Sabtu, 06 Januari 2018

Bonus Akhir Tahun, Kejutan Dadakan Piknik Nyicipi Sulawesi

IMG_3890

Sesungguhnya jauh hari saya sudah memutuskan untuk rehat dari dunia perpiknikan. Tepatnya saat itu adalah akhir bulan oktober 2017 selain alasan cuaca yang sudah memasuki musim penghujan juga untuk belajar ngerem terus mengikuti hawa nafsu piknik saya. Hemm yang namanya tuntutan peran tidak bisa di hindari ya mau gimana lagi kan. Ya awal bulan November malah di minta menemani pak bos juga team solo untuk piknik ke Bromo, namanya rejeki tidak boleh di tolak tho. Oke cerita tentang Bromo nanti di tulisan yang lain saja ya, sekarang saya ceritakan Sulawesinya dulu aja.

Berawal dari tawaran ikut tender di Makassar di grup internal kerjaan kemudian berlanjut saya japri pak bos. Karena ini perintah dari atasan yasudah saya manut saja dan segera cek tiket Surabaya- Makassar. Oke done tiket sudah saya bayar untuk 11-14 Desember 2017, hemm saya kira sudah clear ternyata dapat telp dari pak bos, “ lohhh kok langsung beli tiket pulang tanggal 14? Emang gak mau jalan jalan dulu ke wakatobi? “ walah terlanjur tho saya kira cuma ikut tender aja ternyata di suruh piknik dulu euy. Perubahan jadwal pertama dari tanggal 14 ke 19 Desember 2017, eh sampai makassar kemungkinan juga tidak nyandak dan akhirnya saya reschedule lagi dari 19 ke 21 Desember 2017. Nah dari tanggal 11-14 itu memang gak ada agenda jalan jalan karena memang dari pagi hingga sore kami ada tender E-auction di kantor Telkomsel Makassar. Tendernya gak usah di ceritain lah ya, soalnya gak dapat juga diantara 4 projek yang di ajukan. Oiya tanggal 14 karena acara tender sudah selesai dan tidak ada beban kami malamnya diajak pak bos nonton bareng star wars the last jedi di Mall Panakukang. Selesai nobar di lanjut mencoba mie Titie khas makassar di depan pelabuhan Makassar. Saya jelasin sedikit aja ya tentang mie Titie, ya jadi mie nya itu kriuk- kriuk kayak mie instan anak kecil gtu kemudian ada potongan ayamnya kecil kecil dan di guyur kuah yang menurut saya rasanya tidak manis, tidak asin, lebih ke tawar atau hambar. Saya perhatikan teman- teman yang lain di tambahkan saus dan kecap, mungkin akan lebih ada rasanya setelah di tambahkan saus dan kecap. Mie Titie bagi lidah saya masih masuk sih daripada saya harus makan coto dan palubasa karena saya tidak makan daging sapi atau jeroan kambing dan sapi. Ya begitulah pembukaan di Makassar, baiklah cerita inti jalan- jalan akan saya tuliskan secara garis besarnya di bawah ini ya, nanti cerita detail lengkapnya saya buat lagi per bagian saja.

