Setelah istirahat sejenak di rumah dan sebagai penutup perjalanan panjang menyusuri pulau jawa saya menuju bandung kemudian serang adalah sebagai tujuan akhir. Bertemu dengan beberapa teman yang sudah janjian di kampung rambutan pada 21:00 WIB. Tiba di kampung rambutan teman saya juli lian, nurul, arthur dan om hendra belum ada. Beberapa saat kemudian neng nurul sms dan ternyata sudah di kampung rambutan sedang membeli nasi goreng. Tak lama kemudian saya melihat penampakan orang memakai switer FKMB boyolali yang saya kira adalah anak Boyolali namun kok saya tidak kenal ya. Duduk di kursi tunggu bus sambil tengok tengok sesekali meyakinkan yang memakai switer FKMB beneran anak boyolali bukan. Tak lama kemudian mamih juli lian dan om hendra beserta om arthur di belakang mengikuti datang. Lama ngobrol ngobrol setelah lama tak bersua kami berlima di kursi tunggu serasa ada yang memperhatikan. Seorang gadis sendirian duduk tak jauh dari kursi kami sesekali mencuri pandang ke arah kami ntah dia rombongan kami atau bukan atau dia seorang solotravel juga belum tau. Setelah mamih juli call om amoy sebagai koordinatornya maka ketahuanlah bahwa orang yang memakai switer FKMB dan gadis sendiri tadi adalah rombongan ke serang rawadano juga. pukul 22:xx kami berangkat menuju serang dan karena saya capek perjalanan dari bandung menuju kampung rambutan saya pun tertidur dalam bis. Terbangun dan tetiba sudah sampai di serang yaitu di universitas UNTIRTA.
Dari UNTIRTA kami menuju RAWADANO keesokan harinya setelah subuh, selama 3 jam perjalanan menyusuri pedesaan. Melewati hutan dan perbukitan serta ladang warga desa. Setibanya di pemberhentian bus terakhir rombongan pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ntah jauhnya berapa kilometer, namun jika di ukur dengan lama perjalanan adalah 2-2,5 jam dengan berjalan santai. Sebelum ke rawa rawa kami menyambangi rumah pak udin sebagai guide dan operator sampan mini. Tak jauh dari rumah pak udin kami sampai di rawa rawa. Pagi hari yang mendung dan flat berubah menjadi berawan dan cerah setibanya di rawa rawa.
setelah capek seharian menyusuri rawa rawa kami lanjut ke villa camp carita yang terletak di atas bukit pantai carita. View yang bagus dari atas membuat villa ini mempunyai nilai lebih, namun sore itu mendung jadi tak nampak sunset yang indah. Malamnya di adakan acara bakar bakar rumah , eh salah bakar bakar ikan ding. Dan keesokan paginya setelah sarapan nasi goreng ala chef cipluk kami menuju air terjun gendang. Perjalanan dari villa di perkirakan sekitar 30 menit berjalan santai. Melewati hutan berpohon besar dan rindang memang membuat tidak bosan selama treking namun kok dari 30 menit menjadi 2 jam itu yang sangat menggeramkan.
Turun dari bus jurusan banyuwangi madura di sebuah perempatan setelah jembatan suramadu. Bangkalan pukul 02:00 dini hari terlalu dini bus AKAS sampai di madura. Di sebuah pos polisi saya menumpang sebentar sebelum melanjutkan perjalanan ke sumenep. Berjalan beberapa ratus meter menuju pemberhentian len. Arosbaya adalah transit pertama saya sebelum sampai desa torowan. Memiliki pantai yang tenang dan sepi desa torowan menjadi tujuan pertama karena saya tertarik dengan air terjun yang terletak di tepi pantai. Selesai makan pagi di gabung makan siang di sebuah warung setelah turun dari len di desa torowan saya arahkan kaki menuju pantai torowan. Sebuah air terjun dari sungai payau yang mengalir langsung ke laut membuat saya penasaran dan sesampainya di sana saya kurang puas karena air sedang berwarna coklat. Selesai mengambil beberapa foto saya menunggu len di seberang jalan.
Menuju tombru sebagai tempat transit sebelum saya sampai di sumenep. Dua jam lamanya perjalanan menuju sumenep tempat karapan sapi berlangsung. Ramai dan sesak dengan penonton begitu tiba di lapangan karapan sapi sumenep. Dari yang sedang bersiap lomba, kemudian crew atau mekanik sapi, bocah pengendara sapi yang dilombakan, dan penonton yang ramai meneriakkan kata semangat untuk peserta lomba.
