Kalau ngomongin NTT memang tak ada habisnya mengupas keelokan alamnya. Salah satunya Maumere yang memiliki beberapa destinasi alam yang menawan bak perawan belum dandan. Di Maumere ini selain pantai KOKA ada juga Tanjung darat yang dari sana bisa menyebrang ke Pulau Pangabatan dan Pulau Babi. Karena letaknya di ujung semenangjung orang Maumere menyebutnya Tanjung Darat. Memasuki gang kecil kemudian menyusuri perkampungan serta jalan tanah bercampur pasir. Kedatangan saya bersama Ndank pun ketika terik matahari sedang di titik maksimum ya saat itu pukul 12:00. Langit cerah bersih biru mencorong dan di hiasi beberapa gumpalan awan putih di bawahnya berdiri kokoh bukit bukit di pinggiran pantai. Pantai yang masih bersih dan terjaga ini di manfaatkan dengan maksimal oleh warga sekitar yang sebagian besar adalah suku Bajo dan Bugis untuk mencari ikan. Laut yang bersih dan sehat pastinya akan banyak terumbu karang dan ikan yang tumbuh dengan sehat pula. Warga sekitar memang masih jauh dari modernitas sehingga beberapa sampah yang sempat saya lihatpun sebagian besar adalah sampah tempurung kelapa, potongan kayu, daun- daun serta masih sedikit sekali bungkus plastik sampo ataupun deterjen di sekitar rumah warga.
Seusai dzuhur pun saya dan ndank sudah sepakat menerima tawaran bang ACO yang akan mengantar kami dengan perahu fiber nya ke pulau Pangabatan. Dengan perahu kecil hanya muat 3 orang saya pikir akan aman aman saja karena dalam pandangan saya arus laut saat itu sedang tenang. Perlahan menyusuri tepian semenanjung dan mulai meninggalkan daratan semakin terasa besar gelombang ombaknya sempat cemas juga bagaimana jika sampai terbalik. Rupanya arus yang cukup besar untuk membalikkan perahu kami adalah arus pertemuan dan terlihat seperti ada gulungan ombak di bawah permukaan air laut. Tiba di Pulau Pangabatan awalnya saya kira ada spot snorkling namun ternyata tak ada terumbu karang sama sekali, hanya ada beberapa spot “suket laut” kalau di sebut rumput laut bukan namun bentuknya seperti rumput. Pulau Pangabatan ini sebenarnya biasa saja dan hanya mempunyai kelebihan berupa sebuah pasir timbul atau pulau gosong. Pulau yang memiliki pasir putih ini juga pasirnya sama saja dengan pantai berpasir putih lainnya. Sejauh mata memandang yang membedakan indahnya Pulau gosong Pangabatan ini adalah bersihnya dan beningnya air laut, keduanya terpadu sempurna dan memberikan nilai plus.
Selesai dengan bermain pasir di tengah pulau Gosong kami bertolak meninggalkan Pangabatan dan bebersih serta ganti pakaian di Tanjung Darat. Sebuah sumur umum yang di pakai oleh seluruh warga secara bergantian yang meskipun airnya payau namun tidak mengurangi segarnya ketika saya guyurkan ke seluruh tubuh saya. Di sebelahnya terdapat WC dan Kamar Mandi yang saya manfaatkan untuk ganti baju bersih dan kering. Selesai mandi dan sedang menunggu masakan makan siang oleh bang Aco saya dan Ndank beberes perabotan di mushola dan di situlah banyak anak kecil yang seakan asing dan heran melihat kami berdua. Adek adek lucu penuh keceriaan namun begitu ada lensa mengarah ke wajahnya mereka langsung lari meninggalkan kami. Tak sampai di situ saja, bahkan ketika saya sedang makan Kamera saya biarkan merekam Timelapse di depan rumah bang Aco adek adek kecil mengerumuninya dan tertawa terbahak- bahak melihat foto yang tertangkap di depannya. Silih berganti mereka berpose di depan kamera dan melihat hasilnya dan kemudian tertawa lagi, namun anehnya ketika saya datangi dan arahkan kamera saya ke wajah mereka langsung kabur bahkan ada salah satu yang menangis. Lucu namun haru juga tentunya bagi saya pribadi, keceriaan mereka belum di rusak oleh alat alat modern dan canggih. Permainan yang menghibur mereka masih sebatas membuat kapal- kapalan dari “sepet kambil” kemudian bermain pecle serta bermain bola layaknya pemain Tim Nas Indonesia.