Tak jauh dari kota Maumere ketika perjalanan menuju Larantuka terdapat sebuah pantai tak terkenal namanya. Pantai Weitera kata warga yang berjualanan kopi dan makanan ringan di depan pintu masuk Pantai. Pantai yang kurang tersentuh pengelolaan ini hanyalah pantai yang menjadi tempat istirahat sebentar para pengendara dari Maumere menuju Larantuka dan sekitarnya. Pantai Weitera ini memang masih sangat sepi dan bersih. Pantai berpasir hitam dengan ombak kecil serta beberapa pohon besar tumbuh memberikan kesan rindang dan adem. Di tepi pantai berlabuh 2 perahu kecil milik nelayan setempat.
Jalan depan pantai
Tak jauh dari bibir pantai saya dapat melihat sebuah pulau besar dan kata ibu penjual kopi adalah pulau Babi. Kata ibu penjual kopi juga nanti saya dapat mampir ke Pulau Babi jika berkenan. Dari pantai Weitera masih sekitar 2 jam menuju Tanjung Darat, ya dari dermaga Tanjung Darat jika ingin menyebrang menuju Pulau Babi.
Tak terasa secangkir kopi hitam habis sudah bersama habisnya capek setelah menikmati suasana hening dan tenang di pantai Weitera. Ku tutup kembali cangkir kopi yang telah kosong dan kemudian membayarnya kemudian melanjutkan perjalanan kembali. Perjalanan Menuju Larantuka masih sangat panjang.
Tak jauh dari kota Maumere ketika perjalanan menuju Larantuka terdapat sebuah pantai tak terkenal namanya. Pantai Weitera kata warga yang berjualanan kopi dan makanan ringan di depan pintu masuk Pantai. Pantai yang kurang tersentuh pengelolaan ini hanyalah pantai yang menjadi tempat istirahat sebentar para pengendara dari Maumere menuju Larantuka dan sekitarnya. Pantai Weitera ini memang masih sangat sepi dan bersih. Pantai berpasir hitam dengan ombak kecil serta beberapa pohon besar tumbuh memberikan kesan rindang dan adem. Di tepi pantai berlabuh 2 perahu kecil milik nelayan setempat.
Jalan depan pantai
Tak jauh dari bibir pantai saya dapat melihat sebuah pulau besar dan kata ibu penjual kopi adalah pulau Babi. Kata ibu penjual kopi juga nanti saya dapat mampir ke Pulau Babi jika berkenan. Dari pantai Weitera masih sekitar 2 jam menuju Tanjung Darat, ya dari dermaga Tanjung Darat jika ingin menyebrang menuju Pulau Babi.
Tak terasa secangkir kopi hitam habis sudah bersama habisnya capek setelah menikmati suasana hening dan tenang di pantai Weitera. Ku tutup kembali cangkir kopi yang telah kosong dan kemudian membayarnya kemudian melanjutkan perjalanan kembali. Perjalanan Menuju Larantuka masih sangat panjang.
Kampung Wuring adalah sebuah kampung suku Bajo yang asal mulanya dari Sulwesi karena perjalanannya maka sampailah di Maumere dan menetap membangun sebuah perkampungan. Suku Bajo selalu memilih tempat tinggal yang tidak jauh dari air laut, karena hampir seluruh hidupnya bergantung dari hasil laut. Tak jauh dari kota Maumere di daerah pinggiran laut mereka tinggal. Pernah dulu terjadi bencana alam dahsyat berupa tsunami dan memporak porandakan Maumere termasuk kampung Wuring ini karena lokasi tinggalnya yang di tepi laut. Karena setelah bencana alam tersebut maka pemerintah pernah memindahkan seluruh kampung ke daerah jauh dari laut bahkan di tempatkan di daerah perbukitan. Namun apa jadinya jika kehidupan mereka di pisahkan dari sumber kehidupan, ya mereka tak dapat hidup dengan baik dan memilih untuk kembali ke perkampungan lama mereka di tepi laut.
Rumah- rumah panggung sederhana di hiasi perahu atau sampan kecil di depan rumah mereka. Halaman rumah pun berupa air laut biru jernih ke hijau- hijauan dan di dalamnya berenang ikan- ikan cantik.Karena perkampungan ini adalah warganya suku Bajo maka hampir 99 % mereka memeluk agama islam. Di tengah mayoritas pemeluk agama Katolik mereka hidup berdampingan dan saling menjaga kerukunan. Maumere buat saya kota yang mulai mengenal banyak modernitas jika di bandingkan dengan daerah lain di Flores. Jika berkunjung ke Maumere sempatkanlah untuk sekedar mampir menengok kehidupan warga Bajo di Kampung Wuring.
