada alasan lain berhenti sebentar selain foto2 yaitu mendinginkan mesin dan sistem pengereman, karena setelah selo jalurnya bakal turun terus menerus. Kira- kira setengah jam sudah puas foto2 dan menikmati indahnya pemandangan kemudian saya lanjut gas menuju boyolali pulang ke rumah. Alhamdulillah selamat sampai dirumah, perjalanan yang sangat menyenangkan.

Jumat, 26 Januari 2018

Yamaha RX Special, Motor Tua Special Dirawat dengan Special

Awalnya saya tidak tertarik untuk membeli motor jenis ini. Bahkan dalam obrolan saya lewat chating dengan salah satu pengguna motor sejenis ini saya di bujuk rayu agar juga memakai dan merawat motor jenis ini. Awalnya sih saya menolak bahkan bisa di bilang saya membenci motor jenis ini. Pada suatu ketika hanya karena suaranya yang merdu saya tetiba berubah pikiran ingin memiliki satu aja yang sejenis. Setelah mencari info kesana kemari akhirnya pilihan jatuh pada Yamaha Rx Special yang masih satu darah dengan RX King. Sewaktu SMA sih pernah pelihara motor 2tak yaitu F1ZR kebayang lah borosnya bensin dan oli samping seperti apa, tapi ah sudahlah cara simpelnya kalau ada uang beli bensin ga ada uang ya gak usah naik motornya. Pada suatu ketika terjadilah transaksi yang di bantu kawan saya Fajar begundal CB Klaten akhirnya saya meminang Yamaha RX Special bahan dengan kondisi cukup memprihhatikan. Body tinggal 70 persen dengan cat kusam tidak terurus. Roda depan belakang sudah tipis dan model ban cacing yang saya kurang suka. Mesin cukup sehat hanya bagian pompa oli sampingnya rembes. Untuk dokumen surat menyurat lengkap bahkan lengkap dengan keterlambatan pajak yang sampai 9 tahun.

Hal pertama kali yang saya lakukan adalah menghidupkan kembali surat menyurat yang telah lama mati sekalian balik nama. Karena saya tidak mau ribet saya minta tolong saja ke biro jasa dan sepaket dengan harga 1.600.000 rupiah tau jadi surat sudah aman untuk touring seluruh indonesia. Seiring berjalannya waktu sambil saya pakai ke kantor Kartasura sambil dirasakan apa saja yang kurang dan perlu pembenahan. Sambil mencari inspirasi mau di modif model apa saya ngobrol dengaan beberapa teman yang paham tentang motor ini. Ya akhirnya tidak jauh- jauh dari kesan klasik akhirnya pilihan jatuh ke model Yamaha RX100 keluaran sebelum RX Special. Dalam sebuah obrolan grup WA saya mendapat kiriman foto motor RX King yang sudah di modif full RX100 nampak begitu klasik dan gagah. Mulai dari situlah saya mulai hunting tangki Yamaha RX K 135 yang lebih bulat klasik serta Jok RX100 agar nuansa RX100 bener bener terasa.

Inspirasi, Gambar Comot dari Gugel

Inspirasi, Gambar Comot dari Gugel

Foto diatas bukan motor saya tapi rencana saya akan dibuat semirip itu. Setelah beberapa bahan modifikasi saya dapatkan seperti tangki, jok, velg lebar, knalpot udang kemudian saya minta tolong kawan saya Fajar Begundal CB klaten untuk meng-eksekusi-nya. Tahap awal adalah merubah beberapa dudukan tangki dan jok pada rangka RX Special agar bisa di pasangkan Tangki dan Jok yang sudah saya dapat. Pengerjaan merubah beberapa dudukan pada rangka memakan waktu sekitar 3 hari kemudian di lanjutkan dengan membersihkan kotoran pada rangka motor. Setelah bersih dan part dapat terpasang dengan baik motor langsung di cat dengan warna rangka Merah padam kemudian warna body adalah Hitam dof. Semua pengerjaan saya serahkan sama Fajar.

Awalnya saya pakai knalpot mode seperti ini, gambar nyomot gugel

Awalnya saya pakai knalpot mode seperti ini, gambar nyomot gugel

1471250964150 1471250986817

Mulai Pengecatan, dasaran pakai poxy dulu

Mulai Pengecatan, dasaran pakai poxy dulu

Setelah bahan modifnya ngumpul semua lanjut di eksekusi sama fajar ke tahap pengecatan. Dengan warna rangak merah dan body seperti tangki, tepong, spakbor berwarna hitam dof. Untuk velg dengan ukuran depan 2.15 dan belakang 2.50 ring 17 di gebyur warna hitam dof.

1471329435214 1471339850439 1471339853487

Lanjut pewarnaan

Lanjut pewarnaan

1471573034719 1471876193788

Perakitan

Perakitan

Modifikasi motor ini masih banyak mempertahankan part aslinya atau bawaannya. Untuk Shock depan, rangka, lampu depan belakang, tepong aki serta tromol masih part bawaan ketika beli. Untuk velg, tangki, jok, begel, shock belakang knalpot terpaksa saya beli lagi. Untuk mesin sendiri masih standar RX Special over size 0.75 karena kahanan bukan karena ingin kencang.

1472637406612

Udah Mejeng

Udah Mejeng

20161104_222935

Setelah jadi dan siap gas motor langsung saya reyen ke Tuban via jalur Sragen-Ngawi-Cepu-Bojonegoro-Tuban. Karena belum biasa saya tak memaksa untuk berlari kencang motor ini. Setelah sampai Tuban motor lebih sering untuk wira- wiri sekitar dalam kota dan sesekali untuk ke Lamongan. Tak lama tinggal di Tuban motor ini akhirnya saya bawa ikut berkunjung ke sebuah acara Yamaha RX King di Blitar. Alhamdulillah perjalanan Tuban- Blitar saya tempuh dengan lancar tanpa kendala apapun. Karena sebelumnya beberapa kali mengalami overheat dan mesin ngancing dalam perjalanan menuju Blitar pun saya gas santai agar mesin sehat sampe lokasi begitu juga sehat untuk di gas pulang. Dari Blitar karena masih ada waktu libur satu hari saya pilih mampir kerumah dulu sekalian menjajal kemampuan mesin motor saya dengan melewati jalur pegunungan Ponorogo- Magetan- Karang anyar. Selama perjalanan pulang pun Alhamdulillah mesin motor sehat wal afiat karena di tunjang suplemen tentunya.

Setelah jadi langsung gas Touring

Setelah jadi langsung gas Touring

Video Touring

Untuk rincian Spesifikasi Motor

Frame : standar original RX Special
Mesin : Standar Original RX Special

Part mesin sempat mengalami pergantian part karena umur, Laher kruk as set pakai FAG C3

untuk stang seher dan seher set pakai NPP

Karbu dari standar RXS merk Lippo ganti ke Moto1 28mm

Shock Depan : Standar Original RX Special

Shock Belakang : Yoshimura ukuran 34cm

Tangki : Standar Original Binter GTO

Jok : Standar Original RX100

Begel : Standar Original RX100

lampu Depan : Variasi Autopal H4 —> convert ke Repro Honda S90 –>> convert lagi ke original binter GTO

Lampu Belakang : Standar Original RX Special

Velg : 17×2.15 dan 17×2.50 Rossi Alumunium –>> convert ke Rossi 18×2.50 depan belakang

Stang stir : Standar RX King New Original
Knalpot : Udang Atas lokal —>> convert ke Udang Bawah lokal

Lampu Sein : Variasi Imitasi

Spion : Standar Original Mio Lama

PhotoGrid_1473346421265