Jumat 15 Desember 2017 Perjalan di mulai dari Makassar menuju Bau- bau. Pernerbangan kami pukul 16:20 dengan pesawat ATR alias baling- balingnya Wings. Saya, bang Isral dan Qory mendarat di Bau- bau pukul 17:30 pas banget langsung di sambut sunset. Ya jadi ceritanya kami mampir Bau- bau ketemu team FMC Bau- bau baru kemudian lanjut ke Wakatobi. Di Bau- bau kami sempat jalan- jalan ke benteng terbesar di Indonesia yaitu benteng kerajaan Buton. Langit pulau Buton agak mendung hanya bias bias semburat senja yang memerahkan langit saat itu. Hingga gelap datang matahari tidak Nampak sedikitpun. Ketika gelap kami segera melanjutkan menuju homebase team Bau- bau yang letaknya agak pinggir dari kota. Sebenernya Bau- bau punya banyak potensi wisata yang menawan, sayangnya waktu saya tidak banyak di sini. Keesokkan harinya sabtu 16 Desember 2017 saya dan Qory diantar sama bang Anton Gondrong menuju pelabuhan kamaru Lasalimu. Pagi hari gerimis datang lebih awal belum jua kami berangkat sudah di sambut langit gelap dengan tetesan air langit. Sarapan sebentar di depan STAIN Bau- bau kemudian pamitan sama bang Isral dan lanjut menuju pelabuhan Kamaru diantar bang Anton. Untuk pertama kalinya saya naik Hilux double cabin yang juga all wheel drive dan untuk pertama kalinya ini langsung mendapat kesan yang WOW. Mobil yang terkenal tangguh karena 4×4 ketika menanjak tajam dengan jalan aspal basah karena gerimis justru selip di tengah tanjakan dan sempet mundur 1-2 meter. Dagdigdug jantung berdebar karena sebalah kanan kiri ada jurang menganga namun setelah posisi gear di pindah ke low gear mobil berhasil merayap maju. Hemm pikir saya “ ternyata AWD aja bisa selip “ tapi syukurah kami selamat. Semakin jauh meninggalkan kota Bau- bau jalan semakin sepi juga rumah- rumah warga semakin jarang. Langit terlihat perlahan berubah dari mendung menjadi cerah dan berangsur gerimis pun berhenti. Meski sudah tidak gerimis namun sisa basahnya di jalan masih kami rasakan beberapa kilometer. Di beberapa tikungan cukup tajam mobil sempat melintir beberapa kali. Wah kok serem juga ya mobil besar ini, karena penasaran kami berhenti untuk mengecek kondisi ban. Saya pikir karena gembos atau ada baut yang kendor eh rupanya karena ban belakang sudah alus alias minta di ganti. Akhirnya kami mengurangi laju kendaraan agar tidak terjadi hal- hal yang tidak di inginkan. Setelah melewati beberapa belas kilometer hutan heterogen kami memasuki perkampungan yang masih banyak rumahnya terbuat dari papan dan berupa rumah panggung. Dan karena jalan sudah kering kami setuju untuk menambah kecepatan agar tiba di pelabuhan tidak ditinggal oleh fery. Beberapa hutan Bau- bau saya perhatikan masih dalam kondisi asri dan sehat. Semoga hutan tetap terjaga dengan baik dan lestari.

IMG_3920

Perjalanan selama kurang lebih 3 jam dari kota Bau- bau kami tempuh hingga pelabuhan Kamaru. Alhamdulilllah kami tiba di pelabuhan pukul 11:45 dan ferry dari Wakatobi masih perjalanan merapat menuju pelabuha Kamaru. Cukup waktu untuk sebentar istirahat meluruskan kaki dan punggung setelahh 3 jam menempuh perjalanan. Terlihat tidak banyak calon penumpang yang menunggu di pelabuhan. Saya pikir awalnya belum banyak tetapi memang penumpang kapal ferry lasalimu- wakatobi tidak banyak,, di dalam ferry pun juga sangat longgar tidak semua bangku terisi. Saya dan Qory naik kapal ferry yang masih baru dan ternyata memang ferrynya belum lama di kirim dari Surabaya. Karena masih baru kesan mewah setiap sudutnya sangat terasa. Selain masih baru karena tidak penuh saya pun merasakan nyaman di dalam ferry. Menurut info yang say abaca perjalanan dari Lasalimu – Wakatobbi di tempuh dalam 3 jam pelayaran laut. Pukul 16:30 kami sudah tiba di pulau Wangi- wangi salah satu kepulauan Wakatobi. Menunggu sebentar di jemput oleh pak Ali salah satu Team FMC Bau- bau yang standby di pulau Wangi- wangi. Limabelas menit menunggu saya sambil mengarahkan kamera Hp saya ke beberapa sudut pelabuhan. Datang pak Ali bersama istri mengantarkan sebuah motor yang di pinjamkan kepada kami untuk mengexplore pulau Wangi-wangi. Kami diantar ke hotel dekat pelabuhan, Hotel Wakatobi namanya. Setelah check in saya langsung cek kebelakang hotel sepertinya ada spot yang bagus. Ya memang benar di belakang ada anjungan kecil yang tepat banget untuk nyantai menunggu sunset.  Lumayan kan hari pertama baru tiba langsung dapat spot sunset yang syadu.