Turun dari bus jurusan banyuwangi madura di sebuah perempatan setelah jembatan suramadu. Bangkalan pukul 02:00 dini hari terlalu dini bus AKAS sampai di madura. Di sebuah pos polisi saya menumpang sebentar sebelum melanjutkan perjalanan ke sumenep. Berjalan beberapa ratus meter menuju pemberhentian len. Arosbaya adalah transit pertama saya sebelum sampai desa torowan. Memiliki pantai yang tenang dan sepi desa torowan menjadi tujuan pertama karena saya tertarik dengan air terjun yang terletak di tepi pantai. Selesai makan pagi di gabung makan siang di sebuah warung setelah turun dari len di desa torowan saya arahkan kaki menuju pantai torowan. Sebuah air terjun dari sungai payau yang mengalir langsung ke laut membuat saya penasaran dan sesampainya di sana saya kurang puas karena air sedang berwarna coklat. Selesai mengambil beberapa foto saya menunggu len di seberang jalan.
Menuju tombru sebagai tempat transit sebelum saya sampai di sumenep. Dua jam lamanya perjalanan menuju sumenep tempat karapan sapi berlangsung. Ramai dan sesak dengan penonton begitu tiba di lapangan karapan sapi sumenep. Dari yang sedang bersiap lomba, kemudian crew atau mekanik sapi, bocah pengendara sapi yang dilombakan, dan penonton yang ramai meneriakkan kata semangat untuk peserta lomba.
Lelah dalam langkah meninggalkan Kawah Ijen saya menerobos sepinya kota banyuwangi menuju situbondo. Pukul 11:45 saya tiba di terminal bus ketapang, dan langsung naik bus menuju surabaya melanjutkan perjalanan ke Taman Nasional Baluran. Selama satu jam saya di atas bus menuju Situbondo sambil menikmati pantai yang terletak di samping jalan raya ketapang surabaya. Gerbang Taman Nasional yang terletak di pinggir jalan terlihat sudah dari kejauhan. 13:00 WIB di depan gerbang TN saya menanyakan kepada petugas dimana tempat pembelian tiket masuknya. Sambil bertanya tanya saya di sarankan untuk memakai jasa ojek karena jika berjalan kaki akan memakan waktu sekitar 2 jam. Dengan membayar 70 ribu saya di antarkan pulang pergi sampai pantai savana dan pantai bama. Melepaskan lelah sambil meregangkan otot otot yang kaku selepas menaiki dan menuruni kawah ijen.
Tak jauh dari padang savana yang gersang saya sudah sampai di pantai bama. Pantai bama adalah pantai berombak tenang dan sepi sangat baik untuk bersantai dan melupakan kepenatan selama bekerja dijakarta. Ingat brosur yang saya dapat dari kantor reservasi bahwa di pantai bama bisa snorkling, namun ketika melihat pantainya tidak ada terumbu karang maka saya urungkan niat saya untuk snorkling. Berjalan di tepi pantai menikmati tiupan angin berhembus sambil mengarahkan mata keduaku untuk mengambil gambar.
Saya memang suka banyak teman namun saya tidak bisa menikmati apapun ketika saya sedang dalam keramaian. Nisa jadi tempat yang sepi dan tenang seperti pantai bama inilah yang tenang untuk bersantai. Sebelum saya berhayal dan melamun di tepi pantai bama saya sempatkan untuk makan siang di cafe tepi pantai bama. Memesan nasi pecel dan es sprite sepertinya akan menambah daya berhayal saya. Harga makan pun tak mahal seperti di cafe cafe pada umumnya, hanya 8ribu untuk sepiring nasi dengan sayur pecel dan telur ceplok. Kenyang dan segar memulai untuk berjalan santai di tepi pantai bama, ada beberapa anak remaja yang sedang bersantai juga di pantai ini namun tak merusak ketenangan dan suasana pantai ini. Selesaihunting kira kira pukul 17:00 WIB saya putuskan untuk segera kembali ke gerbang dan menunggu bus arah ke surabaya atau madura.. Selama di TN baluran saya di antarkan dan di bantu pak wagino dengan beberapa cerita dukanya. Semoga anak bapak mendapat jalan keluar dan masalahnya segera selesai ya pak Wagino :), amin.
