Senin, 07 Agustus 2017

Nyolong Waktu Di Baturaden

Baturaden ya? emmmm sebenernya ke Baturaden nganterin pak Bos meeting dengan salah satu Tower Provider terbesar di Indonesia. Kalau sebelumnya pernah ke Purwokerto mampiran pulang dari explore Nusa Tenggara Barat namun belum sempet ke Baturaden. Jadi ceritanya karena pak Bos gak mungkin nyetir sendirian pulang balik Solo- Baturaden makanya saya dan Triyana yang nantinya disini saya sebut Yana nemenin sekaligus gantian nyetir kalau drivernya capek.

Meeting TBG di Baturaden

Meeting TBG di Baturaden

Solo- Baturaden, kami melewati Jogja kemudian Godean, Wates, masuk jalur Daendeles yang lurusnya minta ampun sampe ketemu daerah Petanahan ambil ke kanan arah Kebumen. Ternyata benar jalan Daendeles memang lurus gak putus- putus sampai bikin ngantuk. Sepanjang jalan yang kami lalui dominan pedesaan yang masih asri dan tentram. Terlihat di kanan kiri jalan masih banyak perkebunan milik warga juga sapi atau kambing peliharaan warga. Masuk Kebumen jalan mulai menandakan daerah dataran tinggi dengan tipikal belok- belok serta sedikit naik turun. Memasuki daerah Baturaden sudah sore langsung saja kami nyari penginepan yang dekat dengan lokasi meeting. Dapat lah di Green Valley Resort Baturaden. Resort yang cukup nyaman dengan harga cukup terjangkau apalagi untuk ukuran pak Bos. Karena capek perjalanan kami segera istirahat karena esok harinya pagi harus sudah berada di lokasi meeting.

14657378_1359746834037657_485900503423826947_n 14650723_1360772250601782_2916173884125744429_n 14657534_1360415063970834_9177845848272710399_n

14611032_1363611273651213_1017840585915644784_n

Petualangan sesungguhnya di mulai saat pak Bos sedang mengikuti meeting. Keesokan harinya kami mencari tempat meeting yang sudah di pesan pihak Tower Provider yaitu di Baturaden Adventure. ” Nyoh iki nggo cekelan jalan- jalan kono cah 2 yo ” kata pak Bos sambil ngasih uang merah beberapa lembar. Lakok enak tenan wes di kon jalan jalan malah di tambahi di kasih uang jajan. Destinasi pertama saya sama Yana adalah ke kawasan Curug 3. Dalam satu kawasan Curug ini ada beberapa destinasi seperti Sendang Bidadari, Kedung Pete, dan Curug 3 sendiri. Curug 3 lokasinya di paling bawah sehingga dalam perjalanan turun akan melewati Sendang Bidadari dan Kedung Pete. Sendang Bidadari ini ada air terjun juga yang kecil kemudian mengalir jatuh ke sebuah kolam yang dulu konon di pakai mandi oleh para bidadari. Dari kejauhan bagaian Goa yang di atasnya mengalir air terjun. Kalau di foto dengan angle yang pas Sendang Bidadari ini akan terlihat lebih eyeketching.

Kedung Pete

Kedung Pete

15043795_1778121905782666_895501823677300736_n

Curug Telu sebagai ikon dari kawasan ini dengan air terjun yang cukup tinggi kemudian di tengah tebingnya keluar air terjun yang lebih rendah. Air dingin bening terjun bebas mengibas muka rasanya adem dan tenang. Gemericik air serta kicau burung sungguh sempurna ketentraman saat itu. Pagi yang tenang belum ada pengunjung lain jadi puas sekali bisa foto baik foto narsis maupun foto pemandagannya. Rekomended gak sih ke Curug Telu? rekomended apalagi kalau hari kerja aktif jadi gak rame pengunjung kamu bisa puas explorasi.

14736161_198529403907087_5028916231235698688_n 14900565_1369545553057785_1659884863887806128_n 14724639_1361999793812361_795524432761538559_n

Oh iya selain ke Curug Telu saya dan Yana sempat mampir ke Telaga Sunyi, beneran sunyi donk karena kami datang kepagian bahkan penjaga loket aja belum datang. Telaga Sunyi ini hanya semacam kolam yang menampung air jernih dan mengalirkannya lagi ke sungai. Sayangnya sudah di bikin semacam tembok- tembok untuk membentuk kolamnya dan di tepian sebagai jalan setapak.