Koka Beach sebuah pantai yang “mengumpet” di daerah Maumere Flores Nusa Tenggara Timur. Pantai di dalam sebuah cekungan teluk pegunungan Kelimutu. Dengan kontur pegunungan berupa bukit berlipat- lipat membuat pemandangan di sekitar pantai begitu eksotis.
Koka Beach
Setelah Turun dari Taman Nasional Kelimutu kami ( saya dan Ndank ) berencana mampir sebentar di Koka Beach. Jalur turun dari Taman Nasional Kelimutu tak bedanya dengan ketika kami naik. Yang membedakan hanyalah waktunya pada saat kami naik menuju Taman Nasional Kelimutu pada malam hari dan kami turun pada siang hari.Terlihat jelas di kanan jurang dan di kiri adalah tebing dan kami pun harus berkendara dengan sangat hati- hati karena sesekali jalur mendadak menyempit karena banyaknya longsoran. Seusai menikmati jalur pegunungan ektrim kami memasuki daerah Kabupaten Maumere, Tak jauh dari perbatasan Maumere- Ende Koka Beach ada di sebelah kanan serta agak masuk ke dalam. 2,5 km jalanan berbatu namun sangat licin karena sehabis hujan lumpur tanah liat menjadi adonan yang sempat membuat saya terpeleset dan karena tak kuat menahan beratnya motor dengan tumpukan tas akhirnya terjatuh.Tak berani kami melanjutkan perjalanan dengan motor akhirnya motor kami tinggal di depan sekolah dan kami lanjutkan dengan sedikit treking setelah 15 menit tibalah kami di Koka Beach.
Koka Beach
Di depan pantai Koka berdirilah sebuah pulau kecil, pulau batu karang dan orang lokal menyebutnya pulau Koka. Untuk menuju pulau Koka dapat di jangkau dengan perahu kecil milik warga lokal dan cukup membayar 50 ribu pulang- pergi. Pantai dengan batu karang dan lengkungan pasir putih yang lembut serta di hiasi diatasnya gugusan bukit hijau berkelok dan berliuk sungguh sangat mempesona. Pantai yang sangat cocok untuk berburu lanskap dengan tatanan batu karang, pasir putih dan deru ombaknya yang cukup besar. Pantai ini melengkung berpasir putih seolah menjadi pantai private bagi pengunjungnya. Karena selain masih lokasinya yang “ngumpet” pantai ini bersih dan sepi pengunjung sehingga cocok untuk bersantai dan menikmati suasana “private beach”. Di telinga warga Maumere pantai Koka sudah tidak asing dan baru bagi mereka namun karena akses menuju pantai ini belum sepenuhnya memadai membuat pantai ini masih relatif sepi pengunjung. Saya pribadi lebih menikmati pantai yang masih sepi dan memang belum banyak tersentuh pengelolaan oleh pemerintah atau pengembang lokal. Pantai yang masih benar- benar alami dan indah. Berbicara tentang fasilitas di pantai Koka ini hanya ada 2 kamar mandi seadanya serta satu buah warung jajanan. Seorang bapak warga asli Maumere yang berdagang berjualan jajanan kecil- kecilan serta minuman, bahkan dijual pula bir beralkohol ya bir di flores memang hampir bisa di bilang di jual bebas. Sambil menikmati singkong goreng dan kopi hitam hangat saya berbincang dengan bapak penjual yang saya lupa menanyakan namanya. Belum lama katanya pantai Koka sempat di singgahi dua orang bule cowo-cewe yang sedang berkeliling dunia dengan sepeda. Gila ya keliling dunia dengan sepeda dan sedang melintasi Asia dan lebih kususnya adalah Indonesia. Saya yang berkeliling Flores dengan motor tua nan butut saja sudah di bilang “gila” oleh teman- teman saya. Maumere ya memang sangat indah sayangnya waktu memisahkan kami, saya berjanji suatu saat nanti akan kembali ke Flores untuk kembali melihat indahnya Indonesia bagian Timur ini.