sempat saya mengambil gambar saat perjalanan dari pantai bama menuju gerbang TN baluran, ya di bekol alias savana :D
Ini adalah sebuah cerita lanjutan perjalanan keliling jawa timur, cielah keliling jawa timur si ceritanya padahal baru secuil hahaha. Oke mari di mulai saja ceritanya, melanjutkan dari pantai tanjung papuma pada hari jumat seusai shalat jumat di masjid baitul muttaqin ambulu. Selesai shalt jumat saya segera bergegas dan berjalan menuju terminal ambulu yang katanya ada bus yang langsung menuju bondowoso. setelah berjalan sekiranya 5km saya sampai juga di terminal bondowoso dengan di lihatin orang di sepanjang perjalanan. Jalan kaki, ya karena tidak ada angkot yang menuju terminal ini. Begitu sampai terminal ambulu saya heran kok sepi ya terminalnya??? eh ada tukang cendol di pinggir jalan akhirnya saya beranikan diri untuk bertanya, "mas ini terminal ambulu ya???kalo bus yang ke bondowoso ada ya mas dari sini???" dijawab oleh bapak yang sedang jajan es cendol bapak : "wah ndak ada mas kalo yang ke bondowoso, adanya ke arah surabaya. kalo mau ke ajung dulu mas nanti disana ada bus arah bondowoso. sini duduk dulu minum minum dulu nanti saya anter ke pangkalan taksi yang ke ajung". Dalam hati "waduh mati ni kalo naek taksi bakal kena mahal dah..." eh ternyata taksi yang dimaksud si bapak adalah angkot omprengan. Setelah diantar bapak yang mengaku aslinya dari Madura ini saya tiba di pangkalan taksi menuju ajung. Terima kasih banyak kepada bapak yang dari madura dengan motor thunder biru, saya berangkat menuju ajung dengan membayar tarif 10ribu. Belum lama berjalan taksinya hujan turun dengan deras, karena kondisi taksi memang sudah bapuk maka aer hujannya banyak yang masuk kedalam taksi. Hujan berlangsung dan tidak berhenti sampai saya turun angkot di Ajung. Di Ajung ternyata sudah tidak ada bis yang ke bondowoso sesuai saran ibu yang naik taksi bersama saya maka saya ikuti ibu ini ke Arjasa dengan menyambung lagi menggunakan len (* mungkin menulisnya line ) dengan membayar tarif 5ribu.
Alhamdulillah sesampainya di terminal arjasa jember hujan sudah reda. Dari terminal Arjasa jember saya naek bus sedang menuju situbondo, tadinya mau duduk di depan satu kursi sama mbak cantik ntah sapa namanya hahaha, eh tapi inget tas saya segede kulkas dua pintu tidak jadi deh. Di belakang agar si kulkas dapat tempat bersandar juga saya melintasi jalur arjasa menuju bondosowo dengan pemandangan di sekitar di dominasi hutan dan perkebunan. setelah 1 jam bus sampai di terminal bondowoso sebuah terminal kecil yang menghubungakan kota - kota kecil dengan kota besar surabaya. Pada awalnya saya mau turun dan berganti mobil yang menuju sempol, tapi kata petugas terminal sudah tidak ada mobil menuju sempol. Akhirnya saya naek kembali ke atas bus dan melanjutkan perjalanan sampai ke gardu ata bondowoso dengan tarif 7ribu. Sesampainya di gardu ata saya makan mie ayam dan sekaligus bertanya tanya apakah masih ada mobil menuju sempol. Hasil pencarian info mampu membuat saya bingung dan pasrah. Ya kenapa saya pasrah karena sudah tidak ada mobil menuju sempol mobil menuju sempol adalah terakhir jam 2an siang. Kemudian saran penjual mie ayam adalah dengan jasa ojek, setelah di tanyakan pun jasa ojek sampai paltuding adalah 150ribu "wanjerrr duit saya tinggal 200rebu ini mana cukup nantinya kalo buat naik ojek!!!" maka saya anggap bukan pilihan yang tepat. sepertinya saya akan menginap ngemper di sekitar gardu ata, namun ketika sedang ngobrol dengan tukang ojek saya lihat ada mobil elf biru yang melintas kencang spontan saya bertanya "pak apakah itu mobil ke sempol???", pak ojek menjawab : "oh iya mas itu mobilnya mari saya antar mengejarnya sapa tau masih ada kursi kosong". dengan diantar pak ojek saya mengejar mobil elf itu, dan sekitar 5km akhirnya kudapati juga mobil tersebut. setelah di klason dan meminta untuk berhenti mobilnya akhirnya berhenti juga, namun saya tidak menyangka setelah sudah naek di dalam ternyata mobilnya adalah mobil carteran warga telojek sepulang dari ziarah ke banyuwangi. Namun karena sopir dan penumpang baik hati saya di ijinkan menumpang sampai desa sempol. Selama dua jam perjalanan melewati hutan dan jalur yang berliuk liuk tak terbayang kalau tadi naik ojek pasti bakal serem banget dan dihantui oleh rampok rampok liar. Tak lama berhayal tentang rampok mobil berhenti di sebuah desa ya desa telojek dan semua penumpang sudah turun tinggal saya sendiri yang menuju desa sempol. Di sebuah rumah sederhana yang sebagian besar terbuat dari kayu saya dan sopir di persilahkan mampir dulu untuk meneguk kopi hitam dan beberapa batang rokok, namun sayangnya saya tidak merokok jadi saya tolak dengan halus tawaran bapak ahmad. Dengan sedikit pemahamana saya pun berusaha mencerna apa yang pak ahmad dan sopir bicarakan. Mereka sebagian besar berasal dari madura dan berasimilasi dengan warga asli desa telojek dan sempol. Karena saya tidak paham bahasa madura maka saya cuma bisa mengambil inti cerita ketika mereka mencampurnya dengan bahasa jawa, intinya mereka menceritakan anak- anaknya yang yang pandai bahasa inggris dan bahasa arab. Selain itu juga pak sopir sering bolak balik ke madura untukmenengok keluarga besarnya. Setelah saya selesai menumpang cas hape, buang air, shalat dan membersihkan muka serta tangan, begitu pula selesai juga urusan pak sopir dengan pak ahmad kamipun melanjutkan perjalanan ke desa sempol.