14720586_1360438717301802_602641418480487386_n

Nyolong Waktu Di Baturaden

Baturaden ya? emmmm sebenernya ke Baturaden nganterin pak Bos meeting dengan salah satu Tower Provider terbesar di Indonesia. Kalau sebelumnya pernah ke Purwokerto mampiran pulang dari explore Nusa Tenggara Barat namun belum sempet ke Baturaden. Jadi ceritanya karena pak Bos gak mungkin nyetir sendirian pulang balik Solo- Baturaden makanya saya dan Triyana yang nantinya disini saya sebut Yana nemenin sekaligus gantian nyetir kalau drivernya capek.

Meeting TBG di Baturaden

Meeting TBG di Baturaden

Solo- Baturaden, kami melewati Jogja kemudian Godean, Wates, masuk jalur Daendeles yang lurusnya minta ampun sampe ketemu daerah Petanahan ambil ke kanan arah Kebumen. Ternyata benar jalan Daendeles memang lurus gak putus- putus sampai bikin ngantuk. Sepanjang jalan yang kami lalui dominan pedesaan yang masih asri dan tentram. Terlihat di kanan kiri jalan masih banyak perkebunan milik warga juga sapi atau kambing peliharaan warga. Masuk Kebumen jalan mulai menandakan daerah dataran tinggi dengan tipikal belok- belok serta sedikit naik turun. Memasuki daerah Baturaden sudah sore langsung saja kami nyari penginepan yang dekat dengan lokasi meeting. Dapat lah di Green Valley Resort Baturaden. Resort yang cukup nyaman dengan harga cukup terjangkau apalagi untuk ukuran pak Bos. Karena capek perjalanan kami segera istirahat karena esok harinya pagi harus sudah berada di lokasi meeting.

14657378_1359746834037657_485900503423826947_n 14650723_1360772250601782_2916173884125744429_n 14657534_1360415063970834_9177845848272710399_n

14611032_1363611273651213_1017840585915644784_n

Petualangan sesungguhnya di mulai saat pak Bos sedang mengikuti meeting. Keesokan harinya kami mencari tempat meeting yang sudah di pesan pihak Tower Provider yaitu di Baturaden Adventure. ” Nyoh iki nggo cekelan jalan- jalan kono cah 2 yo ” kata pak Bos sambil ngasih uang merah beberapa lembar. Lakok enak tenan wes di kon jalan jalan malah di tambahi di kasih uang jajan. Destinasi pertama saya sama Yana adalah ke kawasan Curug 3. Dalam satu kawasan Curug ini ada beberapa destinasi seperti Sendang Bidadari, Kedung Pete, dan Curug 3 sendiri. Curug 3 lokasinya di paling bawah sehingga dalam perjalanan turun akan melewati Sendang Bidadari dan Kedung Pete. Sendang Bidadari ini ada air terjun juga yang kecil kemudian mengalir jatuh ke sebuah kolam yang dulu konon di pakai mandi oleh para bidadari. Dari kejauhan bagaian Goa yang di atasnya mengalir air terjun. Kalau di foto dengan angle yang pas Sendang Bidadari ini akan terlihat lebih eyeketching.

Kedung Pete

Kedung Pete

15043795_1778121905782666_895501823677300736_n

Curug Telu sebagai ikon dari kawasan ini dengan air terjun yang cukup tinggi kemudian di tengah tebingnya keluar air terjun yang lebih rendah. Air dingin bening terjun bebas mengibas muka rasanya adem dan tenang. Gemericik air serta kicau burung sungguh sempurna ketentraman saat itu. Pagi yang tenang belum ada pengunjung lain jadi puas sekali bisa foto baik foto narsis maupun foto pemandagannya. Rekomended gak sih ke Curug Telu? rekomended apalagi kalau hari kerja aktif jadi gak rame pengunjung kamu bisa puas explorasi.

14736161_198529403907087_5028916231235698688_n 14900565_1369545553057785_1659884863887806128_n 14724639_1361999793812361_795524432761538559_n

Oh iya selain ke Curug Telu saya dan Yana sempat mampir ke Telaga Sunyi, beneran sunyi donk karena kami datang kepagian bahkan penjaga loket aja belum datang. Telaga Sunyi ini hanya semacam kolam yang menampung air jernih dan mengalirkannya lagi ke sungai. Sayangnya sudah di bikin semacam tembok- tembok untuk membentuk kolamnya dan di tepian sebagai jalan setapak.