Koka Beach sebuah pantai yang “mengumpet” di daerah Maumere Flores Nusa Tenggara Timur. Pantai di dalam sebuah cekungan teluk pegunungan Kelimutu. Dengan kontur pegunungan berupa bukit berlipat- lipat membuat pemandangan di sekitar pantai begitu eksotis.
Koka Beach
Setelah Turun dari Taman Nasional Kelimutu kami ( saya dan Ndank ) berencana mampir sebentar di Koka Beach. Jalur turun dari Taman Nasional Kelimutu tak bedanya dengan ketika kami naik. Yang membedakan hanyalah waktunya pada saat kami naik menuju Taman Nasional Kelimutu pada malam hari dan kami turun pada siang hari.Terlihat jelas di kanan jurang dan di kiri adalah tebing dan kami pun harus berkendara dengan sangat hati- hati karena sesekali jalur mendadak menyempit karena banyaknya longsoran. Seusai menikmati jalur pegunungan ektrim kami memasuki daerah Kabupaten Maumere, Tak jauh dari perbatasan Maumere- Ende Koka Beach ada di sebelah kanan serta agak masuk ke dalam. 2,5 km jalanan berbatu namun sangat licin karena sehabis hujan lumpur tanah liat menjadi adonan yang sempat membuat saya terpeleset dan karena tak kuat menahan beratnya motor dengan tumpukan tas akhirnya terjatuh.Tak berani kami melanjutkan perjalanan dengan motor akhirnya motor kami tinggal di depan sekolah dan kami lanjutkan dengan sedikit treking setelah 15 menit tibalah kami di Koka Beach.
Koka Beach
Di depan pantai Koka berdirilah sebuah pulau kecil, pulau batu karang dan orang lokal menyebutnya pulau Koka. Untuk menuju pulau Koka dapat di jangkau dengan perahu kecil milik warga lokal dan cukup membayar 50 ribu pulang- pergi. Pantai dengan batu karang dan lengkungan pasir putih yang lembut serta di hiasi diatasnya gugusan bukit hijau berkelok dan berliuk sungguh sangat mempesona. Pantai yang sangat cocok untuk berburu lanskap dengan tatanan batu karang, pasir putih dan deru ombaknya yang cukup besar. Pantai ini melengkung berpasir putih seolah menjadi pantai private bagi pengunjungnya. Karena selain masih lokasinya yang “ngumpet” pantai ini bersih dan sepi pengunjung sehingga cocok untuk bersantai dan menikmati suasana “private beach”. Di telinga warga Maumere pantai Koka sudah tidak asing dan baru bagi mereka namun karena akses menuju pantai ini belum sepenuhnya memadai membuat pantai ini masih relatif sepi pengunjung. Saya pribadi lebih menikmati pantai yang masih sepi dan memang belum banyak tersentuh pengelolaan oleh pemerintah atau pengembang lokal. Pantai yang masih benar- benar alami dan indah. Berbicara tentang fasilitas di pantai Koka ini hanya ada 2 kamar mandi seadanya serta satu buah warung jajanan. Seorang bapak warga asli Maumere yang berdagang berjualan jajanan kecil- kecilan serta minuman, bahkan dijual pula bir beralkohol ya bir di flores memang hampir bisa di bilang di jual bebas. Sambil menikmati singkong goreng dan kopi hitam hangat saya berbincang dengan bapak penjual yang saya lupa menanyakan namanya. Belum lama katanya pantai Koka sempat di singgahi dua orang bule cowo-cewe yang sedang berkeliling dunia dengan sepeda. Gila ya keliling dunia dengan sepeda dan sedang melintasi Asia dan lebih kususnya adalah Indonesia. Saya yang berkeliling Flores dengan motor tua nan butut saja sudah di bilang “gila” oleh teman- teman saya. Maumere ya memang sangat indah sayangnya waktu memisahkan kami, saya berjanji suatu saat nanti akan kembali ke Flores untuk kembali melihat indahnya Indonesia bagian Timur ini.
Keinginan menginjakkan kaki di pulau Alor di kabulkan oleh Allah SWT. Pada 23 Agustus 2014 sekaligus menjadi kado atau bingkisan terindah dari Allah Untuk saya. Di pulau Kepa Alor Kecil Alor Nusa Tenggara Timur.