IMG_3944

Keesokan harinya saya dan Qory menjelajah Wakatobi versi daratan saja. Di mulai dengan Goa kontamale kemudian goa tee kasopi. Kedua goa ini bagus dan oleh warga di manfaatkan untuk mandi dan mencuci pakaian. Lanjut dari Goa kami menuju Sombu dive shop yang katanya di sekitar jetty pemandangan bawah lautnya begitu Wow. Sebentar menjajal kacamata renang baru di Sombu jetty kami lanjut lagi ke pantai sebelahnya yaitu Waha dan yang agak jauh Moli Sahatu. Setelah dari moli sahatu kami sempat mampir ke pantai yang gak ada namanya namun ramai dikunjungi warga sekitar. Kemudian menurut artikel yang saya baca ada puncak yang cukup bagus untuk melihat Wakatobi dari ketinggian. Ya kami lanjut ke puncak wanginopo alias puncak Toliamba. Dari puncak Toliamba dapat terlihat pantai. Puncak Toliamba panas banget dan pas kami disana waktu menunjukkan pukul 13:xx ya memang lagi panas panasnya sih. Gak lama di Toliamba kami langsung turun menuju goa Tee Kasopi lagi, karena masih penasaran ingin berenang. Yuhuuu airnya seger banget dan bersih tentuya. Mandi sambil lihat anak anak kecil sedang bermain berlarian bekejaran. Nah habis berenang dan berendam di Tee Kasopi kami balik lagi ke Sombu. Saya pikir air masih bening dan angin tidak kencang. Namun kenyataan berkata lain, yasudah akhirnya sembari menunggu senja datang kami istirahat sambil bersantai di gazebo sombu dive kantin. Memesan kopi dan cemilan berupa singkong gorong krispi dengan sambel gurih pedas. Sore itu Allah memberikann rejeki berupa langit senja yang indah. Meskipun sedikit tertutup mendung namun beberapa semburat merah dan gumpalan awan di sekitar mendaratnya matahari di laut cukup mempesonakan pengunjung sombu sore itu. Cerita lengkapnya nanti ya di tulisan yang lain saja, disini saya ceritakan grambyangan nya aja secara garis besar.

IMG_3982 IMG_4014 IMG_4051 IMG_4055 IMG_4080 IMG_4095 IMG_4097 IMG_4125 IMG_4129 IMG_4153 IMG_4175

Hari berikutnya saya ngajak Qory untuk bersiap lebih pagi dan berburu sunrise. Tujuan pertama kami adalah pantai Sousu dekat bandara Matahora. Sebelum sampai di pantai Sousu kami berhenti di depan masjid yang awalnya kami kira pantai Sousu, namun ternyata bukan dan spot kami sepertinya tidak ada namanya. Oiya pantai Sousu ini tidak ada di google map jadi kami pun tidak mudah mendapatinya. Karena ragu di spot yang kami injaki saat itu akhirnya kami jalan lagi sampai akhirnya bertanya ke salah satu penjaga resort Matahora, ternyata pantai Sousu masih lurus lagi di ujung jalan ada pertigaan kecil nah pantai Sousu yang belok ke kanan. Alhamdulillah sunrise pagi itu sungguh mempesona. Dengan beberapa objek foto sekitar pantai ada beberapa perahu milik nelayan setempat serta di pinggir pantai banyak tumbuh pohon kelapa. Di ujung mata memandang kedepan ada pulau Matahora.  Tak jauh dari pantai Sousu kami balik arah menuju Kampung Liya Togo. Kampung warga yang tinggal di atas benteng kerajaan Liya. Menurut artikel yang saya baca kami bisa melihat proses pembuatan kain tenun tradisional khas wakatobi serta kegiatan warga kampung. Namun sepertinya karena bukan hari libur kami berkeliling kampung tidak menemukan ada warga yang sedang menenun. Warga kampung beraktifitas biasa seperti kampung lainnya. Nah di kampung ini ada masjid tertua yang merupakan awal penyebaran islam di kepulauan Wakatobi. Setelah dari masjid Liya Togo kami lanjut lagi menuju destinasi berikutnya yaitu kampung bajo mola. Ahahaha sebelum berhasil explore kampung bajo mola malah ban motor yang kami bawa keliling wakatobi bocor. Setelah selesai ganti ban dalam kami balik lagi ke Kampung bajo mola untuk sebentar eksplore. Tau kan suku bajo sang penguasa laut di Indonesia? Ya sebagian besar mereka tinggal di pinggir laut bahkan ada yang tinggal di atas perahu.

