# Video Perjalanan Menuju NTT #
Cukup mengunjungi dan menangkap berbagai pengalaman baru serta melihat kegiatan warga kampung Bena saya dan Ndank melanjutkan ke tujuan selanjutnya. Riung, ya awalnya saya hanya tau namanya Riung. Bermodal kata Riung sudah banyak orang yang tau kenapa saya dan Ndank ingin banget pergi kesana. Sebuah taman laut 17 Riung yang cukup terkenal dengan kepulauan dan pesona underwaternya. Disalah satu postingan saya ada komentar dari teman saya waktu SMP, Andina namanya yang mengenalkan dengan temannya yang seorang dokter yang sedang “semacam magang”di puskesmas Riung bisa di bilang mengabdi untuk warga masyaraka Riung. Setelah janjian bahwa malam harinya akan tiba di Riung saya dan Ndank pun segera mengemasi barang dan lanjut tancap Gas. Melintasi pelosok desa dengan jalan yang semakin dalam masuk pelosok semakin rusak parah bagaikan usai di hujani oleh geranat hingga hancur tak beraturan. Jalanan sepi kanan kiri pun tak ada perkampungan atau rumah warga, hanya beberapa kebun warga yang pemiliknya tinggal di desa agak jauh dari kebun. Senja semakin meninggalkan kami berdua tanpa orang lain lagi yang ada di jalan ini. Jalanan menjadi terasa semakin sepi karena senja semakin gelap dan pandangan semakin sempit.
Jalan yang jauh dari perkampungan ini gelap total, jangankan lampu penerangan jalan lawong lampu rumah atau bahkan rumahnya warga desa pun tak ada satupun. Sempet melihat ada sedikit rumah suatu perkampungan ketika masih terang di beberapa belas km kelewat. Tersisa cahaya yang melekat di depan motor kami berdua yang cukup menerangi jalanan terjal hancur berbatu dan berdebu ini. Karena lampu di dominasi dari kendaraan kami berdua justru membuat pandangan kami leluasa tidak ada silau dan cukup terang di bantu oleh cahaya bintang dan galaksi susu, eh bimasakti maksudnya. Jalanan yang gelap memaksa mata kami berdua harus fokus dan terus terjaga menyorot kedepan dan kanan kiri karena ternyata jalan yang kami lintasi adalah diatas tebing. Berjalan di atas tebing terkadang di kanan atau di kiri tebing naik turun dan berkelok menandakan bahwa pantai masih cukup jauh. Rasanya memang ngeri cuma berdua riding di jalanan rusak berbat berdebu dan kanan kiri pun kadang berupa jurang/ tebing curam. Selama berkendara sempat terlintas fikiran negatif dan takut namun apa boleh buat kami harus terus melaju dan mlintir gas motor kami. Beberapa saat kemudian entah dimana kami berdua pun tak tau rimbanya kedatangan tamu tak di undang. Tadinya kami riding berdua yang harap harap cemas kini menjadi riding bertiga dan justru semakin cemas. Pikiran jelek pun terus membayangi saya ntah dengan Ndank, apakah orang ketiga ini berniat jahat atau entahlah. Semakin dalam masuk jalur yang semakin absurd pohon tinggi tinggi menjulang di kanan kiri jalan serta semak belantara yang sangat rapat namun orang ini tak menunjukkan akan melakukan perbuatan jahat. Bahkan jikalaupun dia orang jahat sudah habis kami di babat dari belakang sedari tadi. Yasudah akhirnya saya berfikir positif bahwa memang orang ini adalah teman riding kami selama perjalanan sampai Riung. Terus riding bertiga menyusuri hutan bambu, hutan jati, dan perkebunan warga yang pemiliknya entah dimana yang jelas tinggal nan jauh disana. Perjalanan malam gelap di temani cahaya bintang dan lampu motor kami bertiga. Milkyway kesukaanku pun ikut menghibur dari atas sana bahkan hampir membuatku melamun dan tidak konsentrasi dalam berkendara. Lupa kalau jalan masih beberapa kali di batasi jurang efek terpesona oleh milkyway yang begitu terangnya saya hampir masuk jurang. Tidak cuma sekali hampir keluar jalur bahkan beberapa kali saya hampir masuk jurang dan masuk semak belukar. Jalanan yang lurus mulus tiba tiba belok 90 derajat tanpa ada rambu rambu dan penerangan hanya dari motor kami bertiga. Orang yang tidak terbiasa lewat jalan ini seperti saya pasti kedandapan gelagepan mengatasinya.