Dalam perjalanan pak sopir ahmad mukadzir bilang bahwa satu jam lagi paling cepat untuk sampai desa sempol. Dalam perjalanan pak kadzir banyak bercerita waktu remajanya, Dia menjadi sopir sudah sejak tahun 1995. Pertama kali pak kadzir jadi sopir adalah menjadi sopir truk penambang belerang. Namun setelah cukup modal untuk kredit mobil sendiri pak kadzir beralih profesi menjadi sopir taksi pada tahun 1998. Selain cerita tentang mobilnya yang baru sekali di repaint dan belum turun mesin pak kadzir juga menyarankan agar jangan berkendara motor menuju sempol pada malam hari karena di tengah hutan masih banyak rampok. Tak terasa sambil mendengarkan cerita pak kadzir kami sampai juga di desa sempol.
Karena mulai lapar saya sekalian makan di warung dan sekaligus mengorek info untuk menuju paltuding. Sambil makan saya tanya ke pada ibu penjual , saya : "bu, kalau ojek ke paltuding biasanya berapa ya bu?" ibu : "wes gak onok ojek le... sesok ae yo!!". Akhirnya saya lanjutkan makan dulu bersama seorang bapak dari banyuwangi yang sedang bakti sosial di puskesmas desa Sempol. Setelah beberapa suap nasi masuk kedalam mulut saya si ibu menghampiri dan bertanya :
"le koe arepe neng ngendi kok malam malam takok ojek paltuding??" ,
saya : "hehehe mau ke kawah ijen bu nonton api biru iku lo bu".
Trus saya melanjutkan makan dan si ibu malah ngomong dengan bahasa madura entah apa artinya saya tidak tau. Tapi karena si bapak yang didepan saya mengerti bahasa madura saya mendapat penerjemah dan arti kata - kata si ibu adalah : "mas jare ibu'e sampean besok ae ke paltuding, saiki nginep di rumah ibu'e. tapi tenang ae jare ibu'e gak usah bayar". Uhhhh jadi tersanjung si ibu baik banget sampai menawarkan nginep gratis segala, Tapi kan saya pengen melihat api biru, setelah si ibu melihatku tetap gelisah gara- gara ngotot pengen ke Paltuding malam itu juga akhirnya di telp lah seorang tukang ojek barang kali mau mengantar. Tak lama kemudian datang pak ojek yang menawarkan untuk mengantar ke paltuding. Saking baeknya si ibu sampai di bantuin nego ke tukang ojek biar lebih murah ke paltudingnya. Entah ngomong apa si ibu bilang "bla bla bla bla sewidek ewu totok paltuding yo.. bla bla bla " yang ku tangkep intinya si ibu nawar kalo sampai paltuding 60ribu mau gak?? trus bapak ojek bilang : "yowes gak opo ayok tak anterno". kalo siang katanya 50ribu ojek ke paltuding. pikirku beda sepuluh ribu malam malam gini yaudah lah saya setuju saja. Namun masih aja keusilan untuk nawar :
"pak 50ribu ae yo pak duite cekak iki aku pak..."
pak ojek : "wah gak wani aku mas 60 ribu iku wes murah".