IMG_4180 IMG_4218 IMG_4237 IMG_4254 IMG_4270

Sebelum lanjut perjalanan kami mampir sarapan dulu di dekat pelabuhan, kami makan gado- gado yang harganya sama dengan harga nasi goring juga ayam goreng yaitu 30ribu per porsi nya. Setelah kenyang sarapan lanjut lagi menuju Sombu, Iyak betul karena saya masih penasaran sama pemandangan bawah lautnya dan hari sebelumnya belum puas snorklingnya. Tiba di Sombu sudah pukul 10:xx arus sudah mulai kencang dan air pasang. Karena arus cukup kuat dan saya sudah lelah akhirnya naik dan balik ke kantin sombu dive. Sambil istirahat sebentar saya memesan minum dan numpang ngecharge HP. Setelah dari Sombu kami mampir sebentar di pantai Cemara karena hari sebelumnya cuma lewat doank dan masih penasaran. Dari pantai Cemara nyoba nyari pantai yang belum kami datangi yaitu pantai Onowa. Pantainya benar- benar sembunyi dan aksesnya pun hanya bisa untuk sepeda motor atau jalan kaki. Pantainya kotor sangat kotor selain memang kotor dari pengunjung pantai onowa yang membuang sampah sembarangan juga sepertinya kiriman sampah dari pantai lain. Kami tidak lama di pantai onowa karena selain kotor juga suasananya sungguh spooky. Dari pantai Onowa kami balik ke arah pelabuhan sembari mencari warung untuk makan siang. Ada warung bakso asli solo, kami makan bakso siang itu. Lumayan enak sih baksonya padahal biasanya semakin jauh dari solo rasanya semakin tidak karuan. Selesai makan siang kami Renang lagi di goa Kontamale dan saat kesana kondisi cukup sepi tak seramai sehari sebelumnya. Cukup lama kami berenang dan berendam di kontamale. Berenang bersama anak- anak kecil sekitar juga ada dua turis luar negri yang sedang melihat- lihat sambil berfoto.

Cukup berenang dan berendam kami balik ke hotel ganti baju kemudian menuju spot berikutnya yang juga spot penutup acara jalan- jalan di Wakatobi. Nuawasabi, ya kami menghabiskan sore di caffe nuawasabi. Sebuah caffe kecil di atas batu karang yang viewnya langsung menghadap matahari terbenam. Tempatnya bagus dan syahdu apalagi kalau datang berdua dengan kekasih pasti makin syahdu. Untuk harga minuman dan makanan pun cukup terjangkau masih sama dengan harga di warung warung biasa. Sayangnya sore itu senja kurang mendukung, langit medung terlalu tebal bahkan bias matahari yang biasanya orange kemerah2annya masih terlihat pun juga tak nampak. Karena langit mulai gelap saya dan Qory pun segera balik ke hotel. Malamnya motor kami kembalikan ke pak Ali sekalian membahas keesokkan harinya pak Ali yang akan mengantar saya dan Qory ke bandara Matahora. Malam itu adalah malam terakhir di Wakatobi yang juga malah puncak acara HUT Wakatobi. Bintang tamu acaranya adalah cita citata. Saya dan qory ikut menyaksikan pentas acara cita- citata namun dari layar kaca tivi di kamar hotel.

IMG_4315

 

Waktu saya sudah habis di wakatobi saatnya balik ke makassar dan lanjut ke destinasi berikutnya yaitu Toraja. Pagi itu saya dan Qory diantar pak Ali menuju bandara Matahora. Langit masih gelap kami berkejaran dengan kemerahan cahaya sang mentari yang sedikit tertutup mendung. 05:20 kami sudah tiba di bandara dan ternyata masih sepi dan senyap. Setelah bersalaman pamit pak Ali saya dan Qory masuk ke ruang tunggu bandara dan di dalam sudah di tunggu dek Cita citata yang mungil nggemesin sudah bersiap balik Jakarta sehabis mengisi acara dangdut di lapangan Wakatobi. Ternyata rasanya biasa saja satu pesawat dengan rombongan artis gak ada yang spesial dan cuma beberapa orang yang meminta foto bersama. Penerbangan Wakatobi- Kendari Alhamdulillah lancar kami mendarat dengan selamat. Selama penerbangan saya di suguhi langit sulawesi yang begitu indah. Jajaran kepulauan dan perbukitan yang berlipat dengan beberapa gumpalan awan putih diatasnya. Di Kendari kami transit menuju Makassar dan menunggu pesawat berikutnya cukup lama yaitu 4 jam. Karena nanggung mau kemana juga gak tau ya kami cuma menunggu di bandara saja. Selama menunggu di bandara kendari saya mendapati pemandangan yang kurang sedap. Di bandara Kendari banyak sekali warga negara asing yang tidak bisa bahasa indonesia bahkan inggris juga gak bisa. jika di hitung- hitung ada kalau 2/3 pesawat full orang asing. Maaf kalau saya sendiri kurang suka karena mereka ini agak rusuh ketika di toilet. Sudah toilet kecil kurang terawat malah ada yang membuang tisu ke dalam WC dan WC nya kan jadi mampet. Selain itu juga mereka model srobat srobot gak mau antri gantian dengan pengguna toilet lainnya. Oke skip cerita tentang WNA saya lanjutin aja cerita menuju Toraja.