14720586_1360438717301802_602641418480487386_n

Kamis, 03 Agustus 2017

Maksain Mampir ke Argapura, Majalengka

Ada yang pernah dengar Argapura? bukan Argopuro nama sebuah gunung di Jawa Timur loh ya. Argapura kawasan pertanian warga di Majalengka yang mempuanyai Terasering keren sehingga kini tersohor. Sudah lama saya penasaran pengen ke Argapura lebih kusus lagi namanya lembah Panyaweuyan. Dahulu kala ketika masih sekolah di Dayeuhkolot Bandung tempat ini belum terkenal. Padahal jika mudik dari Bandunng ke Boyolali selalu melewati Majalengka.

19764902_1879752275681701_1786607387549892608_n

Jadi ceritanya pas nganterin adek saya si Ahsin mengambil semua barang- barangnya yang masih tertinggal di kontrakannya saya sempatkan atau paksakan lebih tepatnya untuk mampir. Jadi kami bertiga saya, Ahsin dan Dimas berangkat dari Semarang pukul 23:xx menuju Bandung. Suasana arus balik masih sangat terasa saat itu H + 1 Minggu jadi memang saat paling ramai nya para perantau kembali ke Jakarta. Perjalanan macet hampir di setiap mau masuk kabupaten dan keluar kabupaten. Kalau normal subuh kami sudah bisa masuk Sumedang namun karena macet yang sungguh luar biasa sehingga perjalanan kami lebih banyak merayapnya maka waktu subuh pun kami baru masuk Tegal. Selepas subuh jalanan lumayan agak berkurang keramaiannya mungkin karena sudah banyak yang memilih istirahat. Tegal hingga Cirebon perjalanan cukup lancar dan tiba di Cirebon sudah terang menunnjukkan waktu jam 07:xx. Niatnya di Cirebon nyari sarapan dulu tapi ternyata masih banyak warung yang masih tutup. Cek google map cari tujuan terasering Panyaweuyan Argapura menunjukkan 1,5 jam perjalanan. Langsung get start direction dan cus wurrr petualangan di mulai.

 

Jalanan cukup kecil sepertinya memang jalan kampung kami terus saja mengikuti pentunjuk dari Map. Semakin masuk kedalam jalan justru semakin kecil namun saya bilang cukup bagus dan mulus. Di kanan kiri jalan banyak berdiri rumah milik warga yang bisa di katakan mewah dan rata- rata sudah berumah tembok sepertinya ekonomi masyarakat sekitar sudah di atas menengah. Sampai pada saatnya saya terpaksa berhenti di tanjakan curam menikung karena diatas ada sebuah bus susah belok saking kecilnya jalan. Bersabar sebentar nunggu sampai bus terbebas dan bisa melewati tikungan menanjak curam. Untuk pertama kalinya saya dihadapkan pada kondisi tikungan dikombinasikan tanjakan curam dan berhenti di tengah- tengah. Yang saya ingat rumusnya adalah tenang terlebih dahulu kemudian ketika mau jalan lagi adalah masuk gigi 1 injek gas agak dalam sambil melepas kopling perlahan mulai lepas juga handremnya. Alhamdulillah bisa dan lancar melewati semacam ujian SIM di tengah- tengah tanjakan. Saya pikir awalnya rombongan 2 bus dan 1 mobil pribadi ini juga akan berwisata ke terasering Panyaweuyan. Setelah saya ikuti terus sampai akhirnya mereka berhenti di sebuah lapangan kampung ternyata ada hajatan nikahan salah seorang warga kampung.