Basa basi doank si hahaha yasudah ayok berangkat pakkk wes gak sabar iki aku pengen ndelok api biru...
api biru kawah ijen
Pukul 20:30 WIB saya berangkat menuju paltuding diawali dengan menyusuri desa kecil kemudian berganti hutan dan kami sempat melewati dua desa sebelum sampai paltuding, di desa terakhir pak ojek membeli bensin karena bensin dalam tengki tinggal sedikit. Karena semakin malam semakin dingin dan jalan semakin menanjak motor pak ojek sempat mengalami kendala yaitu ngadat dan mogok di tengah hutan yang sangat sepi. Namun setelah di genjot terus akhirnya motor kembali nyala dan jalan. Setibanya di paltuding keadaan sepi gelap gulita tanpa ada kehidupan. Saya segera menuju posko untuk melapor bahwa saya ingin mendaki gunung ijen untuk melihat api biru. Di pos penjagaan ada pak sutebi, kata pertama yang beliau ucapkan adalah "loh sampean gak kademen le??? kok gak pakai jaket", setelah itu di persilahkan masuk dan awalnya dilarang untuk naek sampai kawah. Karena kasihan melihat saya datang dari jauh akhirnya pak sutebi memberi tumpangan menginap sampai jam 2 malam sebelum naik ke kawah melihat api biru. Alhamdulillah dapat tumpangan menginap gratis dan bisa ngecas hape sama batere kamera. Setelah tidur dalam kedinginan tanpa jaket pada pukul 01:00 WIB saya mendengar ada suara jeep datang. Dua orang bule dan satu pemandu yang baru datang dari banyuwangi, bule tersebut dari ceko. Sesuai saran pak sutebi kepala petugas pos penjagaan di paltuding saya ikuti dua bule beserta pemandunya mas pendi. Pukul 02:00 saya mulai menapakkan kaki di jalur berpasir sedikit terjal gelap gulita. Tak lama kemudian jalur menjadi semakin terjal dan menanjak, namun dua bule dari ceko masih segar bugar menggeber laju langkah kaki mereka. Karena saya tak mau kalah maka saya paksakan untuk tetap mengikuti laju langkah kaki mereka. Setelah setengah jam perjalanan kira kira 1km sudah kami tempuh bule cewe bilang "wait wait give me a minute" detik berganti menit menit berganti puluh menit si bule cewe belum juga siap untuk melanjutkan perjalanan, karena mungkin mas pendi mengira akan lama saya di sarankan jalan duluan. Oke sepuluh menit sudah saya berhenti dan tubuh makin merasakan dinginnya udara malam saya segera melangkahkan kaki agar terjadi pembakaran untuk memanaskan tubuh. Ayunan langkah kaki mendentingkan alunan nada nada pasir yang bergesek di bawah sendalku. Gemuruh dari kawah yang sudah mulai terdengarpun seirama dengan nafasku yang memburu. Tak kuhiraukan pula nyanyian belalang dan jangkrik pada malam sunyi. Sejam berlalu perjalananku sudah tiba di pos penimbangan belerang hasil tambang. Bertanya kepada para penambang katanya untuk ke kawah masih sekitar 1,5 km lagi dengan waktu tempuh kira- kira 2 jam lagi paling lama. Tak lama setelah 30 menit saya sampai diatas puncak bukit dan melihat tarian bintang yang indah yang sayang untuk di lewatkan. Beratapkan bintang malam serta beralaskan lampu kota banyuwangi dan bondowoso benar seperti sedang di negri entah dimana.
taburan bintang di puncak bukit pegunungan ijen
Diatas puncak bukit itu saya sebentar menikmati indahnya malam dan menghirup dingin udara bercampur sedikit belerang yang menandakan bahwa kawah dan api biru sudah dekat. Ya ternyata benar kata penambang belerang yang lewat tinggal menuruni jalur bebatuan terjal sejauh 1km lagi maka sampailah di sumber api biru. Dengan ku ikuti langkah para penambang yang sedang turun dengan hati hati ku injakkan kaki di bebatuan yang terjal nan rapuh akhirnya 30 menit sedah berlalu saya sampai di sumber api biru yang sangat indah namun mematikan itu. Berdasarkan info dari penambang bahwa kalau matahari sudah nampak maka tandanya petugas keamanan kawah ijen sudah berpatroli. "jam berapa le sekarang???" tanya seorang penambang, dan saya jawab : "jam 4 pagi pak", kata pak penambang bahwa saya harus naik paling lambat pukul 05:00 karena petugas patroli biasanya sampai di kawah pada pukul 06:00.
api biru dari jauh
api biru dari dekat
Namun baru 15 menit saja saya sudah merasa hampir mati keracunan asap belerang yang sangat pekat dan kuat. Berbarengan dengan datangnya 3 bule dari polandia dan jerman saat itulah saya meninggalkan api biru. "too much smoke!!! this is no good no good!!!" teriak si bule dari jerman, "yes no good mister no good!!!lets go from here" sahut saya dengan keras juga. Segera saya meninggalkan area di selingi batuk terpingkal pingkal hingga sesak susah bernafas, ya memang salah saya sendiri saat itu lupa tidak membawa masker. pelan perlahan mulai menjauh dari sumber api dan asap belerang dengan menaiki jalur setapak berbatu terjal selama satu jam sampailah saya di bibir puncak kawah.