IMG_4320 IMG_4324 IMG_4326 IMG_4344 IMG_4357 IMG_4381

Dalam penerbangan Kendari- Makassar kami mengalami cuaca buruk. Dari Kendari cuaca cerah langit biru beberapa awan putih nampak bergerombol di langit Kendari. Beberapa puluh menit penerbangan meninggalkan Kendari pun berjalan dengan lancar dan cuaca bagus. Namun beberapa menit setelah nya ada himbauan dari pilot untuk kembali ke tempat duduk dan mengenakan sabuk pengaman kembali. Hemmm saya sudah feeling kalau kayak gini biasanya cuaca buruk dan benar adanya. Setelah ada pengumuman cuaca buruk pesawat kami beberapa kali mengalami turbulensi atau istilah kerennya nggronjal- nggronjal karena menabrak gumpalan awan. Bahkan kondisi seperti ini berlangsung selama satu jam. Ya kenapa cukup lama, karena kami harus berputar di udara sambil menunggu antrian landasan yang sedang padat trafik efek hujan lebat.  Untuk pertama kalinya saya diajak pilot Garuda memutar- mutar di langit Kendari karena landasan bandara sedang penuh. Setelah sekitar 45menit kami melayang di atas bandara akhirnya mendapat kesempatan mendarat. Subhanallah hujan sangat deras bahkan sampai landasan pun tergenang air kira- kira setinggi matakaki alias polok. Begitu pesawat mendarat roda menyentuh genangan air langsung byurrr wuussss seperti speedboat dengan kecepatan 700km/jam pasti kalian bisa membayangkan sendiri lah ya. Alhamdulillah akhirnya saya dan Qory pun mendarat dengan selamat di Bandara Sultan Hassanudin Makassar. Menunggu sebentar sambil makan siang ayam goreng khas makassar di A&W. Selesai makan kebetulan ada om Andi Katrok yang ke bandara mau mudik ke Boyolali jadi sekalian saya baliknya nebeng bang Jaka arab menuju homebase Makassar di emy saelan.