20729409_1690971254248545_4311308176881313200_n

Estimasi perjalanan di google map menunjukkan masih 45 menit lagi tiba di tujuan kami. Bus yang bikin perjalanan kami agak tersendat sudah terparkir aman kini perjalanan lancar jaya. Jalanan semakin mengasyikkan dengan melintasi perkebunan warga serta beberapa hutan. Jalan berkelok kelok dengan sedikit naik turun jika di ingat ternyata mirip jalanan kalau ke Dieng. Saat itu memang saya senang dengan tiipikal jalanan berkelok menikung tajam di kombinasi naik dan turun yang curam namun ternyata berbeda dengan adek saya Ahsin yang justru gak suka jalanan semacam ini. Yang suka nerbangin drone dan berfoto video pasti suka jika di suruh nerbangin di jalur ini, dalam hayalan saya jika di lihat dari udara dengan model mata elang jalur ini berkelok- kelok naik turun dengan kanan kiri ratusan bukit. Selain jalur di tengah perbukitan yang indah juga suasana di perkampungan sepertinya juga adem ayem tenterem masyarakatnya hidup damai. Ku buka jendela kaca mobil serta kumatikan AC kurasakan sejuk udara yang bertiup sepoi- sepoi memasuki mobil. Udaranya tidak terlalu dingin namun justru sejuk terasa sangat nyaman untuk tidur siang atau sekedar bersantai- santai di depan teras rumah. Saya pikir kami sudah sampai karena di sekitar kampung sudah banyak perkebunan daun Brambang namun google map berkata lain, estimasi masih menunjukkan 15 menit lagi. Meninggalkan kampung pertama di sambut oleh jalan yang semakin ekstrim dan semakin sempit hemmm menguji adrenalin namun memang seru dan menyenangkan. Setelah menanjak yang cukup tinggi dan panjang dengan di sebelah kanan terdapat bukit agak bundar mmenjulang tinggi tiba lah kami di parkiran terasering Panyaweuyan Argapura Majalengka.

20799340_1690971310915206_3818180454586939989_n

20770132_1690971337581870_5185843850210026581_n

Parkirannya tak luas hanya cukup 4-5 mobil dan beberapa belas motor. Turun dari mobil setelah memarkir saya di sambut seorang warag lokal dengan baju serta celana hitam juga mengenakan peci hitam yang kemudian berkata ” jowone ngendi mas? ” saya kira beliau orang jawa ternyata sekedar banyak kenalan kiyai dari Jombang, Madiun serta Sukoharjo. Sambil ngobrol saya memesan mie rebus buat ganjal perut yang sudah lapar semenjak nyari sarapan di Cirebon gak dapat- dapat. Harga sarapan pun masih masuk akal dan bersahabat dengan kantong meskipun di daerah wisata dan di ujung pelosok yang baru mulai terkenal. Usai sarapan kami bertiga langsung saja mulai treking sedikit menuju puncak Panyaweuyan. Hari mulai terik langit biru mulai memudar di warnai oleh awan yang tersebar merata. Hemm agak flat sih namun lanskap masih menawan saat itu. Perkebunan daun brambang yang lebih terkenal di media sosial rupanya sedang di ganti oleh warga dengan tanaman Kol dan malah beberapa di biarkan di tumbuhi rumput liar. Yang saya saksikan di media sosial perkebunan brambang lebih eksotis karena akan lebih terlihat garis- garis dan lekuk teraseringnya. Tanpa kebun brambang pun tak mengapa tanaman kol juga masih bisa menggantikan posisi brambang dan tetap indah dalam jepretan kamera. Sebagian besar pengunjung saat itu adalah pasangan muda mudi yang sengaja datang dari kota Majalengka, Sumedang maupun Cirebon. Ya memang kekinian banget tempat ini, selain keren di foto sebagai lanskap juga keren untuk foto- foto narsis.

20729752_1690971224248548_3274641511581415418_n

Sebelah kanan Bukit Bulat

20707924_1690971184248552_3531045391105676182_n

Parkiran Seadanya, Plat AD

20184946_137744440144180_8336198575671214080_n

20067082_1314003942050871_899446463375867904_n

19534966_1888598598058889_2195164227436544000_n 19624845_1524985280856646_279585947014660096_n 20184533_831177213714679_8629649931247812608_n 20393662_1937702036443237_2760120514700640256_n 19535501_433228977049821_7760981736091025408_n

19623256_1316370461816002_5498248434613747712_n

Karena tujuan utama kami masih sekitar 3 jam lagi menuju Bandung kami tak berlama- lama dan segera kembali ke parkiran kemudian turun menuju kota Majalengka melewati jalur yang berbeda. Jika di urut dari jalur kami datang maka lurus terus saja ke arah Maja dan kemudian Majalengka. Rupanya jalur yang kami gunakan menuju Bandung lebih cepat sampai kota Majalengka, sekitar 30 menit kami sudah memasuki kota Majalengka. Majalengka ambil arah Sumedang kemudian Bandung dan perjalanan masih sekitar 2 jam lagi artinya kami bakal tiba di bandung sudah sore.