penambang belerang
penambang belerang
Sebelum sampai di puncak bibir kawah saya sempat mendapatkan foto para penambang yang sungguh luar biasa perkasa dengan beban 70-90 KG mereka terbiasa melalui jalur menanjak serta terjal. Semua itu dilakukan demi menghidupi diri dan keluarga mereka. Dan info yang saya dapat dari mas pendi ketika bareng menanjak menuju bibir kawah bahwa para penambang memiliki jantung yang berukuran lebih besar dari manusia normal lainnya, padahal di lakukan test medis mereka sehat secara medis namun ada perbedaan ukuran jantung bisa jadi di sebabkan aktifitas mereka yang begitu ekstrim. Bisa di bayangkan mereka bekerja menambang belerang sehari 24 jam dengan rata- rata istirahat 4 jam selama 24 jam, dan libur penuh pada hari jumat. jadi kalo di simpulkan para penambang ini bekerja 6 hari seminggu 20jam sehari. Selain bareng dengan mas pendi dan bule ceko saya juga barengn dengan pak budi beserta bulenya dari german dan polandia. Berdasaran cerita dari pak budi bahwa kawah ijen sudah terkenal sejak tahun 1975 di temukan oleh warga negara perancis dan di populerkan di eropa, makanya lebih banyak bule dari eropa yang sudah datang ke kawah ijen daripada bule dari asia dan indonesia. Kemudian barulah mulai di kenalkan ke asia sendiri pada tahun 1990an. Sedangkan nama ijen adalah diambil dari kata "ijen = sendiri", yang artinya pada zaman dahulu kawah ijen ini di temukan oleh seorang diri. Untuk terjadinya kawah ijen adalah dahulu sebelum terbentuk kawah adalah sebuah gunung aktif yang meletus dengan dahsyatnya sehingga terjadi cekungan yang sangat besar dan kemudian terisi oleh air hujan dan bercampur dengan belerang dari kawah gunung berapi tersebut. Seiring berjalannya waktu maka semakin besarlah luas kawah ijen di tambah pula dengan letusan letusan susulan berikutnya.
penambang belerang meninggalkan kawah
Sesampainya di puncak bibir kawah saya masih bersama 3 bule dari polandia dan german. Sempat saya bertanya tentang perjalanan mereka, ya ternyata andieas yang berasal dari german bertemu dengan maciek dan pacar maciek di bali. Karena saya merasa enak ngobrol dengan andieas maka saya lebih banyak tau tentang andieas yang katanya setelah dari ijen mau ke surabaya kemudian jogja dan balik ke german. Sebelum say goodbye dengan andieas dan maciek saya beranikan diri untuk meminta alamat email, barang kali bisa berkomunikasi dan bertukar cerita tentang perjalanan.
Setelah menunggu pemandangan danau kawah ijen sampai jam 07:00 belum juga terlihat dari tertutup kabut akhirnya kami berempat memutuskan untuk turun. Perjalanan turun ternyata lebih cepat padahal sambil hunting foto dan berinteraksi dengan para penambang. setengah jam dari puncak bibir kawah saya dan 3 bule sudah sampai di pos penimbangan belerang. Kemudian setelah foto bersama sebagai kenang kenangan kami melanjutkan perjalanan turun dan bertemu dengan banyak orang yang baru saja datang dan naik untuk melihat kawah dari puncak bibir kawah. Tak lama berjalan akhirnya setelah 1,5 jam saya dan 3 bule sampai di paltuding.