Cuaca Buruk

Cuaca Buruk

IMG_4442

Setelah ngobrol dengan simbah Wanto akhirnya saya di sarankan berangkat ke Toraja malam hari dengan naik bis. Sekalian nyari makan malam saya diantar mbah Wanto dan Qory menuju pool bis Litha Co untuk membeli tiket dan sekalian berangkat malam itu juga menuju Toraja. Sambil menunggu bis di berangkatkan pada pukul 22:00 simbah sok kenal sok dekat dengan seorang cewe di sebelah kami. Ada beberapa pertanyaan yang simbah ajukan untuk cewe itu, mulai dari namanya siapa trus mau kemana sampai ada spot apa saja yang bagus di Toraja. Dan lucunya simbah kenalin ke saya trus di bilang ” ini temenku mau ke Toraja kamu bisa temani dia tidak? saya khawatir dia nyasar hilang nanti di sana ” wakakak kocak kocak si cewe senyam senyum mulu pula nya. Setelah cewe itu pergi bar saya tanya ke simbah detailnya ternyata dia orang Makale Toraja yang kini menjadi Tana Toraja. Nah Toraja ini mekar menjadi Tana Toraja dan Toraja Utara, untuk wisata yang dulunya masih di sebut Tana Toraja kini sebagian besar di Toraja Utara seperti kete kesu, londa, negri atas awan dan masih banyak lagi. Kalau Tana Toraja pusat keramaiannya ya Makale itu tempat si cewe yang simah ajak kenalan tadi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 22:00 saya pun salaman pamit ke simbah dan Qory dan naik ke bis karena akan segera di berangkatkan. Bis nya sih agak tua namun interiornya masih nyaman. perjalanan malam saya manfaatkan untuk tidur agar keesokan harinya bisa banyak tenaga untuk explore. Pagi hari matahari mulaimenerangi bumi dan nampaklah pemandangan indah di kanan dan kiri. Seperti biasa ada sesuatu yang berbeda saya rasakan, ya selain rasa merasa asing di tempat baru juga ada sesuatu seperti ada ikatan batin dengan Toraja ini. Rasa hati senang bercmpur decak kagum melihat keindahan alam Toraja ciptaan Allah yang begitu sempurna. Dalam kekaguman saya menikmati dari balik jendela bis kemudian terhenti karena bis menurunkan penumpang di salah satu sudut perempatan. Yapp benar sekali ada salah satu penumpang yang turun, sepertinya sih mahasiswi yang sedang mudik. Anaknya cantik putih imut mungil tapi agak judes saya tengok. hus hus hus lanjut cerita ya, nah saya kira sudah sampai di Toraja karena sudah banyak tulisan Toraja. Setelah bis jalan lagi saya mulai cemas saya harus turun dimanakah? jangan jangan nanti kebablasan. Menurut artikel yang saya baca sih harusnya saya turun di Rantepao. Kata cerita artikel itu turun di dekat mesjid besar Rantepao. Setelah melewati mesjid besar dan ada lapangan/ alun- alun bis berhenti menurunkan beberapa penumpang. Saya pikir inilah Rantepao karena mirip cerita dalam artikel ada mesjid dan lapangan toh juga ada perwakilan agen bis Litha Co juga, ah yasudah saya turun saja kemudian berjalan ke sekitar alun- alun. Setelah memutari alun- alun dan melihat kok bis nya jalan lagi? wah brarti ini bukan destinasi terakhir bis donk???

Makale, Tana Toraja

Makale, Tana Toraja

Makale, Tana Toraja

Makale, Tana Toraja

Namanya aja Bego Adventure kadang ada aja kebegoan yang saya lakukan. Setelah sarapan di belakang alun-alun dan mengambil beberapa ratus uang di atm BRI *(ya karena gak ada ATM BCA adanya BRI ), saya bertanya ke satpam BRI saya sedang dimana sebenernya. Ternyata saya salah mendarat, saya masih di Makale kota Tana Toraja yang artinya tempat tinggal si cewe di pool bis kemaren malam. Eh kok ya bener simbah Wanto dia khawatir saya nyasar kok ya nyasar beneran. Setelah nanya kalau mau ke Rantepao naik apa saya segera menuju terminal angkot Makale dan berganti mobil travel ( angkot juga sih sebenernya) menuju Rantepao. Makale menuju Rantepao bisa di tempuh selama 1jam perjalanan cukup santai. Setelah tiba di Rantepao saya minta di turunkan sama supir travelnya di lapangan yang ada rental motor. Ternyata benar lapangannya memang dekat masjid besar Rantepao dan juga ada beberapa rental motor disini.

Turun dari travel saya langsung ke salah satu penyewaan motor di Rantepao. Ada dua bocah kecil di depan rumah kemudian saya minta tolong panggilkan orang tua nya karena saya mau menyewa motor. Keluarlah seorang wanita setengah baya dengan rambut di ikat kulit putih badan agak berisi serta cukup tinggi. ” Mau sewa motor ya dek ? ” sahut ibu itu sembari jalan keluar menuju kearah saya. Transaksi menyewa motor selesai saya tinggalkan KTP serta mengisi data diri di sebuah buku. Sebelum menjelajah saya sengaja ke kantor agen perwakilan penjualan tiket bis, ya saya coba bis yang lain untuk kembali ke Makassar yaitu bis Primadona. Tiket bis Rantepao- Makassar seharga 160K sudah di tangan saatnya menjelajah tanpa bimbang. Tujuan pertama adalah Kete’ Kesu yang tak jauh dari kota Rantepao. Kurang lebih saya memacu laju kendaraan saya selama 30 menit menuju arah Makale dan di pinggir jalan ada petunjuk arah Kete’ Kesu masuk kekiri tak jauh dari jalan raya saya sudah sampai. Sepertinya di Kete’ Kesu inilah spot rumah ada tongkonan yang paling sexy dan eyeketching. Ada beberapa rumah tongkongan yang berjejer rapi saling berhadapan. Memang sudah di desain untuk kepentingan wisata sehingga sudah terkelola dengan baik juga di pintu masuk banyak penjual kain serta oleh- olh cinderamata. Oiya di sebelah pojok paling ujung dari deretan rumah tongkonan ada penjual seorang ibu- ibu sudah tua, kalau main ke sini mampir toko si Ibu ini dan belilah satu atau dua barang yang dijualnya itung- itung membantunya. Setelah dari Kete’ Kesu saya melanjutkan ke Londa. Londa adalah sebuah kubur batu yang alami tanpa membuat lubang untuk menaruh mayat. Londa tak jauh dari Kete’ Kesu cuma 15 menit sudah sampai. Londa ini berupa goa yang di manfaatkan warga sekitar untuk menaruh mayat atau menguburkannya (gak dikubur sih di taruh gtu aja). Nah setelah dari Londa masih kubur batu juga namun yang ini bedanya dibuatkan lubang di tebing batu terlebih dahulu. Lemo ya namanya Lemo, kubur batu buatan kalau istilah guide yang menjelaskan kepada saya di Londa.