Akhirnya kami selesai melintasi jalur penuh kejutan dan jalan pun mulai datar serta lurus. Kami manfaatkan untuk meggeber motor kami sekencang- kencangnya agar cepat sampai karena hari semakin malam dan raga ini lelah sekali rasanya. Beberapa belas menit menggeber motor melewati jalanan lurus mulus aroma pantai Riung pun tercium sudah. Orang ketiga yang ikut riding yang akhirnya saya ketahui seorang TNI berteriak memanggil kami sepertinya menawarkan untuk mampir sambil berbelok masuk gang. Dan beberapa menit kemudian kami tiba di masjid, dan warga muslim Riung telah selesai melaksanakan shalat Isya berjamaah. Shalat, istirahat sebentar dan kemudian menghubungi Dr Faiz teman Andina sekampus di UNDIP Semarang. Saya dan Ndank menginap 2 malam di rumah dinasnya Dr Faiz. Malam itu di awal perkenalan kami di mulai dengan ngobrol di ruang tengah sejam dua jam bercerita tentang perjalanan kami. Dr Faiz berasal dari Pulau Sabu namun besar di Kupang. Orang baik, mudah melebur dengan orang baru, gokil dan rupanya dokter muda yang sedang PTT di PUSKESMAS Riung ini suka naik gunung juga. Salah satu ceritanya adalah pernah mau naik semeru namun karena merasa sedang sakit kemudian mendiagnosa sendiri dan akhirnya ketahuan bahwa harus operasi maka di batalkannya rencana dia naik ke Semeru. Malam perkenalan kami saat itu adalah hari Kamis, dengan arti bahwa keesokan harinya adalah hari Jumat. Saya ceritakan niat dan rencana kami berdua bahwa sangat ingin snorkling dan hoping island di taman laut 17 Riung. Karena hari Jumat adalah hari baik dan hari besar umat Islam yang artinya ada ibadah besar yang harus di tunaikan yaitu shalat Jumat maka disarankan lah untuk oaginya ke bog S ( bog=kelokan) untuk melihat sunrise dan melihat taman laut 17 dari atas bukit.
Seusai shalat jumat barulah saya dan Ndank explore taman laut 17 Riung. Karena waktu kami lebih singkat kami hanya mengunjungi pulau 3, pulau Rutong dan pulau kelelawar. Di pulau 3 sebelum mendarat ke pantainya kami mencoba snorkling namun arus bawah sedang kencang, hanya lelah yang saya dapat pemandangan juga jadi kurang jelas terlihat. Di spot snorkling kedua pun yang letaknya dekat pulau Rutong juga tak terlihat ada pemandangan bagus. Ya tidak mengapa karena uperwaternya pun sangat indah menawan dan memikat hati. Pulau Rutong yang menjadi primadona dan ikon bahwa kalau sudah mengunjungi pulau Rutong berarti sudah ke Riung. Bermain di tepi pantai dan bisa juga mengexplore ke atas bukit pulau Rutong serta pemandangan dari atas pun sangat indah. Hamparan pasir putih berkilauan di sapu ombak serta air laut gradasi biru muda hingga biru tua terlihat sangat cantik. Rumput tipis hijau mulai kecoklat-emasan di permukaan bukit pun menambah semakin eksotis untuk di jadikan spot foto- foto selfi atapun narsis.
Lanjut menuju pulau Kelelawar, ya untuk pulau kelelawar kami tidak di sarankan turun dari perahu karena cukup melihat dari atas perahu kelelawarnya sudah mendatangi dan menghibur kami yang datang. Bisa di perkirakan ada ratusan bahkan ribuan kelelawar yang mendiami pulau kelelawar ini. Selesai menengok kelelawar ( kalong lebih tepatnya karena ukurannya yang besar ) kami pun merapa ke dermaga dan masih sempat di beri kejutan sunset yang begitu menakjubkan. Dengan foreground beberapa perahu bersandar di dermaga kemudian jembatan dermaga sendiri bisa di manfaatkan sebagai foreground dalam membidikan kamera.