Ya tanggal 22 Agustus 2014 saya masih di pulau Alor, karena ferry yang akan mengantarkan menyebrangi menuju Kupang ada setiap hari Rabu dan Minggu. Minggu 24 Agustus 2014 jadi pada tanggal 23 Agustus atau hari sabtu saya masih bisa menikmati indahnya pulau Alor. Rencana camping pun terlaksana pada tanggal 22 Agustus 2014 pada saat itu adalah hari Jumat. Jumat sore di mulai dari hunting sunset Kokar Beach kemudian bersantai sejenak di rumah kaka syam Alor kecil dan malam harinya menyebrang menuju Kepa Island untuk camping. Tak seperti 23 Agustus sebelum sebelumnya yang saya pun cuek menyambutnya bahkan pernah lupa kalau pada saat hari itu adalah hari kelahiranku, 23 Agustus 2014 ini terasa begitu spesial. Sejak Jumat 22 Agustus 2014 saya sudah riang menyambut hari kelahiran saya ini. Camping di pulau Kepa salah satu pulau dengan spot diving terbaik dan terbanyak selain itu di pulau ini terdapat resort yang di kelola bule dari prancis. Camping bertiga bersama Agushong teman baru ketemu di Alor dan Endang Purwanto teman seperjalanan. Malam hari menjelang 23082014 langit begitu terang di penuhi cahaya bintang berkerlap- kerlip mengisyaratkan bahwa esok hari cerah. Milkyway langit pulau Kepa di temani kerlip milyaran bintang menambah sempurnanya keindahan pulau Kepa malam itu. Deru ombak menabrak pantai bergantian seolah bernada berirama mengiringi indahnya langit. Plankton menyala kerlap-kerlip biru bergantian tak mau kalah dengan milyaran bintang di angkasa. Mata pemberian Allah SWT mampu merekam semua keindahan yang ada saat malam itu, namun tidak dengan kamera yang kumiliki. Dengan segala keterbatasannya saya mencoba semaksimal mungkin mengabadikan mulai dari milkyway hingga startrail dan berakhirlah perburuan bintang malam itu pada pukul 01:00 23 Agustus 2014. Alhamdulillah ( Terima kasih ya ALLAH ) genap di usia yang ke 26 Engkau memberikan kado terindah sepanjang 26 tahun hidup di dunia ini. Cerita make a wish seperti orang kebanyakan setelah tiup lilin, ya banyak harapan tentunya namun prioritas saat itu adalah berharap ” meminta keselamatan, kesehatan, dan dijauhkan dari mara bahaya ” Amin…, kemudian di susul memejamkan mata.
Terbangun di tanggal 23 Agustus 2014 di tepi pantai pulau Kepa disambut merahnya langit menandakan sebentar datang matahari. Pernah gak sih terbayang bakal menjadi hari paling spesial? enggak terfikir sama sekali oleh saya. Bahkan seperti biasanya saya tak ingin banyak orang tau kapan tanggal lahir saya ini dan benar tidak ada satupun ucapan selamat ulang tahun menyasar hari itu. Forget it ndak papa justru saya lebih menikmati ketenangan pagi itu menyambut sunrise, sunrise? ya meskipun sunrise tidak muncul diatas permukaan laut karena terhalang pulau namun saya yakin akan indah pada saat terbit. Membuka pintu tenda dan belum sempat melongok keluar semburat merah sudah menyapa saya dari kejauhan. Oke fix sunrise tepat diatas pulau yang artinya tidak se sempurna jika terbit diatas permukaan laut, namun tidak mengurangi kegembiraanku saat itu. Sebentar saja menyambut sunrise kemudian menyiapkan sarapan dan menyantapnya.
Well usai menyantap sarapan mie rebus yang tidak seberapa kenyang saya dan dua teman saya langsung nyebur ke pantai pulau Kepa. Tak jauh dari tenda kami berdiri sudah di tunggu banyak ikan dan karang. Hiraukan kedua teman saya dulu, kali ini saya akan bercerita bahwa “ceritanya” saya sedang merayakan hari kelahiran saya bersama ikan cantik dan terumbu karang yang anggun. Sedari malam di payungi milyaran bintang kemudian di sambung matahari memerah di pagi hari dan godaan ikan ikan menambah kesempurnaan kado terindah ke 26 saya.
Terima kasih Agushong , Endang Purwanto, Pulau Kepa dan tentunya Terima Kasih ya Allah.
Kepa Island, Alor Nusa Tenggara Timur 23 Agustus 2014