di puncak bibir kawah ijen
Kawah ijen tertutup kabut dan asap belerang
dari kanan : maciek, maciek girlfirend, andieas, fathur, penambang belerang
view selama menuruni pegunungan ijen
pemandangan selama menuruin pegunungan ijen di pagi hari
jalur pegunungan ijen
pepohonan hijau tertutup kabut
jalur pegunungan ijen
satu persatu penambang berjalan menuruni pegunungan ijen
Pak sutebi di pos paltuding
Setelah cukup bercakap cakap dengan pak sutebi bertanya tentang banyak hal di kawah ijen saya di sarankan untuk menumpang truk material sampai di erek-erek (jalur hutan menuju banyuwangi ) karena memang tidak ada ojek yang standby di paltuding. Menumpang truk material saya bisa turun di erek erek dengan gratis namun, ada namunnya. Ternyata dari erek erek ke desa terdekat sebelum licin masih sangat jauh kata orang yang sedang memperbaiki jalan jika di tempuh dengan ojek bisa 1 atau 1,5 jam dan 2 atau 3 jam sampai licin. Namun mau bagaimana lagi karena dompet tak memenuhi standar untuk menyewa jip yang sedang parkir di erek erek maka saya beranikan diri untuk jalan kaki semampunya menyusuri jalanan tengah hutan itu. 500 meter pertama jalur yang saya lewati masih ramai dengan lalu lalang orang yang sedang memperbaiki jalan. Ketika di tambah 500 meter lagi ternyata terakhir orang yang saya temui adalah ibu penjual dadakan di ujung perbaikan jalan, setelah itu hanya suara burung dan angin yang menggesekkan daun yang menemaniku. Tanpa terpikir adanya rampok atau hewan buas ataupun setan dedemit saya terus melangkahkan kaki agar tak terasa jauhnya perjalanan. Tak kusangka hampir 2 jam sudah berlalu dan kira kira perjalanan sudah sekitar 3km berbanding lurus dengan lemasnya kaki untuk melangkah. Entah hanya "krungu- krungunen" bahasa jawanya atau memang ada jip dari belakang saya dengar suara deru mesin mobil. Tanpa menoleh ternyata benar tiba tiba mobil jip sudah mendahuluiku dan sempat ku tengok ke arah kaca pintu mobil berharap pak sopir menawarkan tumpangan. Tapi harapan tinggal harapan mobil tetap melaju beberapa puluh meter kedepan. Beberapa kali berkedip mata saya melihat ntah sedang berhalusinasi atau nyata mobil jip yang lewat tadi berhenti sekitar 50 meter di depan saya. Dalam hati gembira tak terkira dan segera menghampiri ke kaca pintu depan dan bertanya "pak ate nengdi?? neng desa licin gak pak?? entuk numpang aku pak??", jawab sang pak sopir : "iyo le ayo munggah wae iki aku ate neng banyuwangi". Wahhh terima kasih banyak pak sopir sudah mau memberi tumpangan, betapa senang dan tak menyangka pertolongan Allah datang tak disangka sangka. Kaki yang sudah lemas akhirnya bisa di istirahatkan dan si kulkas dua pintu bisa di lepas dari punggung. Di dalam mobil saya banyak di ceritakan oleh pak didik yang saat itu sebagai sopir juga sebagai bos bisnis travel adventure are banyuwangi. Pak didik biasa mengantar para bule untuk melihat indahnya kawah ijen dan beberapa wisata lainnya di banyuwangi seperti pantai teluk ijo, pulau merah, pantai plengkung dan sebagainya. Tidak ada salahnya karena saya sudah diberi tumpangan dari erek erek sampai kota banyuwangi maka saya ikut promosikan travel adventure milik pak didik.
jalur via banyuwangi sedang di perbaiki
jalur hutan menuju jambu sebelum licin
Terima kasih banyak untuk pak didik dan semoga sukses dengan bisnis travel adventurenya. Sesampainya di banyuwangi saya di sarankan untuk ke terminal ketapang banyuwangi. Setelah dari terminal ketapang saya menuju situbondo dan berhenti di taman nasional baluran, tidak sesuai rencana awal yang tadinya akan ke pulau merah. Karena pulau merah masih jauh dari sentuhan pemerintah sebagai tempat wisata maka tidak ada kendaraan umum dan ojek pun tidak semua mau mengantar karena jalur yang jelek dan tak mudah. Lanjut menuju taman nasional baluran. Dari terminal ketapang saya naek bus selama satu jam perjalanan dengan membayar tarif Rp 7000.
sedikit video perjalanan
*Info penting :
1. jika ingin berkunjung ke kawah ijen sebaiknya pada musim kemarau karena api biru akan lebih besar dan indah.
2. Jika kamu seorang cewe maka saya dan warga sempol menyarankan jangan bepergian sendiri pada malam hari, pilihlah sampai di sempol siang hari. Atau kamu dapat memilih jalur banyuwangi tapi untuk 2 atau 3 bulan kedepan karena sekarang jalur sedang di perbaiki.
3. Jika kamu rombongan kamu bisa menyewa jip agar lebih nyaman dan tidak terasa mahal membayar sewanya, untuk no pak didik adalah sebagai berikut :
4. akses menuju kawah ijen dapat di tempuh melalui jalur bondowoso dan banyuwangi, saran saya jalur yang dekat adalah jalur banyuwangi namun lebih ekstrim dan terjal.
5. untuk rincian biaya :
a. bus dari surabaya menuju ambulu 26ribu + 14 ribu
b. angkot dari ambulu ke arjasa 10ribu + 5 ribu
c. bus dari arjasa menuju gardu ata 7ribu
d. taxi dari gardu adat menuju sempol 15ribu
e. ojek dari sempol ke paltuding 50-60 ribu
f. ada penginapan seadanya yang sekarang sudah ada di paltuding dan sedang di tambah lagi homestay di paltuding.
g. untuk transpotasi turun saya alhamdulillah dapat full gratis sampai banyuwangi jadi kurang tau harga tarifnya :D
Masih merupakan perjalalanan lanjutan dari gunung merapi, namun kali ini bukan gunung tapi pantai. Ya tujuan berikutnya adalah pantai pasir putih malikan atau di singkat papuma. Sebelumnya rencana awal adalah gunung Merbabu dan gunung Lawu sebelum menuju pantai Papuma. Namun karena cuaca sudah mulai sering hujan maka demi keselamatan saya tunda dulu untuk gunung Merbabu dan Lawu. Melanjutkan perjalanan ke kota jember demi sebuah pantai papuma. Pantai Papuma adalah pantai yang terdapat semenanjung atau tanjung, maka pantai papuma lebih sering di sebut tanjung papuma. Untuk menuju pantai Papuma saya berangkat dari Boyolali menuju Solo dengan bus jurusan Semarang - Solo. Kemudian dilanjutkan menuju surabaya dengan bus Jogja - Surabaya. Karena pantai Papuma lebih dekat dengan kecamatan Ambulu bukan kota Jember maka dari Surabaya lebih baik menuju Ambulu bukan Jember. Untuk menuju Ambulu dari Surabaya dapat menaiki bus jurusan Banyuwangi yang melewati Lumajang dan turun di terminal Wonorejo sebelum berganti bus jurusan Ambulu. Pada saat di terminal Wonorejo sambil menunggu bus ke Ambulu lewat saya manfaatkan waktu untuk ngobrol dengan seorang anak pengamen bernama adit. Adit berasal dari Banyuwangi dan setiap harinya adit keliling kota di Jawa Timur untuk mencari duit. Dalam sehari Adit biasanya mendapatkan uang paling banyak 75ribu dan paling sedikit 30ribu. Uang yang terkumpul Adit gunakan untuk makan sehari bersama dua adeknya. Setelah beberapa saat mengobrol dengan Adit sampai waktu tak terasa dan bus jurusan Ambulu sudah tiba.
Pada pukul 10:00 saya meninggalkan Wonorejo menuju Ambulu, dan tiba di Ambulu pada pukul 12:00. kemudian saya melanjutkan ke Papuma dengan jasa ojek, dengan waktu tempuh adalah 1 jam perjalanan ojek meminta 30ribu untuk harag sewa jasanya. Pukul 13:00 saya sudah tiba di pantai Papuma. pada saat saya tiba di pantai ini langit masih berwarna biru cerah di hiasi oleh awan putih. Namun menuju senja langit semakin kelabu dan hitam. Hingga akhirnya pada pukul 16:30 langit mendung di iringi oleh tetes air hujan. Saya sengaja menunggu hujan sampai pukul 17:30 namun tak juga reda dan berganti cerah. Tiada harapan untuk sunset tanjung Papuma akhirnya saya memilih untuk menuju mushola sambil menunggu magrib. Dan berharap keesokan paginya saya mendapati sunrise yang berwarna.
Sampai pukul 20:00 saya masih di mushola dan akhirnya menjatuhkan pilihan untuk tidur di mushola. baru tidur 1 jam tiba tiba saya di bangunkan oleh petugas keamanan pantai papuma dan menyarankan saya untuk menumpang di lobby penginapan atau pos keamanan. namun akhirnya petugas tidak memaksa dan tetap membiarkan saya menumpang tidur di mushola. kemudian saya melanjutkan tidur hingga pukul 03:45. sesuai alarm yang sudah saya set saya bangun dan memasak air panas untuk membuat energen dan kemudian shalat subuh dan meninggalkan mushola menuju sitinggil. pagi yang lebih berwarna di bandingkan senja sebelumnya. hingga pukul 08:00 saya gunakan untuk explore daerah pantai papuma. dan pada pukul 08:30 saya sudah kembali ke mushola sesuai kesepakatan dengan tukang ojek untuk bertemu di mushola pukul 09:00. sebelum meninggalkan papuma saya menitipkan tas caril saya ke tukang ojek sebentar untuk di tinggal mandi. setelah selesai mandi saya diantar tukang ojek menuju masjid besar kecamatan ambulu. karena masih pukul 09:40 maka saya mencari warung makan terlebih dahulu untuk mengisi perut yang sudah lapar. selesai makan saya menunggu pintu gerbang masjid di buka di warung kopi samping masjid dan mengobrol dengan orang sekitar masjid besar ambulu.
video perjalanan
Rincian biaya:
solo - surabaya : 30K
surabaya - wonorejo : 24K
wonorejo - ambulu : 18K
ambulu - papuma : 30K
penginepan : gratis *kalo mau sewa homestay harga mulai 150 - 300an ribu.
makan relatif mahal : 15- 25 ribu satu porsi