IMG_4460 IMG_4477

Kete' Kesu

Kete’ Kesu

Kete' Kesu

Kete’ Kesu

IMG_4519 IMG_4514

Londa

Londa

IMG_4598

Lemo

Lemo

Niatnya dari Lemo saya nyari warung makan dulu baru lanjut eksplore namun susah nyari warung makan apalagi yang halal. Gas lanjut lagi aja buka map saya arahkan menuju negri atas awan Lolai. Waktu masih menunjukkan pukul 11:45 dan saya segera bergegas agar masih bisa sedikit bersantai dan mengisi perut yang sudah keroncongan. Jalan menuju Lolai menanjak berkelok dengan hutan dan beberapa perkampungan warga yang masih asri. Sebelum sampai Lolai saya berhenti sebentar karena ada semacam villa yang viewnya keren. Di depan bertuliskan negri atas awan To’ Tombi, yasudah saya masuk saja sekalian siapa tau caffe nya jualan mie rebus wakakakak. Pesan kopi hitam dan mie rebus, yeeaayy akhirnya makan juga. Sambil menunggu pesanan saya tiba saya sebentar foto- foto di spot yang sedang di perbaiki. Hamparan sawah di bawah dan hutan pinus di sebelah kiri dan kanan. Katanya sih di depan spot yang saya injaki ini adalah atas awan yang terkenal itu, namun karena saya datangnya kesiangan tidak ada awan yang bergerombol layaknya lautan. Pesanan saya telah datang saya makan siang bareng sama rombongan dari Pontianak yang bahasanya mirip dengan bahasa Minang. Selesai makan saya melanjutkan foto- foto dan mengabil beberapa video sekitar Villa To’ Tombi.

25550196_230263877515645_1201600473265771655_n 26113841_233920937149939_7522565902024158284_n

Nah dari To’ Tombi saya lanjut ke Tongkonan Lempe dan caffe Lolai. Dari To’ Tombi sampai Tongkongan Lempe tak jauh cuma butuh 15 menit sudah sampai. Ya jadi di puncak negri atas awan ini ada beberapa berjajar rumah tongkonan. Ketika saya tiba di Tongkonan Lempe nampak sedang di bangun sebuah pondasi yang konon katanya akan di dirikan Hotel bertingkat mewah. Dari Tongkonan Lempe pemandangannya tak kalah indah dengan di To’ Tombi. Setelah sebentar menikmati sejuknya hawa dingin dan hijau hamparan bukit berlapis pepohonan rindang saya bergeser ke Caffe Lolai. Caffe Lolai inilah sebenernya yang saya cari sedari bawah. Caffe dengan lokasi tertinggi di desa Lolai pemandangannya pun juga lebih menawan. Di sebelah kiri ada rumah tongkonan beserta kuburan dan di sebelah kanan ada Tongkonan Lempe di lihat dari atas. Bagusya menikmati kopi dan jajan di caffe ini adalah ketika pagi hari. Selain dapat menikmati indahnya matahari terbit juga ada bonus lautan awan diantara jam 07:00 hingga jam 09:00.

View dari Caffe Lolai sebelah kanan ada Tongkonan Lempe

View dari Caffe Lolai sebelah kanan ada Tongkonan Lempe

 

View ke sebelah kiri dari caffe

View ke sebelah kiri dari caffe

 

Karena cuaca mendung dan waktu sudah menunjukkan pukul 16:30 saya bersiap turun ke Rantepao dan bersiap menuju Makassar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar